Rabu, 04 Juni 2014

LEUKEMIA


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN LEUKEMIA

1.      KONSEP DASAR
1.1  PENGERTIAN
1.1.1  Leukemia adalah          : penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas. Serta sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya Anemia trombositopenia (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006.44)
1.1.2  Leukimia adalah         : penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak atau multipukasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (nulr salam 2005. 132)

1.2  PENYEBAB
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
1.2.1        Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T Cell Leukemia – Lymphoma virus / HTLU).
1.2.2        Radiasi
1.2.3        Obata – obatan imono surpresif, obat – obatan karsinogetik seperti diethilbestrol.
1.2.4        Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
1.2.5        Kelaianan kromosom

1.3  PEMBAGIAN LEUKEMIA
1.3.1        Berdasarkan perjalanan penyakitnya
1.3.1.1  Acut leukimia limfoblastik (ALL)
Yaitu : sel induk berasal dari sel induk sistem limpoid
1.3.1.2  Leukemia micloblastik Akut (LMA)
Yaitu sel induk berasal dari sel induk sistem myloid
1.3.1.3  Leukemia limfosit kronik (LLK)
1.3.1.4  Leukemia mielosistik (LMK)

1.3.2        Berdasarkan morfologik sel
1.3.2.1  Leukemia sistem eritropoetik
1.3.2.2  Leukemia sistem granulopoetik
1.3.2.3  Leukemia sistem trombopetik
1.3.2.4  Leukemia sistem limpoetik
1.3.2.5  Leukemia RES.

1.4  Patofisiologi
Adanya poliferasi sel kanker, sehingga sel kanker bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi dengan cara infiltrasi sel normal digantikan dengan sel kanker. Dengan adanya sel kanker akan terjadi depresi sumsum tulang yang akan dipengaruhi eritrosit, faktor pembekuan dan jaringan meningkat karena adanya depresi sum – sum tulang maka produksi eritrosie menurun dan terjadi anemia, produksi leukosit juga menurun sehingga sistem retikoloedotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi yang manifestasinya berupa demam.
Faktor pembekuan juga mengalami penurunan sehingga terjadi perdarahan yang akan menimbulkan trombositopenia. Dengan adanya pergantian sel normal oleh sel kanker sehingga terjadi infiltrasi ekstra menular sehingga terjadi pembesaran limfe. Lifer tulang dan persendian, hal tersebut juga akan mempengaruhi SSP (sistem saraf pusat). Yakni adanya infiltrasi SSP, sehingga timbullah meningitis leukemia, hal tersebut juga akan mempengaruhi metabolisme sehingga sel akan kekurangan makanan.
Secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut:
1.5  Tanda dan gejala
·         Adanya tanda anemia
·         Demam
·         Keletihan
·         Pucat
·         Anorexia
·         Pendarahan
·         Nyeri sendi dan tulang
·         Nyeri abdomen yang tidak jelas
·         Penurunan BB
·         Pembesaran organ seperti : hati, limfa dll.
·         Adanya tanda – tanda peningkatan intrakranial seperti : nyeri, kaku kuduk, dan sakit kepala, iritabilitas, muntah, edema pupil, dan terjadi koma.
·         Kelemahan pada ekstremitas bawah, yakni adanya kesulitan berkemih.

1.6  Penatalaksanaan
1.6.1        Medik
1. Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 69%, pada trombositopenia yang berat dab perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda – tanda DIC dapat diberikan Heparin.
2.  Kortikosteroid (Prednison, kortison, deksametason dsb) setelah dicapai remisi dosis dikurangai sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3.  Sitostatika (Vinkristin Concovin), rubidomisin (daunnorubyane), dan berbagai nama obat lainnya, pada umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama – sama dengan prednison, dan obat ini sering menimbulakan efeksamping berupa : Alopsia (botak), stomatitis, leukopnia, infeksi skunder ayau kandidiasis, bila jumlah leukosit kurang dari 2000 / mm3 pemberiannya harus hati – hati.
4.      Infeksi skunder dihindarkan (lebih baik px dirawat di kamar yang suci hama)
5.    Imunoterapi, imunoterapi diberikan jika sel leukemia cukup rendah yaitu (105 - 106 )
1.6.2        Keperawatan
Masalah pasien yang diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain yang menderita penyakit darah tetapi karena pragnosis pasien pada umumnya kurang penggembiraan (sama seperti kanker lainnya) maka pendekatan psikososial harus diutamakan.

2.      KONSEP ASKEP
2.1      PENGKAJIAN
2.1.1        Biodata
Lebih sering ditemukan pada anak – anak (82%) usia 2 s/d 5th, dari pada usia dewasa (18%) dan lebih sering ditemukan pada laki – laki dibandingkan wanita.
2.1.2        Pemeriksaan
Pucat, Panas, Pendarahan.
2.1.3        Riwayat penyakit sekarang
Pucat yang disertai panas mendadak, pendarahan (epistaksis, perdrahan gusi,  ptekie)
2.1.4        Riwayat penyakit keluarga.
Dimungkinkan keluarga ada yang menderita penyakit leukemia, anemi dan lain – lain yang berkenan dengan hematologi.
2.1.5        Riwayat penyakit dahulu
1. Antenatai       : ibu menderita leukimia
2. Natal              : -
3. Post natal       : -
2.1.6        Activity daily live
1. Nutrisi            : Nafsu makan hilang yang disertai penurunan BB
2. Eliminsi          : Bisa darah merah terang pada tisu, fases hitam, pengeluaran
                             urine menurun dan konstipasi.
3. Istirahat          : Sering tidur
4. Aktifitas         : lemas, lelah, nyeri sendi
5. Personal Hygine : Tidapat memenuhi kebutuhan dalam hal perawatan diri
                                  karena kelemahan fisik.  

