Sabtu, 07 Juni 2014

MENINGITIS ENSEFALITIS



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS ENSEFALITIS

 1.      KONSEP DASAR  MEDIS
1.1            DEFINISI
Meningitis adalah suatu peradangan pada selaput otak mengenai sebagian dan seluruh atau seluruh selaput otak (meningen) yang melapisi otak dan medula spinalis, yang ditandai dengan adanya sel darah putih cairan serebrospinal. (Suriadi:2001:201)
Meningitis adalah peradangan pada mengingen, cairan serebrosoinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. (Suriadi : 2001 : 1)
Ensefalitis adalah reaksi keradangtan yang mengenai jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme, penyebab yang terpenting dan tersering ialah virus. (Soegeng soegijanto :2001 : 105)
1.2              ETIOLOGI
1.2.1  Bakteri, Haemophilus influensa (tipe B), Strepcoccus pneumonia, Neisseria meningitides, b-hemolytik streptococcus, Staphilicoccus aurea, e. coli .
1.2.2        Faktor predisposisi : jenis kelamin : laki – laki lebih sering dibandingkan wanita.
1.2.3       Faktor Maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada  minggu terakhir kehamilan.
1.2.4      Faktor Imunologi : defisiensi mekanisma imun, difisiensi imonoglobulin, anak yang mendapat obat – obatan imunosupresi. 
1.2.5  Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan sistem persarafan.
Untuk ensefalitis berbagai macam mikroorganisme penyebab yang terpenting dan tersering adalah virus.
 1.3      Patofisiologi
-          Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
-          Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasukicairan otak melalui aliran darah merah pada blood brain barrier, masuknya dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral atau kelainan system syaraf pusat. Otorrea atau rhinorea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara CSF dan dunia luar.
-          Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosepalus dan peningkatan tekanan intra kranial.Efek patologi  dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen . Edema dan eksudasi dari kesemuannya menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial.
-          Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barier. masuknya dapat melalui trauma penetrasi , prosedur pembedahan , atau rhinoria akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara CSF dan dunia luar.
-          Masuknya mikroorganisme kesusunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid dan menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel.
-          Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan hidrosefalus.
-          Umumnya virus ensefalitis setelah masuk kedalam tubuh kemudian akan masuk kedalam sususna limfatik, berkembang biak, ikut aliran darah dan menyebabkan infeksi pada beberapa alat tubuh, pada keadaan ini timbul demam tetapi belum ada kelainan neurologis.
-          Virus akan terus berkembang biak kemudian menyerang saraf pusat dan kemudian timbul kelainan neurolgis.    
 

1.3              MANIFESTASI KLINIK
·   Neonatus : menolak untuk makan,refleks menghisap kurang,muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak,dan menangis lemah.
·   Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepaal, muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah tersimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus. Tanda Kernig dan brudzinski positif, refleks fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus (menunjukkan adanya infeksi meningococcal)
·   Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda Kernig dan Brudzinsky positif.
 1.4           KOMPLIKASI
1.5.1  Edema  Cerebri
1.5.2   Hidrosefalus
1.5.3   Abses otak
1.5.4   Koma
1.5.5   Kejang
1.5.6   Kehilangan fungsi saraf
1.5.7  Kehilangan pendengaran dan penglihatan
1.5.8  SIADH (Syndrome Inappropriate Antideuretik Hormone )
1.5.9  Syok
1.5.10 KID (Kongesti Intravaskuler Diseminata )
1.5.11 Henti nafas 
1.5.12 Kematian
1.5              PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.        Pungsi lumbal
1.1         Bakteri
1.1         Mungkin keruh atau tidak keruh
1.2         Glukosa rendah, tinggi protein
1.3         Leukosit rendah, paling banyak polimorfonuklear leukosit
       1.2         Virus
1.2.1        Glukosa normal, protein normal atau agak sedikit tinggi
1.2.2        SDP agak tinggi : Paling banyak berisi leukosit mononuklear
                1.3  Kultur darah : Mungkin ditemukan septikemia
    1.4  JDL : Peningkatan leukosit
    1.5 Elektrolit darah : Mungkin terganggu, natrium darah dipantau untuk mengkaji terhadap sindrom ketidaktepatan hormon anti deuretik (SIADH)


