Sabtu, 07 Juni 2014

PALATO SKISIS



ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
PADA KASUS LABIO / PALATO SKISIS

A.    KONSEP MEDIS
1.      Pengertian
Labio / Palato Skisis adalah merupakan konginetal anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah.
2.      Etiologi
1)      Kegagalan fase embrio penyebabnya belum diketahui
2)      Faktor Herediter
3)      Dapat dikaitkan dengan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen (agen atau faktor yang menimbulkan cacat pada masa embrio).
3.      Patofisiologi
1)  Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio pada trimester pertama.
2)  Kegagalan bibir sumbing adalah terbelahnya / bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nasal medial dan maksilaris untuk menyatu selama masa kehamilan 6 – 8 minggu.
3)   Palato Skisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7 – 12 minggu.
4)      Penggabungan komplit garis tengah atau bibir antara 7 dan 8 minggu masa kehamilan.

4.   Komplikasi
1)      Gangguan bicara dan pendengaran
2)      Terjadinya otitis media
3)      Apirasi
4)      Distress pernafasan
5)      Resiko infeksi saluran nafas
6)      Pertumbuhan dan perkembangan terlambat
5.      Manifestasi Klinis
5.1  Pada labio skisis
1)      Distorsi pada hidung
2)      Tampak sebagian atau keduanya
3)      Adanya celah pada bibir
5.2  Pada palato skisis
1)   Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak dan keras dan atau foramen incisive
2)      Adanya rongga pada hidung
3)      Distorsi hidung
4)      Teraba ada celah / terbakarnya langit-langit saat diperiksa dengan jari.
5)      Kesukaran dalam menghisap atau makan
6.   Pemeriksaan Diagnosis
1)      Foto Rontgen
2)      Pemeriksaan fisik
3)      MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk evaluasi abnormal.
7.   Penatalaksanaan
7.1  Penatalaksanaan terapeutik
1.      Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan.
2.      Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat.
3.      Mencegah komplikasi
4.      Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
5.      Pembedahan : pada labio sebelum kecacatan palato : perbaikan dengan pembedahan usia 2 – 3 hari atau sampai usia beberapa minggu prosthesis intra oral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum pembedahan perbaikan.
6.      Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
7.2  Penatalaksanaan perawatan
Pengkajian :
-          Inspeksi kecacatan pada saat lahir
-          Kemampuan menghisap, menelan dan bernafas.
-          Proses bonding
-          Palpasi dengan menggunakan jari
-          Mudah kesedak
-          Meningkatnya otitis
-          Distress pernafasan dengan aspirasi
-          Mungkin dypsnea
-          Riwayat keluarga dengan penyakit anak.


B.     KONSEP ASKEP
1.      PENGKAJIAN
1.      Biodata
Dijumpai pada bayi baru lahir / bulan / tahun, lingkungan tempat tinggal orang tua dekat dengan bahan toksik (periode fusi kedua). Rasio bayi laki-laki dan perempuan 6 : 4.
Keiloskisis dengan atau tanpa palato skisis terjadi 1 dari 1000 kehamilan
Palatoskisis sendiri terjadi 1 dari 2500 kelahiran.
Keiloskisis lebih banyak terjadi pada pria.
Pal lebih banyak terjadi pada wanita.
2.      Riwayat kesehatan
1)      Prenatal
Adanya satu atau lebih faktor predisposisi terjadinya labio / palatoskisis antara lain toksisitas selama kehamilan, misal : rubella, pecandu alkohol, terapi fenitoin, genetik, minimum obat / jamu, upaya.
2)      Post Natal
Kondisi labio / palatoskisis adanya riwayat kesulitan dalam proses manipulasi meneteki, mudah tersedak, distress pernafasan, dipsnea.
3.      Pemeriksaan fisik
Pada labio skisis :
-     Distorsi pada hidung
-     Tampak sebagian atau keduanya
-      Adanya celah pada bibir
-    Tonjolan kecil di atas bibir sampai pemisahan total bibir dan struktur wajah ke dalam dasar tulang.
-       Gigi atas dan ginggiva makin tidak ada.
                  -     Hidung datar (karena penyatuan bibir atas yang tidak lengkap kemungkinan nodos ke
                      arah horisantal)
Pada palato skisis :
-       Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak dan keras dan atau foramen incisive
-        Adanya rongga pada hidung
-        Teraba ada celah / terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.
-         Kesukaran dalam menghisap atau makan
-        Anomali kongenital lain (karena palaton bibir adalah komponen dari banyak sindrom).
 4.      Pemeriksaan penunjang              Rontgen
                                                            Sonde

