ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PENYAKIT HIRSCHPRUNG
1.1 PENGERTIAN
Penyakit Hirscprung
(magakolon aganglion bawaan) adalah penyakit yng disebsbkan kelainan inervasi
tidak adanya sel ganglion pada dinding usus, mulai pada sfingter ani interna
dan meluas ke proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi. (Behrman,
kliegman, arvin. 2000)
Penyakit hirscprung
disebut juga congenital aganglionosis atau megakolon (aganglionic megakolon)
yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam
kolon. (Suriadi, Skp dan Rita Y., Skp
2000 : 241)
1.2 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan ganglion meissner dan aurbah dalam lapisan
dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arauh proksimal 70 % terbatas
didaerah rektosimoid 10% sampai seluruh kolom dan sekitarnya 5% dapat mengenai
seluruh usus sampai pilodus. Penyakit ini juga tidak terdapatnya sel ganglion
Parasimpaatis dari pleksusaurbach dikolom dan sering terjadi pada anak dengan
down syndrom dan kegagalan sel naural pada masa embrio dalam dinding usus gagal
eksistensi kraniokaudal pada myentesik dan mukosa dinding.
1.3
PATOFISIOLOGI
1.
Persyarafan kolon yang didukung oleh
ganglion-persarafan parasimpatik yang tidak sempurna dibagian usus yang bisa
mengkibatkan peristaltik yang abnormal, sehingga terjadi konstipasi dan
obsteruksi.
2.
tidak adanya ganglion yang menyebabkan migrasi sel
ganglion yang berkembang menjadi embriologi, karena sel ganglion bermigrasi
pada bagian saluran gastroutestinal (rectum) yang bisa memperluas hingga
proksimal dari anus.
3.
pada internatural plexus dalam usus yang berguna untuk
mengontrol kontaksi dan relaksasi peristaltik sel normal.
4.
pada lumen usus bisa menyebabkan penyempitan, tinja dan
gas akan terkumpul dibagian proksinial yang bisa menyebabkan obstruksi di
bagian kolom tersebut melebar (mega kolon).
1.4 TIPE
Berdasarkan
panjang segmen yang terkena penyakit hirschprung dapat di bedakan menjadi 2
tipe :
1.
Penyakit hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionis mulai
dari anus samlpai sigmoid merupakan 70 % dari penyakit ini ditemukan pada anak
laki-laki dari pada perempuan
2.
Penyakit hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi
sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolom/usus halus di temukan sama banyak
pada anak laki-laki maupun perempuan
1.5 GAMBARAN KLINIS
Pada
gejala-gejala penyakit hirchprung ini biasanya pada saat lahir dengan
terlambatnya pengeluaran mekonim dan kebanyakan penyakit hirschprung ini
terjadi pada bayi lahir cukup bulan dan penyakit ini tidak bisa terjadi pada
bayi yang kurang bulan atau yang terlambat mengeluakan tinja.kegagalan mengeluarkan
tinja bisa menyebabkan dilatasi bagian proksimal atau usus besar dan dapat
menyebabkan perut menjadi kembung.
Masa
Neonatal :
a.
Kegagalan lewatnya mekonium dalam 48 jam
setelah lahir.
b.
Enggan minum
c.
Distensi abdomen
Masa
bayi dan kanak-kanak :
a.
Tinja seperti pita
b.
Sering diare
c.
Distensi abdomen
d.
Gagal tumbuh
1.6 KOMPLIKASI
1.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2.
Konstipasi
3.
Obstruksi usus
1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Foto polos tegak, terdapat usus melebar atau gambaran
obstruksi usus rendah.
2.
Pemeriksaan rectum.
3.
Dengan bareum emena.
a.
Apakah terdapat retensi barkum setelah 24 – 48 jam.
b.
Daerah transisi
4.
Biopsi isap untuk pengambilan mukosa dan sub mukosa
untukm,enghisap sel ganglion.
5.
memometdil untuk mengetahuia respon spingteh interna
dan eksterna
1.8 PENATALAKSANAAN
1.
Medik
Penyakit
ini halnyaa bisa dengan operasi, biasanya dipasang pipa rectum dengan dilakukan
pembilasan dengan air garam secara teratur.
2.
Bedah
a. Kolostomi sementara dan setelah dipastikan diagnosisnya
untuk pemeriksaan hisologi, sehingga dapat mengurangi adanya enterolitis.
b.
Pada bayi 6-12 bulan bisa dilakukan operasi definitif
dan bagian yang mempunyai ganglion dengan saluran anus.
3 dasar pilihan operasi :
1. Yang diuraikan oleh swense, adalah dengan memotong
segmen yang tidak berganglion dan dilakukan anastomosis rectum 1-2 cm di atas
garis batas.
2.
Oleh Duhamel yaitu untuk menciptakan rectum baru dengan
menarik usus besar yang normal ke belakang rectum yang berganglion.
3. Oleh boley yaitu endrorectal pullthrough” yang meliputi
pengupasan mukosa rectum yang tida berganglion ke otot yang terkelupas.
2. LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN
2.1
PENGKAJIAN
2.1.1
Identitas Klien
Terjadi terutama pada neonatus dan kanak-kanak. Lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan. Terjadi sejak lahir.
2.1.2
KeluhanUtama
Mekonium lambat keluar.
2.1.3
Riwayat Penyakit Sekarang
Mekonium lambat lebih dari 24 jam setelah lahir, perut kembung, muntah
berwarna hijau, dan nyeri abdomen. Pada kanak-kanak kadang terdapat diare atau
enterokolitis kronik disertai kehilangan caoran, elektrolit, dan protein yang
masif, secara cepat dan progresif menjadi sepsis dan syok.
2.1.4
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit diketahui adanya peningkatan kesulitan dalam defekasi
yang dimulai pada bebeapa mingu pertama kehidupankonstipasi sejak lahir dan
ditemukan rektum yang kosong.
2.1.5
Riwayat Penyakit Keluarga
2.1.6
Kebutuhan Nutrisi
Pola nutrisi didapatkan penurunan nafsu makan, minum dan muntah berwarna
hijau, atau ada pembatasan klien pre op.
2.1.7
Kebutuhan Eliminasi
Obstipasi, konstipasi, kadang-kadang diare, tinja seperti pita dan berbau
busuk.
2.1.8
Pemeriksaan
(1)
Pemeriksaan Umum
Kesadaran comp[os mentis, keadaan umum lemah dan gelisah, suhu tubuh
meningkat bila terdapat enterokolitis, nadi cepat dan lemah, respirasi
takipnea, BB menurun.
(2)
Pemeriksaan Fisik
-
Pernafasan takipnea, penurunan bunyi nafas, rales,
takikardia.
- Distensi abdomen, menonjol, hipertimpani, nyeri
abdomen, masa pelvis teraba, penurunan peristaltik.
- Kadang-kadang tejadi perdarahan di rectal tanpa rasa
nyeri, tidak ditemukan dilatasi dan tidak berisi tinja.
-
Anggota gerak / ekstremitas akan kurus bila kasus
berat.
2.1.9
Diagnosa keperawatan pre oprerasi
(1)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan adanya pembatasan diet sekuner terhadap pembedahan untuk pembedahan
untuk pembuatan kolostomi, muntah.
(2) Perubahan eliminasi usus : konstipasi atau diare
berhubungan dengan perubahan evakuasi usus maupun kolostomi.
(3) Krang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang perawatan kolostomi di rumah dan kebutuhan evaluasi.
(4)
Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
2.1.10
Diagnosa keperawatan post operasi
(1)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkurang
dengan pembatasan diet yang ditentukan dan atau kekurangan maka kronis.
(2)
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
drainase gastric, status puasa dan atau sering defekasi, muntah, diare.
(3) Perubahan eliminasi usus : diare yang berhubungan
dengan kurangnya kontrol spingter dan atau suele pembedahan yang diperkirakan.
(4)
Resiko ketidakefektifan pola atau bersihan jalan nafas
berhubungan dengan anestesi, imobilisasi pasca operasi dan atau nyeri.
(5)
Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan.
(6)
Perubahan integritas kulit berhubungan dengan tindakan
pembedahan dan perkiraan seringnya defekasi pada pasca operasi.
(7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang perawatan di rumah dan kebutuhan evaluasi.
2.2 RUMUSAN DIAGNOSA
3.2.1
Diagnosa Pre Opreasi
(1)
Dx I dan II
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria evaluasi : Pasien
mampu menerima diet yang diberikan sesuai usia sebelum pulang.
Intervensi
(1)
Petahankan status puasa sesuai advise
R/ Persiapan
pasein sebelum tindakan pembedahan guna meminimalkan efek narkoes
(2)
Pertahankan NGT tersambung pada drainase gravitasi atau
penghisap rendah dan intermitten
R/ Meningkatkan
dekompresi usus untuk menurunkan distensi dan menurunkan mual atau muntah.
(3)
Irigasi NGT tiap 2 jam untuk menjamin kepatenan
R/ Mempertahankan
kebersihan NGT
(4)
Catat warna, jumlah dan karakateristik cairang NGT
R/ Haluaran cairan berlebihan
dapat menyebabkan ketidak seimbangan cairan dan elektroli
(5)
Beri cairang parenteral sesuai advise
R/ Memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit
(6)
Beri cairan per NGT sesuai kondisi dan advise
R/ Mengembalikan
fungsi usus normal dan meningkatkan masukan nutrisi adekuat
(7)
Kaji abdomen : distensi (ukur lingkar perut dan tanda
vita), pulihnya bising usus, pasase, flatus dan feses maupun kolostomi
R/ Menentukan
kembalinya peristaltik
(8)
Timbang BB tiap hari
R/ Mengidentifikasi status cairang serta
memastikan kebutuhan metabolik
(2)
Dx III
Tujuan : Orang
tua memahami kondisi dandapat membantu dalam perawatan.
