Jumat, 06 Juni 2014

HIDROSEFALUS



ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN KASUS HIDROSEFALUS

1.  Konsep Medis
1.1    Pengertian
Ø  Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebial, ruang sub arachnoid atau ruang subdural (suriadi, 2001)
Ø  Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang dapat mengakibatkan gangguan dari cairan serebrospinal yang berubah menjadi banyak disebabkan oleh karena obstruksi aliran serebrospinal, gangguan arbsobsi dan atau produksi cairan serebrospinal yang sangat berlebihan (A.Azizi Alimul Hidayat, 2006))
1.2    Etiologi
a.       Kongenital
Disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim (misalnya malformasi, Arnold-chiari) atau infeksi intra uteri.
b.      Didapat
Disebabkan oleh infeksi neoplasma atau perdarahan.
c.       Obstruksi CSS
d.      Gangguan absorbsi CSS
e.       Produksi CSS yang berlebihan
1.3    Patofisiologi
Hidrosefalus terjadi karena :
1.          Ada gangguan arbsorbsi CSS di ruang subarachnoid (comunitacating hidrosefalus) dan atau adanya obstruksi dalam ventrikel yang mencegah CSS masuk ke rongga subarachnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan, atau kelainan bentuk perkembangan otak janin (non comunitacating hidrosefalus).
2.          Dari beberapa faktor tersebut atau menyebabkan akumulasi CSS di ventrikel.
3.          Akumulasi CSS akan menyebabkan ventr4ikel berdilatasi dan mendesak organ-organ yang ada dalam otak sehingga menyebabkan peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)

           1.4    Klasifikasi
a)      Hidrosefalus komunikans
Adalah Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan CSS sistem ventrikel dari CSS dari ruang sub arachnoid terhambat.
b)      Hidrosefalus non komunikans obstruktif
Adalah CSS sistem ventrikel tidak berhubungan dengan CSS ruang sub arachnoid misal aqua doktis sulviri menyempit atau terhambat.
1.5    Manifestasi
Manifestasi klinis dibedakan menjaaaaadi dua :
a.       Pada Bayi
-          Pada bayi
-          Kepala membesar
-          Fontonel anterior menonjol
-          Vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis
-          Mata melihat kebawah (tanda setting-sun)
-          Perubahan kesadaran
-          Opisthotonus
-          Spastik pada ekstremitas bawah
b.      Pada anak yang lebih besar
-          Sakit kepala
-          Mual, muntah
-          Papil edema
-          Bingung
-          Apatis
1.6    Pemeriksaan Diagnostik
-          Tingkat kepala
-          CT-scan
-          MR (Magnetik Resonanse)
1.7    Penatalaksanaan
Ø  Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi hidrosefalus, menangani komplikasi, mengatasi efek hidrosfalus atau gangguan perkembangan.
Ø  Penatalaksanaan terdiri dari :
a.       Non pembedahan
Pemberian acetazolamide dan isosorbide atau furosemid mengurangi produksi cairan serebrospinal
b.      Pembedahan
Pengangkatan penyebab obstruksi misalnya neoplasma, kista, atau hematom ; pemasangan shant yang bertujuan untuk mengalirkan cairan serebrospinal yang berlebihan dari ventry ke ruang ekstra kronil misalnya ke rongga peritonium, atrium kanan, dan rongga pleural.
1.8    Komplikasi
a.       Peningkatan tekanan intrakranial
b.      Kerusakan otak
c.   Infeksi : septikemia, endokarditis, infeksi luka, nefribus, meningitis, ventrikulitis, abses otak
d.      Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
e.  Hematomi subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi organ dalam rongga abdomen, fistula, hernia dan ilius.
f.       Kematian

2.  Konsep Dasar Askep
1.1    Pengkajian
1.      Identitas
Menyerang pada neonatus atau anak berusia kurang dari 6 tahun
2.      Keluhan utama
Kepala yang membesar
3.      RPS
Ukuran lingkar kepala bertambah secara berangsur-angsur vena terlihat jelas pada kulit kepala, bunyi crasket pot pada pertuksi tanda setting-sun, penurunan kesadaran, opisthotonus, spastik pada ekstremitas bawah, tanda peningkatan tekanan intrakranial (pusing, muntah, pupil edema)
4.      RPD
Adanya riwayat meningitis, infeksi atau perdarahan intrakranial, infeksi intra uteri, tumor otak, malformasi aracnoid chiari, perdarahan subarachnoid, penyempitan aquiduktus sulvi, hematom subdural.
5.      ADL
a.  Nutrisi              : Anoreksia, mual, muntah
b.  Eliminasi          : Kesulitan menggerakkan kepala
c.  Personal hygine : Inkontinensia uri
d.  Aktivitas          : Terjadi gangguan karena penurunan kesadaran
6.      Pemeriksaan
a.       Pemeriksaan umum
Kesadaran       : Mennurun
Suhu                : Normal / meningkat
Pernafasan       : Menurun
Nadi                : Normal / menurun
TD                   : Meningkat
b.      Pemeriksaan fisik
-        Kepala
Pembesaran lingkar kepala, ubun-ubun menonjol, vena kulit kepala dilatasi, mata melihat ke bawah, terdapat tanda cracket pot.
-       Thorak
Bunyi nafas stridor, kesulitan bernafas, apnea
-       Abdomen
Bising usus menurun
-       Ekstremitas
Kekakuan ekstremitas bawah
c.       Pemeriksaan penunjang
Ø  Lingkar kepala
Ø  CT-Scan identifikasi tempat obstruksi
Ø  MRI (Magnetik Resonanse Imaging) pembesaran ventrikel
1.2    Diagnosa keperawatan
1)      Pre Operasi
a.       Kecemasan B/d ketakutan atau resiko operasi
b.      Kurang pengetahuan orang tua b/d kurang pengalaman dengan tindakan operasi
c.       Kurang volume cairan b/d intake inadekuat
2)      Pasca Operasi
a.       Resiko tinggi infeksi b/d invasi bakteri dari tindakan pembedahan
b.      Nyeri b/d trauma jaringan sekunder akibat operasi
1.3     Intervensi
  1. Pre Op
a.       Kecemasan B/d ketakutan atau resiko operasi
Tujuan   : Orang tua tidak menunjukkan kecemasan
Kriteria hasil : Orang tua menerima secara verbal tindakan pembedahan
-         Beri informasi tentang pembedahan, jelaskan hal-hal tentang operasi
R/ Keluarga akan lebih kooperatif dalam tindakan
-        Identifikasi kesalahpahaman dan jelaskan bahwa kecemasan adalah normal
R/ tindakan operasi meningkatkan kecemasan pada kebanyakan orang tua. Hal ini akan membantu orang atasi stressor.
-        Pastikan orang tua ahu kapan mereka menemui beyi setelah operasi
R/ Akan membantu orang tua mengatasi stressor.
-     Ajarkan pada orang tua bagaimana memegang kepala bayi dengan benar setelah operasi.
R/ Mengurangi resiko cidera akibat penekanan pada kepala.


