SYOK
DALAM MATERNITAS
PENGERTIAN
Merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ- organ vital. Syok merupakan suatu
kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif .
PENYEBAB
Penyebab syok pada kasus gawat darurat obstetric
biasanya adalah perdarahan (syok hipovolemik), sepsis (syok septic), gagal
jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri (syok neurogenik), alergi (syok
anafilaktik).
Curigai atau
antisipasi syok. jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini:
1. Perdarahan pada awal kehamilan (seperti abortus, kehamilan ektopik atau
mola)
2. Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalian (seperti plasenta previa,
solusio plasenta, ruptura uteri)
3. Perdarahan setelah melahirkan (seperti ruptura uteri, atonea uteri,
robekan jalan lahir, plasenta yang tertinggal)
4. Infeksi (seperti pada abortus yang tidak aman atau abortus septic,
amnionitis, metritis, pielonefritis)
5. Trauma (seperti perlukaan pada uterus atau usus selama proses abortus,
rupture uteri, robekan jalan lahir)
TANDA
DAN GEJALA
Diagnosis syok
jika terapat tanda atau gejala berikut:
1. Tekanan darah yang rendah ( sistolik kurang dari 90 mmHg)
2. Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mmhg).
Tanda
dan gejala lain dari syok meliputi:
1. Pucat ( khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan ,atau
sekitar mulut )
2. Keringat atau kulit yang terasa
dingin dan lembab
3. Pernapasan yang cepat (30 kali per menit atau lebih)
4. Gelisah, bingung,atau hilangnya kesadaran.
5. Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml per jam).
PENANGANAN
4.1 Prinsip dasar penanganan syok
a. Menstabilkan kondisi pasien,
b. Memperbaiki volume cairan sirkulsi darah,
c.
Mengevisiensikan sistem sirkulasi darah.
2)
Setelah pasien stabiltentukan penyebab syok
4.2
Penanganan awal
1. MINTALAH BANTUAN segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan
fasilitas tindakan gawat darurat
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan
bahwa jalan napas bebas
3. Pantau tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu tubuh)
4. Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan resiko
terjadinya aspirasi jika ia muntah dan untuk memastikan jalan nafasnya tebuka
5. Jagalah ibu tersebut tetaphangat tetapi jangan terlalu panas karena hal
ini akan menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ
vitalnya
6. Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika
memungkinkan tinggikan tempat tidur pada bagian kaki
4.3
Penanganan khusus
Mulailah infuse intra vena
(2 jika memungkinkan) dengan menggunakan kanula atau jarum terbesar (no 16 atau
ukuran terbesar yang tersedia). Darah diambil sebelum pemberian cairan infus
untuk pemeriksaan golongan darah dan uji kecocokan (cross match), pemeriksaan
hemoklobin ,dan hematokrit. Jika memungkinkan pemeriksaan darah lengkap
termasuk trombosit, ureum, kreatinin, ph darah dan elektrolit, faalhemostatis ,
dan uji pembekuan. Uji pembekuan sederhana bisadilakukan (lihat bagian bawah ):
Segerah
berikan cairan infuse (garam fisiologik atau ringer laktat) awalnya dengan
kecepa tan 1 liter dalam 15-20 menit:
Catatan: hindari penggunaan
pengganti plasma (sperti dekstran). Belum terdapat bukti bahwa pengganti plasma lebih baik jika
dibadingkan dengan garam fisiologik pada resuli sasi ibu yang mengalami syok
dan dakstran dalamjumlah banyak dapat berbahaya .
Berikan
paling sedikit 2 liter cairan ini
pada 1 jam pertama. Jumlah ini melebihi
cairan yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berjalan;
Setelah
kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infus dipertahankan dalam
kecepatan 1 liter per 6-8 jam.
Catatan: infuse dengan kecepatan
yang lebih tinggi mungkin ibutuhkan dalam pelak sanaan syok akibat
perdarahan.usahakan untuk mengganti 2-3 kali lipat jumlah cairan yang
diperkirahkan hilang .