2.2      PEMERIKSAAN
2.2.1        Pemeriksaan umum
-        Kesadara            : Composmetis sampai koma
-        Tekanan darah    : Hipotensi
-        Nadi                   : Takikardi
-        Suhu                   : Demam, sampai dengan hiperpyreksia
-        Pernafasan          : Sesak nafas
2.2.2        Pemeriksaan fisik
-        Wajah                 : Pucat mata : konjungtifa pucat, perdarahan retina, pupil.
-        Hidung               : Epistaksis
-        Mulut                 : Gusi berdarah, bibir pucat, stomatitis.
-        Leher                  : Pembesaran kelenjar getah bening, faringitis.
-        Dada                  : Nyeri tekan pada tulang dada, dipsnue
-        Abdomen           : Hepatomegali, splenomegali,
-        Aklektal             : Nyeri tulang dan sendi
-        Integument         : Ptekie

2.2.3        Pemeriksaan diagnosis
-        HDL                         : Normatik, anemia normositik.
-        Hb                            : dapat (10 ar % atau menurun)
-        Trombo                     : Sangat rendah (< 50.000/mm)
-        LDH                         : Bisa meningkat atau menurun
-        Asan Urat Serum     : Meningkat
-        Zink Serum              : Menurun
-        Biopsi tulang            : SDM abnormal biasanya > 50% atau lebih, dari SDP
                                         pada sum – sum tulang 60 – 90 % pada sel blastosit

2.3      DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.3.1        Resiko infeksi sehubungan dengan ketidak efektifan system imun tunuh.
2.3.2        Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan intake inadekuat.
2.3.3        Intoleran aktifitas sehubungan dengan gangguan tranfor oksigen skunder terhadap berkurangnya sel darah merah.

2.4      RENCANA KEPERAWATAN
2.4.1        Diagnosa I
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
Kriteria hasil : -    Menunjukkan tidak ada tanda – tanda infeksi
-          Suhu tubuh kurang dari 380C/
-          Kultur darah negative.
Intervensi :
1)      Monitor TTV tiap 4 jam, jangan memakai termometer rectal
R/ deteksi dini terhadap infeksi dan menjaga keadaan mucusa rectal.
2)      Inspeksi kulit tiap hari pada daerah yang rusak
R/ kulit yang sempurna sebgai pertahanan utama melawan serangan organisme.
3)      Inspeksi rongga mulut apakah ada kerusakan pada lapisan mucosa oral, bersihkan mulut dengan baik.
R/ kesehatan mucosa oral adalah sebagai ketahanan melawan serangan organisme.
4)      Tempatkan pada ruang yang khusus dan dibatasi pengunjung.
R/ melindungi dari patogen / infeksi.
5)      Instruksi kelvarga tentang tanda infeksi dan langkah yang diambil jika ada dugaan infeksi.
R/ keluarga koperatif dan mampu melakukan tindakan terhadap pencegahan infeksi.
2.4.2        Diagnosa II
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : -    TTV stabil
-          menunjukkan peningkatan BB
-          tidak terjadi dehidrasi
-          BJ dan PH normal
Intervensi :
1)      Hitung intake dan output
R/ mengetahui jumlah dan penyaluran sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya.
2)      Timbang BB tiap hari
R/ mengukur ketidak adekuatan nutrisi, pemasukan lebih dari keluaran dapat memperburuk keaedaan klien.
3)      Evaluasi turgor kulit, dan kondisi umum membran mukosa.
R/ indikator langsung cairan atau hidrasi
4)      Hindarkan tindakan yang menyebabkan cidera jaringan
R/ gangguan mekanisme pembekuan dapat meningkatkan resiko perdarahan meskipun trauma minor.
2.4.3        Diagnosa III
Tujuan : aktifitas anak menjadi meningkat
Kriteria hasil : -    keluarga mengerti tanda – tanda anemia dan penyebabnya,
-        membentuk ADL yang tepat tanpa bantuan
Intervensi :
1)      Diskusikan dengan orang tua / anak, tanda anemi dan tindakan pemulihan
R/ orang tua kooperative dan mampu melakukan tindakan pilihan.
2)      Kaji HR dan urine tiap 4 jam
R/ monitor transport oksigen dalam toleransi kegiatan
3)      Berikan transfusi RBC
R/ menormalkan aliran sel darah merah dan kapasitas oksigen
4)      Susun periode istirahat
R/ memberikan energi untuk menyembuhkan dan regenerasi sel.


DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi pertama, Salemba Medika. Jakarta.
Hidayat, Aziz Aminul A (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Smkmuh5babat.info/riyawan.com/babat.web.id

0 comments:

Posting Komentar