ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS
ENSEFALITIS
1. KONSEP DASAR MEDIS
1.1
DEFINISI
Meningitis adalah suatu peradangan pada selaput otak mengenai sebagian dan
seluruh atau seluruh selaput otak (meningen) yang melapisi otak dan medula
spinalis, yang ditandai dengan adanya sel darah putih cairan serebrospinal.
(Suriadi:2001:201)
Meningitis adalah peradangan pada mengingen, cairan serebrosoinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. (Suriadi
: 2001 : 1)
Ensefalitis adalah reaksi keradangtan yang mengenai jaringan otak oleh
berbagai macam mikroorganisme, penyebab yang terpenting dan tersering ialah
virus. (Soegeng soegijanto :2001 : 105)
1.2
ETIOLOGI
1.2.1 Bakteri,
Haemophilus influensa (tipe B), Strepcoccus pneumonia, Neisseria meningitides, b-hemolytik streptococcus, Staphilicoccus aurea, e.
coli .
1.2.2
Faktor
predisposisi : jenis kelamin : laki – laki lebih sering dibandingkan wanita.
1.2.3
Faktor
Maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
1.2.4
Faktor
Imunologi : defisiensi mekanisma imun, difisiensi imonoglobulin, anak yang
mendapat obat – obatan imunosupresi.
1.2.5 Anak dengan
kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan
sistem persarafan.
Untuk ensefalitis berbagai macam mikroorganisme
penyebab yang terpenting dan tersering adalah virus.
1.3 Patofisiologi
-
Otak dilapisi
oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak
dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub
arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di
dalam lapisan subarachnoid.
-
Organisme
(virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasukicairan otak
melalui aliran darah merah pada blood brain barrier, masuknya dapat melalui
trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral atau
kelainan system syaraf pusat. Otorrea atau rhinorea akibat fraktur dasar
tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara CSF dan
dunia luar.
-
Efek
peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat
menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosepalus dan peningkatan
tekanan intra kranial.Efek patologi dari
peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen . Edema dan eksudasi dari
kesemuannya menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial.
-
Organisme
masuk melalui sel darah merah pada blood brain barier. masuknya dapat melalui
trauma penetrasi , prosedur pembedahan , atau rhinoria akibat fraktur dasar
tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara CSF dan
dunia luar.
-
Masuknya
mikroorganisme kesusunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid dan
menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel.
-
Dari reaksi
radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar
jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan
hidrosefalus.
-
Umumnya virus
ensefalitis setelah masuk kedalam tubuh kemudian akan masuk kedalam sususna
limfatik, berkembang biak, ikut aliran darah dan menyebabkan infeksi pada
beberapa alat tubuh, pada keadaan ini timbul demam tetapi belum ada kelainan
neurologis.
-
Virus akan
terus berkembang biak kemudian menyerang saraf pusat dan kemudian timbul kelainan
neurolgis.
1.3
MANIFESTASI
KLINIK
· Neonatus : menolak untuk makan,refleks menghisap
kurang,muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak,dan menangis lemah.
· Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepaal,
muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah tersimulasi dan
teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak,
stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus. Tanda Kernig dan brudzinski positif,
refleks fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus (menunjukkan adanya
infeksi meningococcal)
· Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) :
demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan
merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda Kernig dan Brudzinsky
positif.
1.4
KOMPLIKASI
1.5.1 Edema
Cerebri
1.5.2 Hidrosefalus
1.5.3 Abses otak
1.5.4 Koma
1.5.5 Kejang
1.5.6 Kehilangan
fungsi saraf
1.5.7 Kehilangan pendengaran dan penglihatan
1.5.8 SIADH (Syndrome Inappropriate Antideuretik
Hormone )
1.5.9 Syok
1.5.10 KID (Kongesti
Intravaskuler Diseminata )
1.5.11 Henti
nafas
1.5.12 Kematian
1.5
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.
Pungsi lumbal
1.1
Bakteri
1.1
Mungkin keruh
atau tidak keruh
1.2
Glukosa
rendah, tinggi protein
1.3
Leukosit
rendah, paling banyak polimorfonuklear leukosit
1.2
Virus
1.2.1
Glukosa
normal, protein normal atau agak sedikit tinggi
1.2.2
SDP agak
tinggi : Paling banyak berisi leukosit mononuklear
1.3 Kultur darah : Mungkin ditemukan septikemia
1.4
JDL : Peningkatan leukosit
1.5 Elektrolit darah : Mungkin
terganggu, natrium darah dipantau untuk mengkaji terhadap sindrom
ketidaktepatan hormon anti deuretik (SIADH)
1.6 Ct-Scan dapat diindikasikan untuk
mengevaluasi adanya komplikasi
1.6
PENATALAKSAAN
1.
Terapi Anti
Mikroba
Antibiotika
: - Ampisilin/IV, 400 mg/kg BB/hari
Khloramfenikol, 100 mg/kgBB/hari
2.
