ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
PADA KASUS SYNDROM NEFROTIK
Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
nefrotik syndrom adalah gangguan klinis yang di tandai dengan peningkatan protein urine
(proteinuria), edema, penurunann albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan
kelebihan lipid dalam darah (hioerlipidemia). Kejadian in di akibatkan oleh
kelebihan pecahahn plasma protein ke dalam urine karena peningkatan
permeabilitas membran kapiler glomerolus. (Dr. Nursalam. M. Nur. 2006)
2. Etiologi
1.1 Sindrom
nefrotik bawaan
Dituurunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal
resisten terhadap pengobatan. Gejala : edema pada masa neonatus. Pernah di coba
pencakokan ginjal pada neonatus tapi tidak berhasil, prognosis buruk dan
biasanya meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupan.
1.2 Sindrom
nefrotik sekunder
Disebabkan oleh
:
●
Malaria kuartana/ parasit lainnya.
●
Penykit kolagen seperti lupus eritematosus
disemenata, purpura anafilaktoid.
●
Glomerulonefritis akut/ glumerulonefritis
kronik, trombosis vena renalis.
●
Bahan kimia seperti trimetadion, paradion,
penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racumdan air raksa.
●
Amilodosis, penyakit seperti sel sabit,
hiperprolinemisis, nefritis membranopoliferati, hipokomplementemik.
1.3 sindrom
nefrotik idiopatik
(tidak diketahui sebabnya/juga disebut SN primer), berdsarkan
histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop
biasa dan microskop elektron. Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu:
a. Kelainan minimal
Dengan microskop
biasa glumerulus nampak normal, sedangkan mikroskop elektron tampak foot
prposesus sel epitel terpadu.
b. Nefropati
membranosa
Semua glumerulus
menunjukkan penebalan diding kapiler yang tersebar tanpa prolivari sel tidak
sering ditemukan pada anak prognosis kurang baik.
c. Glumerulonefritis
membranoproliferatif
●
Glumerulonefritis proliferatif eksudatif difus
terdapat prolliberasi sel mesangial &
infiltrasi sel polimorfobukleus.
●
Dengan penebalan batang lobular (lobular stalik
theckening)
terdapat prolifersi sel mesangial yang
tersebar & penebalan batang lobular
●
Dengan bulan sabit
Dipastikan
proliferasi sel mesangial & proliferasi sel epitel sampai (kapsular) &
fiselar prognosis buruk.
●
Glumerulonefritis proliferatif
Proliferasi sel
mesangial & penempatan vibrin yang menyerupai membran basalis &
mesangiumtiler globulin beta. 1C/beta 1A rendah. Prognosis tidak baik.
1.4 glumerulosklerosis
fokal segmental
pada kelainan
ini yang mencollok sklerosis glumerulus sering disertai atrovi tubulus.
Prognosis buruk.
3. Patofisiologi
3.1 pada berbagai kondisi kerusakan membran
kapiler glumerulus yang serius pada glumerulus nefritis kronis, diabetes militus
dengan glumerulosklerosis interkapiler, amilodosis ginjal, lupis eritomatosus
sistemik (SLE), tumor ganas sekunder ( pada dewasa tua).
3.2 hipoalbuminemia akibat penurunan tekanan
onkotik menyebabkan edema menyeluruh dimana cairan keluar dari permukaan
vaskuler.
3.3 penurunan volume sirkulasi
& penurunan aktivitas sistem renin angiotensin yang menyebabkan refensi
sodium & edema.
3.4 Mekanisme peningkatan lipid yang tidak di
ketahui.
4. gejala
- kejadian piting edema : berat bertambah
- proteinuri : mengakibatkan kehilangan protein tubuh
- hiperlipidemia mengakibatkan aterosklerosis
- odem
5. penatalaksanaan
1. diit
tinggi protein
2. pembatasan
sodium jika anak hipertensi
3. antibiotik
untuk mencegah infeksi
4. terapi
diuretik sesuai program
5. terapi
albumin jika intake oral & output urine kurang
6. terapi
prednison dengan dosis 2mg/kg/hari sesuai program.
Konsep Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian
1.1 Biodata
Pada umumnya mengenai anak umur 6-7 tahun (puncaknya umur 7 th) &
perbandingan antara wanita dan pria 1:1,6. sindrom nefrotik dijumpai pada anak
mulai umur kurang dari 1th (3bulan) sampai umur 14th.