Jangan berikan cairan
melalui mulut pada ibu yang mengalami syok
1. Jika vena perifer tidak dapat dikanulasi, lakukan venous cut-down.
2. Pantau terus tanda- tanda vital (setiap 15 menit) dan darah yang hilang.
Apabila kondisi pasien membaik hati- hati agar tidak berlebihan member cairan. Nafas pendek dan
pipi bengkak merupakan kemungkinan tanda kelebihan pemberian cairan.
3. Lakukan kateterisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk dan
jumlah urin yang keluar produksi urin harus diukur dan dicatat.
4. Berikan oksigen dengan kecepatan 6- 8 liter permenit dengan sungkup atau
kanula hidung.
4.4
Uji masa pembekuan sederhana
1. Nilai status pembekuan dengan menggunakan uji pembekuan sederhana
2. Ambil 2 ml darah vena ke dalam tabung reaksi kaca yang bersih, kecil dan
kering (kira- kira 10 mm x 75 mm)
3. Pegang tabung tersebut dalam genggaman anda untuk menjaganya tetap
hangat (kurang lebih 37 C)
4. Setelah 4 menit ketuk tabung secara perlahan untuk melihat apakah
pembekuan sudah terbentuk kemudian ketuk setiap menit sampai darah membeku dan
tabung dapat dibalik
5. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopathi
KET:
A. Palpasi dan lokasi vena
B. Lakukan anestasia local secara infiltrasi
pada kulit
C. Buat insisi transversa sepanjang 2 cm
D. Perlihatkan vena
E. Masukkan benang secara longgar pada ujung
proksimal dan distal vena
F. Buat insisi kecil pada vena
G. Masukkan kanula ke dalam vena
H. Ikat bagian atas benang untuk mempertahankan
kanula
I. Tutup luka
J. Fiksasi kanula dengan jahitan
PENENTUAN DAN PENANGANAN
PENYEBAB SYOK
Tentukan
penyebab syok setelah ibu tersebut stabil keadaannya.
1 Syok
perdarahan
Jika
perdarahan hebat dicurigai sebagai
penyebab syok :
1.
Ambil
langkah-langkah secara berurutan untuk mengehentikan perdarahan (seperti oksitosin,
massase uterus, kompresi bimanual, kompresi aorta, persiapan untuk tindakan
pembedahan)
2.
Transfusi
sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah. Pada kasus syok karena
perdarahan, transfusi darah dibutuhkan jika Hb < 8 g %. Biasanya darah yang
diberikan ialah darah segar yang baru diambil dari donor darah.
3.
Tentukan
penyebab perdarahan dan tata laksana :
1)
Jika
perdarahan terjadi pada 22 mingggu
pertama kehamilan, curigai abortus, kehanilan ektopik atau mola.
2)
Jika
perdarahan terjadi setelah 22 minggu
atau pada saat persalinan tetapi sebelum melahirkan, curigai plasenta
previa, solusio plasenta, atau robekan dinding uterus (ruptura uteri).
3)
Jika
perdarahan terjadi setelah melahirkan,
curigai robekan dinding uterus, atonia
uteri, robekan jalan lahir, plasenta yang tertinggal.
4.
Nilai
ulang keadaan ibu: dalam waktu 20-30 menit setelah pemberian cairan, nilai
ulang keadaan ibu tersebut untuk melihat adanya tanda-tanda perbaikan.
5.
Tanda-tanda
bahwa kondisi pasien sudah stabil atau ada perbaikan sebagai berikut :
1)
Tekanan
darah mulai naik, sistolik mencapai 100 mmHg.
2)
Denyut
jantung stabil
3)
Kondisi
mental pasien
membaik, ekpresi ketakutan berkurang.
4)
Produksi
urine bertambah. Diharapkan produksi urine paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30
ml/jam.