Mempertahankan
hidrasi optimal dengan pemberian cairan Dorrow glukosa secara intravena dengan
kekuatan tetesan :
-
50
cc/jam/diatas 20 kg BB
-
25
cc/jam/5-20 kg BB
-
10
cc/jam/kurang dari 25 kg BB
3. Mencegah dan mengobati komplikasi
4. Mengontrol kejang : Pemberian terapi anti
epilepsi
-
Natrium
fenobarbital/parenteral dengan dosis
awal 7 mg/kg BB
-
Difenilhidantoin
/IV, 5mg/kgBB/hari
-
Diazepam(valium)/IV,
0,5 mg/kgBB
5. Mengurangi meningkatnya
tekanan intra kranial
6. Mengontrol suhu badan
2. KONSEP
DASAR ASKEP
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Biodata
Insiden tertinggi pada anak usia 2
bulan sampai 12 tahun
Laki-laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita.
2.1.2 Keluhan
Utama
Kejang dan kesadaran menurun
2.1.3 Riwayat Penyakit sekarang
1. Gejala infeksi akut :keadaan umum
lemah, nafsu makan menurun,muntah serta pada anak sering mengeluh sakit kepala
2. Gejala tekanan intra kranial
:anak sering muntah, nyeri kepala(pada orang dewasa), pada neonatus kesadaran
menurun dari apatis sampai koma, kejang
umum
2.1.4 Riwayat
Penyakit Dahulu
Tuberkulosa,
trauma kepala
2.1.5 Riwayat
Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada
yang menderita penyakit tuberkulosis paru pada meningen tuberkulosis
2.1.6 ADL
Nutrisi : Menurunnya nafsu makan, mual, muntah dan klien mengalami kesukaran/tidak dapat menelan, dampak dari
penurunan kesadaran.
Aktivitas : Mengalami kelumpuhan dan kelemahan yang
mengakibatkan gerak serta ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan.
Tidur :
Terdapat gangguan akibat nyeri kepala yang dialami.
Eliminasi : Terjadi obstipasi dan
inkontinensia urin.
Hygiene : Sangat tergantung dalam hal perawatan
diri karena penurunan kesadaran.
2.1.7 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
-
Suhu tubuh
lebih dari 38 °C
-
Nadi cepat,
tapi jika terjadi peningkatan tekanan intra kranial nadi menjadi cepat
-
Nafas lebih
dari 24 x/menit
2.
Pemeriksaan
Fisik
-
Kepala dan
leher : Ubun-ubun besar dan menonjol,
strabismus dan nistagmus (gerakan bola mata capat tanpa disengaja, diluar
kemauan), pada wajah ptiachiae, lesi purpura, bibir kering,sianosis serta kaku
kuduk
- Thorak / dada
: Bentuk simetris, pernafasan tachipnea, bila koma pernafasan cheyne stokes,
adanya tarikan otot-otot pernafasan, jantung S1-S2
-
Abdomen :
Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun
- Estrimitas :
pada kulit ptiachiae, lesi purpura dan ekimosis, reflek Bruzinsky dan tanda
Kernig positif, tanda hemiparesis
-
Genetalia :
Inkontinensia uria pada stadium lanjut
3. Pemeriksaan Penunjang
-
Pungsi lumbal
-
Kultur darah
-
CT-scan
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelelahan,
kelemahan dan penurunan tingkat kesadaran
2.2.2 Perubahan perfusi jaringan (otak) berhubungan dengan proses inflamasi
adanya peningkatan tekanan intra kranial
2.2.3 Perubahan volume cairan (defisit) berhubungan dengan inadekuatnya
intake dan kehilangan yang abnormal
2.2.4 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
(kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan anoreksia, kelemahan, mual,
muntah
2.2.5 Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan immobilitas, diaforesis dan
defisit neurologis
2.2.6 Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan istirahat yang lama dan infasi meningeal
2.3
PERENCANAAN
2.3.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN I
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif, pemenuhan
kebutuhan O2 sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil :
1.
Tidak ada
suara nafas tambahan
2.
Frekwensi
pernafasan dalam batas normal (20-24 x/menit)
3.
Kebersihan
jalan nafas terjaga
Rencana Tindakan :
1.
Dengarkan
suara nafas setiap 4 jam, segera laporkan adanya suara nafas tambahan seperti
whezing dan ronchi
R / Timbulnya akumulasi segera pada
saluran nafas ditandai dengan adanya suara nafas tambahan
2.
Jaga
kebersihan jalan nafas, persiapkan peralatan suction didekat pasien
R/ Penempatan peralatan suscion
didekat pasien merupakan salah satu alternatif untuk kecepatan dalam pemberian
tindakan
3.
Lakukan
program kolaborasi dan pemberian O2 sesuai dengan kebutuhan
R/ Pemberian terapi O2 sesuai
dengan kebutuhan akan mencegah timbulnya hipoksia jaringan
2.3.2 DIAGNOSA
KEPERAWATAN II
Tujuan : Perfusi
jaringan keotak dapat terjaga
Kriteria Hasil :
1.