1.2
Keluhan utama
Pembengkakan
(odem) seluruh tubuh
1.3
RPS
Tahap awal odem dimulai dari kelopak mata terlihat jelas pada pagi,
berikutnya odem berturut-turut pada perut, scccrotum/labia, reduuksi tungkai
serta seluruh tubuh (anasarka). Bila odem terjadi pada mukosa intestinal akan
didapatkan keluhan diare, kehilangan nafsu makan, kadang-kadang hematuria, jika
terjadi hydrothorax terhadap keluhan sesak.
1.4
RPD
1.4.1 danya nefrotik bawaan , riwayat pembengakakan
ginjal tetapi tidak berhasil
1.4.2 adanya
riwayat penyakit glomerolus sekunder
-
Penyakit infeksi ( siphilis, endokarditis)
diabetes.
1.5
RPK
1.6
Data psiko sosial
1.6.1 Adanya odema pada muka /
moonface, ansietas dapat menimbulkan rasa malu/rendah diri sehingga dapat
menarik diri dari teman-temannya.
1.6.2 isolasi-isolasi merupakan
masalah yang menyertai anak karena dirawat diruma sakit secara relaps.
2.
Pemeriksaan
fisik
2.1 Kepala
Odema pada
periorbital, moonface, pucat, konjungtiva anemis.
2.2
Thoraks/dada
Bentuk: bulat
datar
Paru: bila
hidrothorax frekwensi pernafasan naik kadang-kadang sesak, suara nafas normal /
melemah
2.3
Abdomen
Perut membesar/
cembung simetris dengan mengkilat karena asites bunyi pekak di perut bagian
bawah dengan batas cekung ke atas bunyi tympani.
2.4
Ekstrimitas
Odema tungkai,
kuku pucat.
2.5
Genetalia
Odema labia
mayora pada anak wanita & anak laki-laki pada scrotum.
2.6
Rektum
Bila diare
berkepanjangan timbul iritasi pada daerah perianal.
3.
Pemeriksaan
tanda vital
Suhu relatif normal (36º - 37º) kecuali ada
infeksi penyerta terjadi kenaikan.
Nadi : dalam
batas normal bayi 120 – 140 x/menit, anak 15 -30 x/menit bila terdapat
hidrothorax meningkat/tachipnea.
4.
Pemeriksaan
penunjang
BB : terjadi
peningkatan karena odema.
5.
Pemeriksaan
laboratorium
5.1 Hb
turun
5.2
LED meningkat
5.3
Faal ginjal
-
Bun meningkat
-
Kretinin menurun
-
Colesterol naik
-
Albumin serum turun
-
Protein turun
5.4
Urine
-
Proteinuria meningkat
-
Leukosit meningkat
-
BJ urine meningkat
6.
Diagnosis
6.1
Resiko kekurangan cairan yang berhubungan dengan proses
terjadinya penyakit ditandai dengan
DS : laporrran
riwayat penyakit (DM< glumerulonefritis kronis)
DO :
hipoalbbuminemia, peningkatan proteinuria, penurunan total protein &
albumin, peningkatan kreatinin, penigkatan trigleserida & gangguan gambaran
lipid.
6.2
Resiko infeksi yang berhubungan dengan pengobatan
imunosupresant yang di tandai dengan
DS : status
nefrotik syndrom
DO : mendapat
terapi imunosupresant
7.
Intervensi
Keperawatan
7.1 Diagnosa keperawatan I
Tujuan
: penigkatan volume sirkulasi & menurunkan edema
1. Monitor
BB setiap hari, asupan & pengeluaran & BJ urine
2. Monitor
CVP (jika diindikasikan). Tanda vital, tekanan ortostatik & irama jantung
untuk mendeteksi hipovolemia.
3. Berikan
diuretik / imunosupresant sesuai dengan resep & evaluasi pasien.
4. infus
alnumin sesuai anjuran
5. Bedrest
selama beberapa hari untuk mobilisasi edema, walaupun beberapa ambulasi
dinutuhkan untuk mengurangi resiko komplikasi tromboembolik
6. Tekan
secara perlahan untuk menyalurkan sodium & cairan jika terjadi edema
berat/diet tinggi protein.
7.2
Diagnosis Keperawatan II
Tujuan mencegah
infeksi :
1.
Monitor tanda-tanda & gejala infeksi
2.
Monitor suhu tubuh & hasil laboratorium untuk
mengetahui neutropenia.
3.
Gunakan teknik aseptik pada tiap prosedur invasif &
saat menyentuh pasien serta semua kontak cuci tangan, cegah kontak pasien
dengan orang yang resiko menularkan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suriadi,
Yuliani (2001), Asuhan Keperwatan Anak Edisi I
2. Dr.
Nursalam (2006), Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
3. Hidayat,
Aziz Aminul A (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
4. Riyawan.com
0 comments:
Posting Komentar