Kriteria evaluasi : Orang
tua dapat mengekspresikan perasaan secara verbal tentang rigasi yang dilakukan
dan kolostomi
Intervensi
(1)
Kaji tingkat pengetahuan tenang kondisi yang dialami,
perawatan di rumah dan pengobatan
R/ Faktor ini mempengaruhi keluarga untuk
melakukan tangungjawab perawatan kolostomi
(2)
Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan
kecamasan dan perhatian tentang irigasi rectal dan perawatan kolostomi
R/ Meningkatkan kemandirian, meningkatkan
kemampuan perawatan diri.
(3)
Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses kesembuhan
R/ Memberikan kesempatan untuk mengobservasi
pemulihan luka
(4)
Ajarkan pada anak dengan membuat gambar-gambar sebagai
ilustrasi
R/ memberikan referensi paska pulang untuk
mendukung pasien berupaya untuk mandiri dalam perawatan diri
(5)
Ajarkan perawatan kolostomi segera setelah pembedahan
dan lakukan sepervisi saat orang tua melakukan perawatan kolostomi
R/ Meningkatkan penatalaksanaan positif dan
menurunkan resiko ketidaktepatan perawatan kolostomi atau perkembangan.
3.2.2
Diagnosa post operasi
(1)
Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pembatasan diet yang ditentukan dan atau kekurangan makan kronis.
Tujuan : Nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi : Pasien mentoleransi diet yang sesuai dengan
usia sebelum pulang.
Intervensi
(1)
Puasakan anak hinga bising usus positif dan ada buang
gas (flatus)
R/ Menentukan kembalinya perustaltik.
(2)
Pertahankan NGT
R/ Meningkatkan dekompresi usus untuk menurunkan
distensi dan mual muntah.
(3)
Pemberian cairan intravena sesuai program sampai anak
toleran dengan intake secara oral.
R/ Memperbaiki keseimbangan caoran dan
elektrolit
(4)
Timbang BB
R/ Mengidentifikai status cairan dan memastikan
kebutuhan metabolik
(2)
Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan : Anak tidak menunjukkan rasa nyeri
Kriteria evaluasi : Dapat melakukan aktivitas, beristirahat,
kooperatif dengan yang merawat.
Intervensi
(1)
Kaji nyeri dengan skala 1 – 10
R/ Membantu mengidentifikasi intervensi yang
tepat dan mengevaluasi keefektifan analgesik.
(2)
Berikan rasa nyaman : reposisi “ Back Rub” (pijat
punggung), mendengarkan musik, sentuhan dan lain-lain.
R/ Menurunkan ketegangan otot, meningkatkan
relaksasi, meningkatkan rasa kontrol dan kemampaun koping.
(3)
Pemberian obat untuk mengatasi nyeri sesuai program
R/ Mengontrolkan atau mengurangi nyeri untuk
meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik.
(4)
Berikan ketenangan pada anak
R/ Memberikan dukungan (fisik, emosional)
(5)
Kaji pola tidu dan hindari hal-hal yang tidak
dibutuhkan oleh anak.
R/ Mengetahui dan mempertahankan tingkat
kenyamanan.
(3)
Perubahan integritas kulit berhubungan dengan tindakan
pembedahan dan perkiraan seringnya defekasi pada pasca operasi.
Tujuan : Mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria evaluasi : Insisi bekas pembedahan tidak ada pus, tidak
ada kemerahan.
Intervensi
(1)
kaji warna stoma poerdarahan, dan kaji kerusakan
sekeliling area insisi pembedahan
R/ Memantau proses penyembuhan atau keefektifan
alat dan mengidentifdikasi masalah pada area, kebutuhan untuk evaluasi atau
intervensi lanjut.
(2)
Berikan perawatan kulit dengan meticulous
R/ Melindungi kulit dari perekat kantong dan
memudahkan pengangkatan kantong bila perlu.
(3)
Gunakan kantong stoma yang dipoalergi
R/ Mencegah iritasi jaring atau kulit karena
alergi.
2.3
IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang
telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal,
pelaksanaan tindkan keperawatan pada prinsipnya adalah :
1)
Mempertahankan kebutuhan nutrisi tetap tercukupi.
2)
Menatasi masalah diare / konstipasi
3)
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh
4)
Memnuhi kebutuhan rasa nyaman
5)
Mempertahankan keefektifan pola nafas dan bersihan
jalan nafas.
6)
Mempertahankan integritas kulit
7)
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan di
rumah dan kebutuhan evaluasi.
2.4
EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut pengumpulan
data obyektif dan subjektif yangapata menunjukkan masalah apa yang
terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai
apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau
timbul masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, Yuliana R. 2001. Asuhan keperawatan pada anak.
Edisi I. PT. Fajar Inter Pratama : Jakarta
Behrman, Kliegman, Arvin.2000.Ilmu Kesehatan Anak.Edisi
15. Penerbit Buku Kedokteran, EGC : jakarta, riyawan.com
0 comments:
Posting Komentar