Pengertian Talasemia adalah suatu
gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produksi rantai globin
pada hemoglobin (Suryadi dan Rita, 2001: 23)
Talasemia merupakan
sekelompok heterogen anemia hipopkromik herediter dengan berbagai derajat
keparahan.(Nelson,1999:1708)
Kesimpulan :
Talasemia adalah
penyakit herediter yang ditandai dengan kerusakan pembentukan Hb sehingga
menyebabkan Anemia.
Etiologi Talasemia
Faktor genetik
Keadaan hemoglobin
yang tidak normal (hemoglobinopati) yang disebabkan adanya gangguan pembentukan
yang disebabkan oleh:
1. gangguan struktural
pembentukan hemoglobin (Hb abnormal), misalnya pada HbS, Hb F,dan Hb D
2. gangguan jumlah (salah
satu / beberapa) rantai globin.
Patofisiologi Talasemia
Pemeriksaan diagnostik
*Biasanya ketika
dilakukan hapusan darah tepi didapatkan gambaran sebagai berikut:
1.anisositosis (sel
darah tidak terbentuk secara sempurna).
2.hipokrom, yaitu
jumlah sel darah berkurang.
3.poikilositosis,
yaitu adanya bentuk sel darah yang tidak normal.
4.pada sel target
terdapat fragmentasi dan banyak terdapat sel normoblast, serta kadar Fe dalam
serum tinggi.
*Kadar hemoglobin
rendah, yaitu kurang dari 6 mg/dl. Hal ini terjadi karena : sel darah merah berumur pendek
(kurang dari 100 hari) sebagai akibat
dari penghancuran sel darah merah di dalam pembuluh darah.
Klasifikasi
Talasemia Alfa ( α )
Pasien ini secara
klinis normal, mempunyai harapan hidup dan status pekerjaan normal, anemia
ringan, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan splenomegali.
Talasemia Beta ( β )
Diakibatkan produksi
rantai beta terganggu,
dibagi menjadi 3 :
1. Talasemia mayor
Anemia, sesak nafas,
hepatosplenomegali dan hemosiderosis, gangguan pertumbuhan dan pubertas, muka
mongoloid, kelemahan, pucat, anoreksia, BB berkurang.
2. Talasemia intermediate
Talasemia mayor tanpa
adanya kerusakan gen / heterogen,
ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot.
3. Talasemia minor
Ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk
heterozigot dan tidak memberikan gejala klinik.
Komplikasi secara umum
1. Fraktur patologi
2. Hepatosplenomegali
3. Gangguan tumbuh
kembang
4. Disfungsi organ
5. Transfusi berulang
berakibat kadar besi dalam darah tinggi.
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan
yang tepat untuk talasemia, pengobatan hanya berupa :
(1) Transfusi
darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 6 gr %)
atau
bila anak terlihat lemah tidak ada nafsu makan. Komplikasi dari pemberian
transfusi
darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat besi
(hemosiderosis), yang dapat dicegah dengan pemberian deferoxamine (Desferal).
(hemosiderosis), yang dapat dicegah dengan pemberian deferoxamine (Desferal).
(2) Splenektomi
dilakukan pada anak > tua dari umur 2 tahun, sebelum terjadi pembesaran
limpa atau hemosiderosis.
(3) Pemberian
vitamin tetapi tidak boleh preparat yang mengandung besi.
(4) Transfusi
sumsum tulang belakang.
KONSEP DASAR
ASKEP
1.
Pengkajian
1.1 Biodata
Biasanya tampak pada anak dengan usia
kurang dari 1 tahun dan bersifat herediter.
1.2 Keluhan utama
Nyeri kepala, pasien lemah, sesak
nafas, badan kekuningan.
1.3 Riwayat penyakit sekarang
Kepala pusing dan badan terus semakin
lemah bila digunakan beraktivitas dan badannya kekuningan.
1.4 Riwayat penyakit dahulu
- Antenatal
: Diturunkan secara autosom dari ibu atau ayah yang menderita
talasemia.
talasemia.
- Natal
: Peningkatan Hb F.
- Prenatal
: Penghambatan pembentukan rantai b.
1.5 Riwayat penyakit keluarga
Ada salah satu anggota keluarga / kedua
orang tuanya menderita penyakit talasemia.
1.6 Riwayat Psiko, sosial, spiritual
Gelisah, sulit berisolasi dengan orang
lain.
1.7 ADL
-
Nutrisi : nafsu makan menurun /
anoreksia, mual, muntah .
-
Istirahat
tidur : gelisah, rewel.
-
Personal
hygiene : ketergantungan pada orang lain
/ orang tua.
-
Aktivitas : kelemahan / kelelahan,
keletihan.
-
Eliminasi : obstipasi / diare.
1.8 Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum.
Kesadaran compos
mentis
TD : Hipotensi
Nadi : Takikardi
RR : Takipnea
Suhu : Naik / Turun
2) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala : Muka mongoloid, deformitas pada muka dan
hipersplenisme.
(2) Mata : Kuning, konjungtiva pucat
(3) Hidung : PCH, nyeri sinus maxilla
(4) Mulut : bibir pucat, gusi pucat, pertumbuhan gizi
buruk
(5) Thorak : pembesaran jantung, tarikan intercostae,
suara jantung murmur, S3 gallop.
(6) Abdomen : Terdapat hepato splenomegali, pembesaran
limfe
(7) Ekstremitas : tulang menjadi tipis dan terjadi
fraktur patologik
3) Pemeriksaan penunjang
(1) Studi hematologi : terdapat perubahan – perubahan
sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anisositosis, poikilositosis,
eritrosit yang imatur, penurunan Hb dan hematokrit.
