Rabu, 18 Juni 2014

Fraktur


1.      Pengertian
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. (Carpenito, Lynda Juall, 1997)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001).
Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idulfitri tahun ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.

2.      Data Subyektif
-          Menceritakan kronologis dari cidera atau kecelakaan
-          Wajah menyeringai
-          Adanya rasa nyeri sampai nyeri tekan
-          Terjadi keterbatasan gerak
-          Kehilangan sensasi rasa

3.      Data Obyektif
-          Terdapat erytema
-          Odema
-          Suhu meningkat
-          X-Ray terlihat adanya diskontinuitas

4.      Diagnosa yang Mungkin Timbul
-     Diagnosa I
Ganguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur
-          Diagnosa II
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan gips
-          Diagnosa III
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit barhubungan dengan perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur dengan post op sindrom emboli atau infeksi
-          Diagnosa IV
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak ada kuatnya pertahanan primer kerusakan kulit, trauma jaringan

5.      Intervensi
-     Diagnosa I
1.      Pertahankan tirah baring sampai fraktur berkurang
R/ Nyeri dan spasme otot dikontrol oleh imobilisasi
2.      Pertahankan fraksi yang diprogramkan
R/ Mengurangi nyeri
3.       Pantau TD, nadi, respirasi, intensitas nyeri, tingkat kesadaran tiap 4 jam
R/ Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
4.      Berikan obat analgesik dan evaluasi keefektifannya
R/ Analgesik mengurangi imbang nyeri
5.      Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman
R/ Posisi yang nyaman berfungsi untuk relaksasi
-     Diagnosa II
1.      Pantau keadaan umum tiap 8 jam
R/ Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
2.      Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cedera atau pengobatan dan perhatian persepsi klien terhadap imobilisasi instruksikan
R/ Pasien dibatasi oleh persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual memerlukan informasi atau intervensi untuk meningkatkan kesehatan
3.      Klien dalam rentan gerak, klien aktif dalam ekstermitas yang tidak sakit
R/ Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatan tonus otot, mempertahankan gerak sendi mencegah kontraktur dan reseabsorbsi kalsium yang tidak digunakan
4.      Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk atau nafas dalam
R/ Mencegah insiden komplikasi kulit atau pernafasan
5.      Bantu perawatan diri
R/ Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan diri langsung
6.      Awasi TD saat melakukan aktivitas perhatikan keluhan pusing.
R/ Hipotensi postural merupakan masalah yang umum mengenai tirah baring yang lama.
-     Diagnosa III
1.      Kaji kulit untuk luka terbuka benda asing, perdarahan, perubahan warna
R/ Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang disebabkan oleh fraksi
2.      Masase kulit penonjolan tulang
R/ Menurunkan tekanan pada area yang sama dan menurunkan resiko kerusakan kulit
3.      Ubah posisi tipa 2 jam
R/ Meminimalkan kerusakan kulit
4.      Observasi area yang terkena
R/ Tekanan dapat mengakibatkan ulserasi nekrosis dan kelumpuhan syaraf
-     Diagnosa IV
1.      Infeksi kulit adanya iritasi robekan kontinuitas
R/ Deteksi tanda mulianya peradangan
2.      Berikan perawatan kulit
R/ Mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi
3.      Kaji tonus otot reflek tendon dan kemampuan untuk bicara
R/ Kekuatan otot spasme tonik otot rahang, difagia menunjukkan osteomelitis
4.      Selidiki nyeri tiba-tiba keterbatasan gerak odema lokal dan eritema extrimitas yang cedera.
R/ Mengindikasikan terjadinya osteomilitas

Sumber Pustaka

Apley, A. Graham , 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC
Brunner dan Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
Riyawan.com, Wikipedia.org


0 comments:

Posting Komentar