1.6    Ct-Scan dapat diindikasikan untuk mengevaluasi adanya komplikasi 
1.6              PENATALAKSAAN
1.              Terapi Anti Mikroba
 Antibiotika :         -           Ampisilin/IV, 400 mg/kg BB/hari
Khloramfenikol, 100 mg/kgBB/hari
2.              Mempertahankan hidrasi optimal dengan pemberian cairan Dorrow glukosa secara intravena dengan kekuatan tetesan :
-        50 cc/jam/diatas 20 kg BB
-        25 cc/jam/5-20 kg BB
-        10 cc/jam/kurang dari 25 kg BB
3.   Mencegah dan mengobati komplikasi
4. Mengontrol kejang : Pemberian terapi anti epilepsi
-          Natrium fenobarbital/parenteral  dengan dosis awal 7 mg/kg BB
-          Difenilhidantoin /IV, 5mg/kgBB/hari
-          Diazepam(valium)/IV, 0,5 mg/kgBB
           5. Mengurangi meningkatnya  tekanan intra kranial  
           6. Mengontrol suhu badan
2.   KONSEP DASAR  ASKEP
2.1    PENGKAJIAN
               2.1.1 Biodata
Insiden tertinggi pada anak usia 2 bulan sampai 12 tahun
Laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita.
2.1.2    Keluhan Utama
Kejang dan kesadaran menurun
2.1.3 Riwayat Penyakit sekarang
1.   Gejala infeksi akut :keadaan umum lemah, nafsu makan menurun,muntah serta pada anak sering mengeluh sakit kepala