(2) Elektroforesis Hb : peningkatan Hb F dan Hb A2
1.9 Kemungkinan
diagnosa keperawatan yang muncul
1.9.1 Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan kurangnya selera makan
1.9.2 Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komponen seluler yang penting
1.9.3 Pola nafas
tak efektif berhubungan dengan penurunan cardiac out put
1.9.4 Perubahan
eliminasi (alvi) konstipasi / diare berhubungan dengan penurunan makanan diet,
perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat
1.9.5 Kurang
pengetahuan berhubungan dengan salah menafsirkan informasi
1.9.6 Resiko
infeksi berhubungan dengan tranfusi yang
berulang-ulang
1.10 Intervensi
1.10.1 Diagnosa I
1) Kriteria Hasil : Tidak mengalami malnutrisi
2) Intervensi :
(1) Observasi riwayat nutrisi termasuk makanan yang
disukai.
R/ Mengidentifikasi
dan mengetahui rencana selanjutnya.
(2) Timbang BB setiap hari
R/ Mengawasi
penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
(3) Mengijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan
dan pemilihan makanan.
R/ Kebiasaan diet sebelumnya mungkin
tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini untuk regenerasi jaringan dan
penyembuhan.
(4) Observasi dan catat masukan makanan pasien
R/ mengawasi masukan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi makanan.
1.10.2
Diagnosa 2
1) Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda
perfusi jaringan yang adekuat.
2) Intervensi :
(1) Monitor tanda-tanda vital, pengisian kapiler,
warna kulit, membran mukosa.
R/ Memberikan informasi tentang
derajat atau keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan
intervensi.
(2) Tinggikan posisi kepala di tempat tidur
R/ Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
(3) Memeriksa dan mendokumentasikan adanya rasa nyeri
R/ Iskemia seluler mempengaruhi jaringan
miokardial atau potensial resiko infark.
(4) Observasi adanya keter lambatan respon verbal,
kebingungan, atau gelisah.
R/ Dapat mengindikasikan gangguan
fungsi serebral karena hipoksia atau defisiensi vitamin B 12
(5) Observasi adanya rasa dingin dan mempertahankan
suhu lingkungan agar tetap hangat sesuai kebutuhan tubuh.
R/ Vasokontriksi (ke organ vital)
menurunkan sirkulasi perifer. Kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan
kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan.
(6) Memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan.
R/ Memaksimalkan transpor oksigen ke
jaringan.
1.10.3
Diagnosa 3
1) Kriteria
hasil : Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam
rentang normal dan paru bersih.
2)
Intervensi :
(1) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Bangunkan pasien untuk turun dari tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin
R/ Duduk tinggi
memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. Pengubahan posisi dan
ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru sehingga memperbaiki difusi
gas
(2) Obsrvasi frekwensi, kedalaman pernafasan dan
ekspansi dada
R/
Kecepatan biasanya meningkat kerja nafas dan kedalaman pernafasan bervariasa
tergantung derajat gagal nafas.Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan
ateletaksis atau nyeri dada pleuristik
(3) Berikan oksigen tambahan
R/
Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
(4) Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk
kontrol diri dengan menggunakan pernafasan lebih lambat dan dalam
R/ Membantu pasien mengalami efek
fisiologi hipoksia yang dapat dimanisfestasi sebagai ansietas
1.10.4
Diagnosa 4
1) Kriteria hasil : Individu akan memperlihatkan
peningkatan eliminasi usus
2) Intervensi :
(1) Anjurkan minum segelas air hangat 30 menit sebelum
sarapan pagi
R/ Dapat merangsang peristaltik usus
untuk pengeluaran feses
(2) Hindari makanan yang berbentuk gas
R/ Menurunkan
distres gastrik dan distensi abdomen
(3) Berikan masukan air sedikitnya 6 sampai 10 gelas
R/ Membantu
dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi dan membantu mempertahankan
hidrasi pada diare
1.10.5 Diagnosa 5
1) Kriteria hasil : Melakukan tindakan yang perlu
atau perubahan pola hidup
2) Intervensi :
(1) Berikan informasi tentang talasemia dan diskusikan
kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya penyakit
R/ Memberikan
dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan
(2) Tinjau tujuan dan persiapan diagnostik
R/ Ansietas
tentang ketidaktahuan meningkatkan tingkat stres dan kerja jantung
1.10.6 Diagnosa 6
1) Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka,
mengidentifikasi perilaku untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi
2) Intervensi :
(1) Perhatikan teknik aseptik terhadap pemasangan
tranfusi
R/ Menurunkan resiko
infeksi bakteri
(2) Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi
R/ Menjaga agar daya tahan tubuh tetap baik dan tidak
mudah terkena infeksi
yang dapat menjadikan komplikasi
(3) Amati terhadap manifestasi klinis infeksi
R/ Mencegah infeksi makin berlanjut dan berakibat
fatal untuk kesehatan tubuh si anak
Daftar Pustaka
riyawan.com Carpenito. LJ, 2000, Diagnosa keperawatan, Edisi 8,
EGC, Jakarta
Nelson, 1999, Ilmu kesehatan, Edisi 1, EGC, Jakarta
Suryadi Dan Rita Suliani, 2001, Asuhan Keperawatan
Pada Talasemia, Edisi 1, CV Agung Seto, Jakarta
0 comments:
Posting Komentar