Individu
dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan sirkulasi perifer
2.
Terhindar
dari trauma
3.
Keluarga
dapat melaporkan perubahan pasien dalam peningkatan kenyamanan
Rencana tindakan :
1. Observasi gejala-gejala dari peningkatan tekanan
intra kranial
R/ Peningkatan tekanan intra kranial merupakan
salah satu penyebab terjadinya syok
2. Observasi TTV tiap 1 jam
R/ Perubahan jalan nafas, meningkatnya denyut
nadi tanda dari tekanan intra kranial meningkat
3. Anjurkan pasien untuk bedrest
R/ Aktivitas
menyebabkan meningkatnya metabolisme yang dapat memperburuk keadaan dan TIK
2.3.3 DIAGNOSA
KEPERAWATAN III
Tujuan : Tercapai keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam darah
Kriteria Hasil :
1.
Keadaan serum dan elektrolit darah dalam batas normal
. 2.
TTV normal
3. Kulit lembab,
turgor kulit kembali dalam waktu 1 detik
4. Suhu normal (36,5°C-37,5°C )
Rencana Tindakan :
1. Obsevasi TTV tiap 4 jam
R/ Perubahan suhu tubuh dan peningkatan nadi merupakan salah satu tanda
terjadi dehidrasi
2. Deteksi tanda-tanda dari dehindrasi seperti
membran mukosa kering,rasa haus , penurunan BB, penurunan produksi urin
R/ Pengawasanan terjadi
dehidrasi sangat membantu menentukan output yang abnormal dan kriteria beratnya
dehidrasi
2.3.4 DIAGNOSA
KEPERAWATAN IV
Tujuan : Nutrisi sesuai
dengan kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil :
1.
Pasien tidak
mual dan tidak muntah
2.
Pasien
mengkonsumsi 75% nutrisi sesuai dengan umur
3.
Menunjukkan
peningkatan BB
Rencana
tindakan :
1. Kaji makanan yang disukai pasien
R/ Dengan mengetahui jenis makanan
yang disukai pasien akan sangat membantu dalam pemberian kalori sesuai dengan
tingkat usia
2. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
R/ Pengkajian makanan mempengarui
selera makan dan proses ogertif
3. Libatkan keluarga dalam penentuan jenis diet yang
digunakan
R/ Partisipasi keluarga sangat
menunjang dalam keberhasilan perawatan dan proses penyembuhan pasien
4. Observasi peningkatan BB
R/ Peningkatan BB merupakan salah satu tanda
keberhasilan dari program yang dilakukan
2.3.5 DIAGNOSA
KEPERAWATAN V
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan
kulit
Kriteria Hasil :
1. Perubahan posisi secara teratur
2. Dapat mengidentifikasi kerusakan kulit
3. Kulit selalu dalam keadaan kering
Rencana tindakan :
1. Jaga kulit dalam keadaan bersih dan kering
R/ Keadaan kulit yang kotor dan basah mempengaruhi
sirkulasi yang menyebabkan kematian jaringan dan terjadi ulkus
2. Ubah posisi tidur pasien setiap 2 jam
R/ Penekanan yang lama pada kulit akan mempengaruhi
sirkulasi yang menyebabkan kematian jaringan dan terjadi ulkus
3. Gunakan pakaian tipis dan menyerap panas
R/ Pakaian yang tipis dan tidak menyerap panas akan
membantu
4. Lakukan masase pada daerah kulit yang terjadi
penekanan tiap 4 jam
R/ Masase pada daerah kulit yang terjadi penekanan
akan membantu sirkulasi darah
2.3.6 DIAGNOSA
KEPERAWATAN VI
Tujuan : Pasien
menunjukkan peningkatan rasa nyaman
Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan tanda-tanda kaku kuduk dan
infasi meningkat
2. Tidak terdapat nyeri kepala, kekuatan dan
fotofobia
3. TTV normal
4. Tanda kernig dan brudzenski
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda infasi meningeal
R/ Adanya infasi meningeal akan meningkatkan rasa
nyeri
2. Observasi tanda-tanda peningkatan TIK
R/ Adanya peningkatan TIK dapat menyebabkan syok
meningeal
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
R/ Posisi nyaman mengurangi penekanan pada saraf
perifer
4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R/ Mengurangi ketegangan pada otot
5. Kolaborasi pada tim medis untuk pemberian
analgesik
R/ Kolaborasi pada tim medis untuk pemberian
analgesik
DAFTAR PUSTAKA
Adele Pelliteri (2001), PERAWATAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK, EGC, Jakarta
Ngastiyah (1997), PERAWATAN ANAK
SAKIT, EGC, Jakarta
Suriadi (2001), ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK, PT.Fajar Interpratama, Jakarta
riyawan.com
0 comments:
Posting Komentar