2.   Gejala tekanan intra kranial :anak sering muntah, nyeri kepala(pada orang dewasa), pada neonatus kesadaran menurun dari apatis sampai koma, kejang  umum
             2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Tuberkulosa, trauma kepala
             2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit tuberkulosis paru pada meningen tuberkulosis
 2.1.6 ADL
Nutrisi : Menurunnya nafsu makan, mual, muntah dan klien mengalami  kesukaran/tidak dapat menelan, dampak dari penurunan kesadaran.
Aktivitas :    Mengalami kelumpuhan dan kelemahan yang mengakibatkan gerak serta ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan.
Tidur : Terdapat gangguan akibat nyeri kepala yang dialami.
Eliminasi : Terjadi obstipasi dan inkontinensia urin.
Hygiene :         Sangat tergantung dalam hal perawatan diri karena penurunan kesadaran.
 2.1.7 Pemeriksaan
 1.      Pemeriksaan Umum
-          Suhu tubuh lebih dari 38 °C
-          Nadi cepat, tapi jika terjadi peningkatan tekanan intra kranial nadi menjadi cepat
-          Nafas lebih dari 24 x/menit
2.      Pemeriksaan Fisik
-       Kepala dan leher : Ubun-ubun  besar dan menonjol, strabismus dan nistagmus (gerakan bola mata capat tanpa disengaja, diluar kemauan), pada wajah ptiachiae, lesi purpura, bibir kering,sianosis serta kaku kuduk
-    Thorak / dada : Bentuk simetris, pernafasan tachipnea, bila koma pernafasan cheyne stokes, adanya tarikan otot-otot pernafasan, jantung S1-S2
-         Abdomen : Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun
-      Estrimitas : pada kulit ptiachiae, lesi purpura dan ekimosis, reflek Bruzinsky dan tanda Kernig positif, tanda hemiparesis
-          Genetalia : Inkontinensia uria pada stadium lanjut
3.      Pemeriksaan Penunjang
-          Pungsi lumbal
-          Kultur darah
                           -      CT-scan
      2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan dan penurunan tingkat kesadaran
2.2.2 Perubahan perfusi jaringan (otak) berhubungan dengan proses inflamasi adanya peningkatan tekanan intra kranial
2.2.3 Perubahan volume cairan (defisit) berhubungan dengan inadekuatnya intake dan kehilangan yang abnormal
               2.2.4 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan anoreksia, kelemahan, mual, muntah
               2.2.5 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilitas, diaforesis  dan defisit neurologis
         2.2.6 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan istirahat yang lama dan infasi meningeal
      2.3  PERENCANAAN
2.3.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN I
Tujuan :  Bersihan jalan nafas efektif, pemenuhan kebutuhan O2 sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil :
1.            Tidak ada suara nafas tambahan
2.            Frekwensi pernafasan dalam batas normal (20-24 x/menit)
3.            Kebersihan jalan nafas terjaga
                     Rencana Tindakan :
1.            Dengarkan suara nafas setiap 4 jam, segera laporkan adanya suara nafas tambahan seperti whezing dan ronchi
R /    Timbulnya akumulasi segera pada saluran nafas ditandai dengan adanya suara nafas tambahan
2.            Jaga kebersihan jalan nafas, persiapkan peralatan suction didekat pasien
R/  Penempatan peralatan suscion didekat pasien merupakan salah satu alternatif untuk kecepatan dalam pemberian tindakan
3.            Lakukan program kolaborasi dan pemberian O2   sesuai dengan kebutuhan
R/  Pemberian terapi O2 sesuai dengan kebutuhan akan mencegah timbulnya hipoksia jaringan
             2.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN II
                        Tujuan : Perfusi jaringan keotak dapat terjaga
Kriteria Hasil : 
1.        Individu dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan sirkulasi perifer
2.        Terhindar dari trauma
3.         Keluarga dapat melaporkan perubahan pasien dalam peningkatan kenyamanan
Rencana tindakan :
1.      Observasi gejala-gejala dari peningkatan tekanan intra kranial
R/ Peningkatan tekanan intra kranial merupakan salah satu penyebab terjadinya syok
2.      Observasi TTV tiap 1 jam
R/  Perubahan jalan nafas, meningkatnya denyut nadi tanda dari tekanan intra kranial meningkat
3.      Anjurkan pasien untuk bedrest
         R/ Aktivitas menyebabkan meningkatnya metabolisme yang dapat memperburuk keadaan dan TIK
             2.3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN III
Tujuan : Tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit dalam darah
Kriteria Hasil :
                     1. Keadaan serum dan elektrolit darah dalam batas normal
.                    2. TTV normal
3. Kulit lembab, turgor kulit kembali dalam waktu 1 detik
4. Suhu normal (36,5°C-37,5°C )
                     Rencana Tindakan :
1.      Obsevasi TTV tiap 4 jam
      R/ Perubahan suhu tubuh dan peningkatan nadi merupakan salah satu tanda terjadi dehidrasi
2.      Deteksi tanda-tanda dari dehindrasi seperti membran mukosa kering,rasa haus , penurunan BB, penurunan produksi urin
      R/ Pengawasanan terjadi dehidrasi sangat membantu menentukan output yang abnormal dan kriteria beratnya dehidrasi
            2.3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN IV
                        Tujuan : Nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil :
1.            Pasien tidak mual dan tidak muntah
2.            Pasien mengkonsumsi 75% nutrisi sesuai dengan umur
3.            Menunjukkan peningkatan BB
          Rencana tindakan :
1.      Kaji makanan yang disukai pasien
R/ Dengan mengetahui jenis makanan yang disukai pasien akan sangat membantu dalam pemberian kalori sesuai dengan tingkat usia
 2.      Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
R/ Pengkajian makanan mempengarui selera makan dan proses ogertif
3.      Libatkan keluarga dalam penentuan jenis diet yang digunakan
R/ Partisipasi keluarga sangat menunjang dalam keberhasilan perawatan dan proses penyembuhan pasien
 4.      Observasi peningkatan BB
R/ Peningkatan BB merupakan salah satu tanda keberhasilan dari program yang dilakukan
             2.3.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN V
                        Tujuan : Tidak terjadi kerusakan kulit
Kriteria Hasil :
1.      Perubahan posisi secara teratur
2.      Dapat mengidentifikasi kerusakan kulit
3.      Kulit selalu dalam keadaan kering
Rencana tindakan :
1.      Jaga kulit dalam keadaan bersih dan kering
R/     Keadaan kulit yang kotor dan basah mempengaruhi sirkulasi yang menyebabkan kematian jaringan dan terjadi ulkus
2.      Ubah posisi tidur pasien setiap 2 jam
R/     Penekanan yang lama pada kulit akan mempengaruhi sirkulasi yang menyebabkan kematian jaringan dan terjadi ulkus
3.      Gunakan pakaian tipis dan menyerap panas
R/     Pakaian yang tipis dan tidak menyerap panas akan membantu
4.      Lakukan masase pada daerah kulit yang terjadi penekanan tiap 4 jam
R/     Masase pada daerah kulit yang terjadi penekanan akan membantu sirkulasi darah
            2.3.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN VI
                        Tujuan : Pasien menunjukkan peningkatan rasa nyaman 
Kriteria Hasil :
1.      Tidak menunjukkan tanda-tanda kaku kuduk dan infasi meningkat
2.      Tidak terdapat nyeri kepala, kekuatan dan fotofobia
3.      TTV normal
4.      Tanda kernig dan brudzenski
Rencana tindakan :
1.      Observasi tanda-tanda infasi meningeal
R/     Adanya infasi meningeal akan meningkatkan rasa nyeri
2.      Observasi tanda-tanda peningkatan TIK
R/     Adanya peningkatan TIK dapat menyebabkan syok meningeal
3.      Atur posisi pasien senyaman mungkin
R/     Posisi nyaman mengurangi penekanan pada saraf perifer
4.      Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R/     Mengurangi ketegangan pada otot
5.      Kolaborasi pada tim medis untuk pemberian analgesik
R/     Kolaborasi pada tim medis untuk pemberian analgesik
 
DAFTAR PUSTAKA
 Adele Pelliteri (2001), PERAWATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK, EGC, Jakarta
 Ngastiyah (1997), PERAWATAN ANAK SAKIT, EGC, Jakarta
 Suriadi (2001), ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK, PT.Fajar Interpratama, Jakarta
 riyawan.com

0 comments:

Posting Komentar