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam mendeteksi ASI berhubungan dengan ketidakmampuan menelan / kesukaran dalam makan sekunder dan kecacatan dan pembedahan.
2.  Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dan palato skisis, efek anastesi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan.
4.  Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan tekhnik pemberian makanan, dan perawatan di rumah.
5.      Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.

3.      PERENCANAAN
3.1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan atau tidak efektif dalam meneteki ASI berhubungan dengan ketidakmampuan menelan atau kesukaran dalam makan, tachipnea, sekunder dari kecacatan dan pembedahan (perubahan diit).
1.      Tujuan : nutrisi yang adekuat dapat dipertahankan.
2.      Kriteria evaluasi :
-          Keadaan umum baik
-          Adanya peningkatan berat badan
-          Bibir tidak kering
-          Adaptasi dengan metode makan yang sesuai.
3.      Intervensi
-          Kaji kemampuan menelan dan menghisap
Rasional :  mengidentifikasi makanan yang masuk adekuat.
-          Gunakan dot botol yang lunak dan besar atau dot khusus dengan lubang yang sesuai untuk pemberian minuman.
Rasional :  menurunkan resiko cidera pada area mukosa palato skisis
-          Tempatkan dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah mendorong makan / minuman ke dalam
Rasional :  memberi kemudahan pemasukan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
-          Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan.
Rasional :  membantu mempermudah jalannya makanan masuk ke dalam saluran pencernaan
-          Tepuk punggung bayi setiap 15 ml minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih menghisap
Rasional :  membantu memfokuskan jalannya makanan ke dalam saluran pencernaan.
-          Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan
Rasional :  makanan yang masuk disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.
-          Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi; puasa 6 jam; pemberian infus dan lainnya.
Rasional :  memberikan pengetahuan dasar untuk membuat pilihan berdasarkan informasi tentang pembedahan.
-          Prosedur perawatan setelah operasi, rangsangan untuk menelan atau menghisap, dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7 – 10 hari; bila sudah toleran berikan minuman pada bayi dan minuman atau makanan lunak untuk anak sesuai dengan diitnya.
Rasional :  mengoptimalkan pengobatan tepat untuk penyembuhan.
3.2  Bersihkan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan jadwal kebutuhan mengeluarkan sekresi sekunder dari plato skisis, efek anatesi.
1.      Tujuan : jalan nafas efektif.
2.      Kriteria evaluasi :
-         Anak bebas dari aspirasi
-         Pernafasan teratur
-         Bunyi nafas vesikuler
-         RR (12 – 20) x/menit
3.      Intervensi :
-         Kaji status pernafasan selama pemberian makanan
Rasional : berguna dalam evaluasi derajat kesulitan kemampuan menelan menghisap
-         Gunakan dot agak besar, rangsang hisap dengan sentuhan dot pada bibir
Rasional :  mengontrol nutrisi yang masuk adekuat
-         Perhatikan posisi bayi pada saat memberi makanan; tegak atau setengah duduk.
Rasional :  membantu penelanan dan penurunan resiko aspirasi
-         Beri makan secara perlahan
Rasional :  mencegah resiko tersedak dan infeksi
-         Lakukan penepukan punggung setelah pemberian minum
Rasional :  meningkatkan proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi.
-         Rubah posisi sesuai kebutuhan atau 2 jam sekali setelah pembedahan untuk memudahkan drainage
Rasional :  peninggian kepala mempermudah fungsi pernafasan.
 -         Lakukan isap lendir bila perlu
Rasional :  menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan pengumpulan lendir
-         Bersihkan mulut setelah minum / makan
Rasional :  menghilangkan partikel makanan dan menurunkan resiko infeksi