b.      Kurang pengetahuan orang tua b/d kurang pengalaman dengan tindakan operasi
Tujuan   : Orang tua akan menunjukkan pemahaman mengenai hidrosefalus dan membantu keputusan persetujuan.
K/H           : 
-          Orangtua mau berdiskusi tentang perawatan post op
-          Menunjukkan optimisme tentang hasil operasi
-          Orang tua menimbang bayi
-          Orang tua mau menerima support yang diberikan
Intervensi  :
-        Jelaskan tentang prosedur tindakan
R/  Dengan pemberian informasi keluarga akan merasa aman dan terlindungi
-        Jelaskan perawatan secara spesifik
R/  Dengan penjelasan yang adekuat keluarga akan lebih kooperatif
-       Jelaskan seberapa sering orang tua dapat mengunjungi bayi dan menenangkan bayi
R/  Mengurangi resiko infeksi
-        Beri support sesuai indikasi
R/  Keluarga akan merasa aman dan terlindungi
c.       Kurang volume cairan b/d intake inadekuat
Tujuan    :  Volume cairan seimbang
K/H        :  BB kembali seperti semula, ulit lembab, ubun-ubun datar.
Intervensi  :
-         Monitor intake dan out put
R/ Keseimbangan cairan intake dan out put akan mengetahui masuknya ddari berhubngan dengan fungsi ginjal dan pilihan intervensi yang tepat.
-          Monitor suhu
R/ Demam akan meningkatkan pengeluaran cairan melalui evaporasi
-          Monitor kelembaban kulit dan ubun-ubun tiap 2 jam
R/ kekurangan cairan dapat diidentifikasi dari membran kulit dan mukosa kering.
-     Beri minum sedikit-sedikirt tapi sering, hindari memberi minuman dengan memakai dot
R/  Pemakaian dot dapat merangsang terjadinya peningkatan TIK.


  1. Post Op
a.       Resiko tinggi infeksi b/d invasi bakteri dari tindakan pembedahan
Tujuan  :  Infeksi tidak terjadi
K/H    : Tidak menunjukkan tanda dan gejala inflamasi pada bekas operasi, suhu dalam batas normal
Intervensi  :
-          Monitor TTV tiap 2 jam
R/  peningkatan suhu dapat diidentifikasi dengan adanya infeksi
-          Jaga kebersihan daerah sekitar operasi ( bekas operasi)
R/  akeadaan yangt lembab merupakan media yang cocok untuk perkembangan dan pertumbuhan kuman
-          Lihat tube insisi tanda infeksi
R/  Deteksi diri adanya infeksi berlanjut
-          Gunakan tehnik steril dalam penggantian balutan
R/  Mengurangi resiko transmisi kuman
b.      Nyeri b/d trauma jaringan sekunder akibat operasi
Tujuan  : Kebutuhanrasa aman terpenuhi
K/H  : Tidak menunjukkan tanda dan gejala nyeri yang terkontrol, RR dalam batas normal
Intervensi  :
-          Monitor nyeri
R/  Mengetahui tingkat nyeri sehingga bisa ditentukan tndakan yang tepat
-          Berikan lingkungan yang tenang dan posisi yang nyaman
R/  Mengurangi stimulasi yang berlebihan
-          Berikan analgesik sesuai dengan indikasi
R/  Mengurangi nyeri
-          Monitor RR tiap 2 jam
R/  nyeri akan membuat tubuh melakukan kompensasi dengan meningkatkan frekuensi pernafasan.


DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimun.2006. Pengantar ilmu kepeawatan anak. Jakarta : Salemba Medika
Suriadi. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jkarta : PT. Fajar Inter Pratama
Riyawan.com

0 comments:

Posting Komentar