1.
Pengertian
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang. (Carpenito, Lynda Juall, 1997)
Fraktur
atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak
atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001).
Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir
ini sangat banyak menyita perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik
hari raya idulfitri tahun ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat
banyak yang sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam
yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk
penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang
tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya
informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya
mirip dengan orang yang terkilir.
2.
Data Subyektif
-
Menceritakan
kronologis dari cidera atau kecelakaan
-
Wajah menyeringai
-
Adanya rasa nyeri sampai nyeri
tekan
-
Terjadi keterbatasan gerak
-
Kehilangan sensasi rasa
3.
Data Obyektif
-
Terdapat erytema
-
Odema
-
Suhu meningkat
-
X-Ray terlihat adanya
diskontinuitas
4.
Diagnosa yang Mungkin Timbul
- Diagnosa I
Ganguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur
-
Diagnosa II
Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan pemasangan gips
-
Diagnosa III
Resiko tinggi
terhadap kerusakan integritas kulit barhubungan dengan perubahan sirkulasi
sekunder terhadap fraktur dengan post op sindrom emboli atau infeksi
-
Diagnosa IV
Resiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan tidak ada kuatnya pertahanan primer
kerusakan kulit, trauma jaringan
5.
Intervensi
- Diagnosa I
1. Pertahankan tirah baring sampai fraktur berkurang
R/ Nyeri dan spasme otot dikontrol
oleh imobilisasi
2. Pertahankan fraksi yang diprogramkan
R/ Mengurangi nyeri
3. Pantau TD,
nadi, respirasi, intensitas nyeri, tingkat kesadaran tiap 4 jam
R/ Untuk mengenal
indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
4. Berikan obat analgesik dan evaluasi keefektifannya
R/ Analgesik
mengurangi imbang nyeri
5. Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman
R/ Posisi yang nyaman berfungsi untuk relaksasi
- Diagnosa II
1. Pantau keadaan umum tiap 8 jam
R/
Mengidentifikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan
2. Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh
cedera atau pengobatan dan perhatian persepsi klien terhadap imobilisasi
instruksikan
R/
Pasien dibatasi oleh persepsi diri
tentang keterbatasan fisik aktual memerlukan informasi atau intervensi untuk
meningkatkan kesehatan
3. Klien dalam rentan gerak, klien aktif dalam
ekstermitas yang tidak sakit
R/
Meningkatkan aliran darah ke otot dan
tulang untuk meningkatan tonus otot, mempertahankan gerak sendi mencegah
kontraktur dan reseabsorbsi kalsium yang tidak digunakan
4. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk
latihan batuk atau nafas dalam
R/
Mencegah insiden komplikasi kulit atau
pernafasan
5. Bantu perawatan diri
R/
Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi,
meningkatkan diri langsung
6. Awasi TD saat melakukan aktivitas perhatikan
keluhan pusing.
R/
Hipotensi postural merupakan masalah yang
umum mengenai tirah baring yang lama.
-
Diagnosa III
1. Kaji kulit untuk luka terbuka benda asing,
perdarahan, perubahan warna
R/
Memberikan informasi tentang sirkulasi
kulit dan masalah yang disebabkan oleh fraksi
2. Masase kulit penonjolan tulang
R/
Menurunkan tekanan pada area yang sama
dan menurunkan resiko kerusakan kulit
3. Ubah posisi tipa 2 jam
R/
Meminimalkan kerusakan kulit
4. Observasi area yang terkena
R/
Tekanan dapat mengakibatkan ulserasi
nekrosis dan kelumpuhan syaraf
- Diagnosa IV
1. Infeksi kulit adanya iritasi robekan kontinuitas
R/
Deteksi tanda mulianya peradangan
2. Berikan perawatan kulit
R/
Mencegah kontaminasi silang dan
kemungkinan infeksi
3. Kaji tonus otot reflek tendon dan kemampuan untuk
bicara
R/ Kekuatan otot spasme tonik otot
rahang, difagia menunjukkan osteomelitis
4. Selidiki nyeri tiba-tiba keterbatasan gerak odema
lokal dan eritema extrimitas yang cedera.
R/ Mengindikasikan terjadinya
osteomilitas
Sumber Pustaka
Apley, A. Graham , 1995.
Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall,
1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3
alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC
Brunner dan Suddarth,
2002. Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 3, EGC, Jakarta
Riyawan.com,
Wikipedia.org
0 comments:
Posting Komentar