2 Syok
septik
2.1 Jika
infeksi dicurigai menjadi penyebab syok :
1.
Ambil
sampel secukupnya (darah, urin, pus) untuk kultur
mikroba sebelum memulai terapi antibiotika, jika fasilitas memungkinkan.
2. Penyebab utama syok septik (70%
kasus) ialah bakteri gram negatif seperti eskherisia
koli, klebsiella pneumoniae, serratia, enterobakter, dan pseudomonas.
3.
Antibiotika
harus diberikan apabila diduga atau terdapat infeksi, misalnya pada kasus
sepsis, syok septik, cidera intraabdominal, dan perfusi uterus.
Jangan berikan
antibiotika
melalui mulut pada ibu yang sedang syok
1.
Untuk kebanyakan kasus dipilih antibioika berspekrum luas yang efektif
terhadap kuman Gram negaif , Gram posiif, anerobik, dan klamidia. Antibiotika
harus diberikan dalam bentuk kombinasi agar diperoleh cakupan yang luas.
2.
Berikan kombinasi antibiotika untuk mengobati infeksi aerob
dan anaerob dan teruskan sampai ibu tersebut bebas demam selama 48 jam:
1) Penisilin G 2 juta unit ATAU ampisilin2 g I.V. setiap 6 jam;
2) DITAMBAH gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 24 jam;
3) DITAMBAH metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam.
3.
Nilai ulang
keadaan ibu tersebut untuk menilai adanya tanda-tanda perbaikan.
2.2
Jika trauma dicurigai sebagai penyebab syok, lakukan
persiapan untuk tindakan pembedahan
2.3
Perubahan kondisi sepsis sulit diperkirakan, dalam
waktu singkat dapat memburuk.
2.4 Tanda-tanda
bahwa kondisi pasien sudah stabil atau ada perbaikan adalah:
1)
Tekanan
darah mulai naik, sistolik mencapai 100 mmHg.
2)
Denyut
jantung stabil
3)
Kondisi
mental pasien membaik, ekpresi ketakutan berkurang.
4)
Produksi
urine bertambah. Diharapkan produksi urine paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30
ml/jam.
5)
PENILAIAN
ULANG
1.
Nilai ulang respon ibu terhadap pemberian cairan dalam
waktu 30 menit untuk menentukan apakah kondisinya membaik. Tanda-tanda
perbaikan meliputi :
1)
Nadi yang stabil (90 per menit atau kurang),
2)
Peningkatan tekanan darah (sistolik 100 mmHg atau
lebih),
3)
Perbaikan status mental (berkurangnya kebingungan dan
kegelisahan),
4)
Meningkatnya jumlah urin (30 ml per jam atau lebih).
2.
Jika kondisi ibu tersebut membaik :
1)
Sesuaikan kecepatan infus menjadi 1 liter dalam 6 jam;
2)
Teruskan penatalaksanaan untuk penyebab syok.
3.
Jika kondisi
ibu tersebut tidak membaik, berarti ia membutuhkan penanganan selanjutnya
(lihat bagian bawah).
PENATALAKSANAAN
LEBIH LANJUT
1)
Teruskan infuse cairan intravena, sesuikan kecepatan
infuse menjadi 1 liter dalam waktu 6 jam dan pertahankan oksigen 6-8 liter per
menit.
2)
Pantau dengan ketat kondisi ibu.
3)
Lakukan tes laboratorium meliputi hematokrit, golongan
darah dan rhesus dan crossmatch. Jika fasilitas memungkinkan, periksa elekrolit
serum, kreatinin serum, dan pH darah.
PRINSIP
DASAR DALAM MERUJUK KASUS GAWAT DARURAT
Setelah
kondisi pasien stabil, penanganan terhadap penyebab syok perdarahan maupun
septik harus dilakukan. Jika penyakit yang menjadi dasar penyebab syok septik
tidak dapat ditangani ditempat itu, pasien harus dirujuk ke fasilitas yang
lebih mampu menangani.