3.3  Resiko Infeksi berhubungan dengan Kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan
1.      Tujuan : tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sebelum atau sesudah operasi
2.      Kriteria evaluasi :
-          Luka tampak bersih, kering
-          Tidak oedema
3.      Intervensi
-          Berikan posisi yang tepat setelah makan; miring ke kanan, kepala agak sedikit tinggi
Rasional :  membantu mempermudah makanan ke saluran pencernaan.
-          Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam
Rasional :  identifikasi dini dan pengobatan infeksi dapat mencegah komplikasi lebih serius
-          Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menggunakan tehni steril
Rasional :  menurunkan resiko infeksi



-          Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril misalnya alat tenun dan lainnya.
Rasional :  meningkatkan penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi dengan mempertahankan garis jahitan bersih dan utuh.
-          Monitor keutuhan jahitan kulit
Rasional :  mengontrol perkembangan kesembuhan
-          Perhatikan perdarahan, edema, dan drainage
Rasional :  kondisi vaskuler jaringan meningkatkan resiko perdarahan
-          Hindari gosok gigi pada anak kira-kira 1 – 2 minggu.
Rasional :  melindungi jaringan mulut dari cedera.

3.4  Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan tehnik pemberian makan dan perawatan di rumah
1.      Tujuan :     orang tua dapat memahami metode pemberian makan pada anak.
2.      Krieria evaluasi :
-          Orang tua dapat mendemonstrasikan metode pemberian makan pada anak
-          Orang tua dapat memahami perawatan dan pengobatan setelah pembedahan.
3.      Intervensi
-          Jelaskan prosedur operasi sebelum dan sesudah operasi
Rasional :  memberikan pengetahuan dasar untuk membuat pilihan berdasarkan informasi tentang perawatan selanjutnya dan hasil.


-          Ajarkan pada orang tua dalam perawatan anak; cara pemberian makan / minum dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, pada posisi saat pemberian makan / minum, lakukan penepukan punggung, bersihkan mulut setelah makan.
Rasional :  membantu dalam penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi

3.5  Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
1.      Tujuan : rasa nyaman anak dapat dipertahankan.
2.      Kriteria evaluasi :
-          Anak tidak menangis
-          Tidak stabil
-          Tidak gelisah
3.      Intervensi
-          Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan
Rasional :  mengumpulkan energi untuk penyembuhan dan mencegah kelelahan
-          Tenangkan bayi atau anak
Rasional :  meningkatkan istirahat dan meningkatkan kemampuan koping
-          Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan kondisinya
Rasional :  mengalihkan intensitas nyeri
-          Support emosional bayi / anak; belaian, sentuhan dengan mainan
Rasional :  memberikan kenyamanan dalam proses penyembuhan
-          Berikan analgetik sesuai program
Rasional :  diberikan untuk nyeri ringan yang tidak hilang dengan tindakan kenyamanan

4.      PELAKSANAAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan anak dengan labio palato skisis didasarkan pada rencana yang telah ditentukan dengan prinsip :
4.1  Mempertahankan nutrisi adekuat
4.2  Mencegah aspirasi dan obstruksi jalan nafas dan mempertahankan kepatenan pada jalan nafas.
4.3  Mencegah infeksi
4.4  Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan bayi atau anak dan perawatan di rumah.
4.5  Meningkatkan rasa nyaman

5.      EVALUASI
Setelah tindakan keperawatan dilakukan evaluasi proses dan hasil mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing keperawatan sehingga :
-         Masalah teratasi atau tujuan tercapai.
-         Masalah teratasi atau tujuan tercapai sebagian
-         Masalah tidak teratasi atau tujuan tidak tercapai.


DAFTAR PUSTAKA
Yuliani, Rita, Suriadi, (2001), Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi I, Jakarta : CV. Sagung Seto.
 Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC.
 Adele Pilliteri, Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak, EGC, Jakarta.
 Cecily L. Betz. Linda, Linda A. Sowden, Buku Saku Keperawatan Pediatri, EGC, Kedokteran : Jakarta, 2002.
 Nelson, Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, 2000, EGC : Jakarta.
riyawan.com

0 comments:

Posting Komentar