Minggu, 15 Juni 2014

KEKURANGAN ENERGY PROTEIN



1.     Pengertian
Kekurangan Energi Protein suatu keadaan kurang gizi yang di sebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. ( Kapita Selekta, 2001: 512)
2.      Data Subyektif
- Anoreksia
- Anak cengeng
- Muka sembab dan bengkak
- Sering terbangun pada malam hari
- Penyakit infeksi
- Kelemahan, malaise, apatis
3.      Data Obyektif
- Hipotermi, bradicardi, letargi, TB kurang dari usia pertumbuhan,
- Lingkar lengan > 14 cm
- Combus, protein uria
- Rambut tipis kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut tanpa terasa, rontok, 
  berwarna-warni (sign of bendera)
- Konjungtiva pucat, tampak sayu
- Perut membuncit, gambaran pembuluh darah jelas, kulit mengkilap
- Kulit kering dan bersisik
4.      Diagnosa yang Mungkin Timbul
-       Diagnosa I
Gangguan pemenuhan kebutuhan gizi ( kurang dari kebutuhan) b/d tidak adekuatnya intake
-        Diagnosa II
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d penegangan kulit sekunder dari retemsi Na dan air
-        Diagnosa III
Resiko infeksi sekunder b/d penurunan respon imun sekunder dari hipoalbumin
-        Diagnosa IV
Kurangnya pengetahuan orang tua b/d tidak adekuatnya informasi yang diterima
-        Diagnosa V
Resiko eliminasi alvi (diare) s/d atrofi mukosa usus
-     Diagnosa VI
 Intoleran aktifitas s/d kelemahan otot sekunder dari penurunan oksigen otak
-      Diagnosa VII
 Water excese ekstravaskuler s/d penurunan tekanan osmotik
5.      Intervensi
-     Diagnosa I
1.     Berikan makanan sesuai program terapi porsi kecil tapi sering
R/ Diit yang sesuai mempercepat proses penyembuhan
2.     Beri perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
R/ Mulut yang bersih dan sehat memberikan rasa nyaman dan meningkatkan selera makan
3.     Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan dalam suasana yang menyenangkan
R/ Membantu meningkatkan selera makan sehingga intake makanan dapat terpenuhi
4.     Pasang sonde bila pasien tidak dapat makan lewat oral
R/ Memudahkan masukan diit makanan sesuai program
5.     Timbang BB tiap hari
R/     Memonitor kurangnya BB dan efektifitas intervensi yang diberikan
6.     Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit
R/     Pemberian diit sesuai kebutuhan / kondisi klien
-     Diagnosa II
1.     Kaji keadaan kulit
R/  Dapat diketahui tingkat keparahan
2.     Ubah posisi miring kanan kiri tiap 2 jam
R/  Tekanan terlalu lama pada kulit menyebabkan aliran darah tidak lancar
sehingga kulit mudah luka.
3.     Jaga kebersihan kulit tiap hari
R/  Mencegah timbulnya penyakit kulit
4.     Beri suplemen vitamin
R/  Vitamin dapat membantu memperbaiki sel yang rusak
5.     Pantau kadar Na dan H2O dalam tubuh
R/  Retensi Na dan H2O dalam tubuh menyebabkan odema
-     Diagnosa III
1.     Monitor kadar albumin
R/  Penurunan albumin merupakan indikator adanya gangguan dalam sintesa di hepar
2.     Monitor suhu tubuh
R/  Peningkatan suhu tubuh merupakan indikator adanya infeksi
3.     Berikan kompres dingin
R/  Dengan kompres dingin dapat mengurangi panas secara evaporasi
4.     Tingkatkan asupan protein
R/  Protein merupakan bahan dasar pembentukan albumin
5.     Monitor kadar Hb
R/  Penurunan kadar Hb merupakan indikator menurunnya daya tahan tubuh
-     Diagnosa IV
1.     Beri penyuluhan tentang gizi seimbang
R/  Meningkatkan pengetahuan orang tua dalam memberikan nutrisi
2.     Beri penjelasan tentang manfaat gizi bagi anak
R/  Orang tua lebih memperhatiakn tentang tumbang anak
3.     Beri contoh makanan yang bergizi dan pengolahan
R/  Memudahkan orang tua dalam mendapatkan makanan yang bergizi
4.     Beri penjelasan tentang dampak kurang gizi pada anak
R/  Pengetahuan adekuat tentang gizi membuat orang tua mengerti pentingnya 
gizi bagi anak.
-     Diagnosa V
1.     Beri HE kepada keluarga tentang penyebab diare
R/  Pengetahuan adekuat menyebabkan keluarga lebih kooperatif
2.     Observasi BU
R/  Peningkatan BU merupakan indikator adanya gangguan penyerapan usus
3.     Observasi warna, konsistensi, frekuensi BAB
R/  Keadaan feses, merupakan indikator dari kerja usus
4.     Beri makanan porsi kecil tapi sering sesuai program terapi
R/  Pemberian makanan secara bertahap memudahkan adaptasi usus sehingga
makanan mudah dicerna dan diabsorbsi.
-     Diagnosa VI
1.   Observasi TTV
R/     Peningkatan nadi abnormal menunjukkan beban jantung berlebihan
2.      Anjurkan istirahat di sela aktifitas
R/     Mengurangi kebutuhan oksigen
3.     Bantu untuk melakukan aktifitas ringan
R/     Mengurangi beban jantung
-     Diagnosa VII
1.     Observasi odem
R/     Mengetahui derajat odem dan tindakan yang akan dilakukan
2.     Pertahankan intake dan output
R/     Mempertahankan status hidrasi
3.     Timbang BB tiap hari
R/     BB merupakan indikasi jumlah cairan tubuh
4.     Batasi pemberian garam
R/     Garam menyebabkan retensi cairan tubuh


Daftar Pustaka
Suriadi, dkk. 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, Fajar Interpratama, Jakarta.
Riyawan.com

0 comments:

Posting Komentar