Yang
harus diperhatikan
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam merujuk kasus gawat darurat antara lain ialah
:
1.
Stabilisasi penderita dengan :
1)
Pemberian oksigen,
2)
Pemberian cairan infuse intravena dan transfusi darah,
3)
Pemberian obat-obatan (antibiotika, analgetika, dan
toksoid tetanus),
2.
Transportasi,
3.
Pasien harus
didampingi oleh tenaga yang terlatih dan keluarganya,
4.
Ringkasan kasus
harus disertakan,
5.
Komunikasi
dengan keluarga
PEMBERIAN
OBAT
1)
Pemberian intravena
(I.V.) dipilih untuk kondisi syok, kondisi gawat darurat yang mungkin
membutuhkan tindakan pembedahan segera, setiap infeksi yang serius termasuk
sepsis dan syok septic.
2)
Pemberian intramuscular
(I.M.) dipilih apabila pemberian I.V. tidak mungkin dilakukan dan apabila obat
yang terpilih dapat diberikan menurut cara ini.
3)
Pemberian per oral hanya dapat diberikan pada kasus
yang stabil kondisinya dan mampu menelan obat per oral. Jangan memberikan per
oral pada kasus syok, pada kasus dengan cidera abdominal, perforasi/ruptura
uteri, kehamilan ektopik terganggu, atau kondisi serius lainnya yang memerlukan
tindakan bedah segera.
Obat
Pengurang Rasa Nyeri
1)
Dalam memilih obat pengurang rasa nyeri yang tepat,
harus dipertimbangkan kondisi pasien pada saat
itu, saat dan cara pemberian obat, dan beberapa hal khusus yang harus
diperhatikan untuk setiap jenis obat yang dipilih.
2)
Penderita dalam syok atau akan mengalami pembedahan
segera, hanya boleh mendapat obat I.V.dan I.M.
3)
Hindarilah sedasi berlebihan, sebab sedasi berlebihan
dapat menyembunyikan gejala yang penting
untuk membuat diagnosis.
4)
Setiap narkotika dapat menekan pernapasan yang mungkin
fatal, oleh sebab itu pasien yang
mendapat narkotika harus dalam pengamatan yang ketat dan cermat.
5)
Obat antiradang nonsteroid dan aspirin dapat
mengganggu pembekuan darah.
6)
Kombinasi obat pengurang rasa nyeri dengan obat
penenang seperti diazepam meningkatkan risiko depresi pernapasan.
7)
Obat analgetika yang direkomendasikan adalah:
a. Morfin 10-15 mg I.M. atau 15 mg I.V.,
b. Petidin 50-100 mg I.M.,
c.
Parasetamol 500 mg per oral,
d. Parasetamol dan kodein 30 mg per oral,
e. Tramadol oral atau I.M. 50 mg atau supositoria 100 mg.
Toksoid
Tetanus
1)
Berikan jika ada riwayat abortus berisiko tinggi untuk
infeksi tetanus: misalnya sangat kotor, luka tusuk kecil tetapi dalam,
sebaiknya diberi booster vaksin tetanus.
2)
Apabila pasien belum mendapat satu seri imunisasi
lengkap dalam 5-10 tahun terakhir atau tidak dapat dipastikan status imunisasinya,
seharusnya diberi vaksin tetanus dan antitoksin tetanus.
3)
Apabila vaksin dan antitoksin tetanus diberikan pada
saat yang sama, harus digunakan semprit yang berbeda dan tempat suntikan yang
berbeda pula.
Diuretika
1)
Penggunaan diuretika seperti furosemid hanya boleh
diberikan apabila terdapat gagal jantung dan edema paru-paru.
2)
Jika pasien kurang sadar, dower kateter harus
dipasang, banyaknya produksi urin per jam harus diukur dan dicatat. Harus
diperhatikan keseimbangan penggunaan diuretika dengan banyaknya cairan infus
yang masuk.
0 comments:
Posting Komentar