Jumat, 13 Juni 2014

THYPOID


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN PADA THYPOID

A.    KONSEP DASAR
1.1  PENGKAJIAN
1.1.1    Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.
1.1.2   Demam Thypoid adalah demam menular yang bersifat akut yang ditandai dengan bakterimia atau perubahan pada sistem retikuloedeterial yang bersifat diftus. Pembentukan micro abses dan ulserasi nodus payer distal ileum (Sugeng Sujianto 2002 : 1).
1.1.3   Demam thypoid (entericfever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam 2005 : 152)
1.2  ETIOLOGI
1.2.1        Salmonella typhii mempunyai ciri-ciri sebagi berikut :
*  Basil gram negatif
*  Bergerak dengan rambut getar
*  Tidak berspora
*  Masa inkubasi 10-20 hari
1.2.2        Salmonella typhii memounyai 3 macam antigen. Yaitu :
*  Antingen O (somatik, terdiri zat kompleks lipopolisakarida) berasal dari tubuh kuman ® antigen O menunjukkan bila seseorang belum pernah menderita / baru pertama terjangkit.
*  Antigen H (Flagella kuman) ® antigen H menunjukkan seseorang bila sudah pernah terjangkit / kelambuhan ulang.
*  Antigen Vi (terletak pada kapsul dari kuman yang mempunyai struktur kimia protein)
1.2.3        Cara penularan :
*  Fecal oral
*  Faktor predieposisi :
·         Makanan / minuman yang terkontaminasi bakteri / vektor
·         Sumber infeksi / pembawa kuman “carier”
·         Sanitasi dan hygiene yang jelek
·         Sosial ekonomi rendah

1.3  PATOFISIOLOGI
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, kejaringan infoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer) dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ-organ lainnya.
Proses ini terjadi di dalam masa tunas dan akan berakhir pada saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
Pada minggu pertama sakit terjadi. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi uleserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi peyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sakartrik ulkus dapat menyebabkan pendarahan bahkan sampai perforasi usus, selain hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala padasaluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.


1.4  GEJALA KLINIS
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit / gejala yang tidak khas) :
·         Perasaan tidak enak badan
·         Lesu
·         Nyeri kepala
·         Pusing
·         Diare
·         Anoreksia
·         Batuk
·         Nyeri otot
Menyusul gejala klinis yang lain
1.      DEMAM
Demam berlangsung 3 minggu
·      Minggu I      : demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari.
·      Minggu II     : demam terus
·      Minggu III   : demam mulai turun secara berangsur-angsur
2.      GANGGUAN PADA SALURAN PENCERNAAN
· Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, 
  jarang disertai tremor
· Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
· Terdapat konstipasi, diare
3.      GANGGUAN KESADARAN
·  Kesadaran yaitu apatis – somnolen
· Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam
   kapiler kulit)

1.5  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium
· Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif,
  aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
· Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita
  biasanya dalam minggu pertama sakit.
·  Pemeriksaan WIDAL  -  Bila terjadi aglutinasi
Pada minggu ke 2        -  diperlukan titer anti bodi terhadap antigeno yang bernilai ≥ 1/200 atau peningkatan ≥ 4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah kepada demam tiphoid.

1.6  PENATALAKSANAAN
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1)      Perawatan
· Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 
  selama 14 hari.
·   Posisi tubuh harus diubah setiap ± 2 jam untuk mencegah dekubitus.
·   Meobilisasi sesuai kondisi.
2)      Diet
· Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya
  (mula-mula air-lunak-makanan biasa)
·  Makanan mengandung cukup cairan, TKTP
· Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein,
  tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun
   menimbulkan banyak gas.
3)      Obat
·  Antimikroba
o   Kloramfenikol
o   Tiamfenikol
o   Co-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol)
·  Obat Symptomatik
o   Antipiretik
o   Kartikosteroid, diberikan pada pasien yang toksik
o   Supportif : vitamin-vitamin
o   Pemenang : diberikan pada pasien dengan gejala neuroprikiatri.
4)     Hoffman terapi
·  Cara memberikan
o    Inisial : dexa metason dengan dosis 3 mg/kg BB di dripkan ke DS 100 cc diberikan selama 1-2 jam.
o    Maintenence : dexa metason dengan dosis 1 mg/kg BB di dripkan ke DS 100 cc diberikan selama 1 jam.
o      Pemberian menggunakan tetesan makro. Di ulang tiap 6 jam sampai 8 x pemberian.
·      Syarat pemberian
o   Lumbal fungsi dalam batas normal
o   Demam typhoid secara klinis sudah jelas
o   Elektrolit / metabolik normal atau sudah terkoneksi
o   Pemberiannya harus tepat karena bisa menimbulkan perdarahan usus.
1.7       KOMPLIKASI
Komplikasi dapat dibagi dalam :
1.      Komplikasi intestinal
a.       Perdarahan usu
b.      Perforasi usu
c.       Ileus paralitik
2.      Komplikasi ekstra intestinal
a. Kardiovaskuler  :  
kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis dan tromboflebitie.
b.      Darah              :  
anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik.
c.       Paru                 :   
pneumoni, empiema, pleuritis.
d.      Hepar dan kandung empedu : 
hipertitis dan kolesistitis.
e.       Ginjal                 : 
glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
f.       Tulang                : 
oeteomielitis, periostitis dan arthritis.
g.      Neuropsikiatrik  : 
delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer, sindrom Guillan-Barre,
psikosis dan sindrom katatonia.
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.
1.8       PENCEGAHAN
1.      Usaha terhadap lingkungan hidup :
a.       Penyediaan air minum yang memenuhi
b.      Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
c.       Pemberantasan lalat
2.      Usaha terhadap manusia
a.       Imunisasi
b.      Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal hygiene.

ASUHAN KEPERAWATAN

I.            PENGKAJIAN
1.        Identitas
Sering ditemukan pada anak berumur diatas 1 tahun
2.        Riwayat keperawatan
a.     Keluhan utama : panas atau demam yang tidak turun-turun.
b.     Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh disertai mual, muntah dan diare
c.     Riwayat penyakit dahulu
o   Sebelumnya pernah sakit thypoid atau tidak
o   Sebelumnya pasien pernah masuk Rumah Sakit atau tidak dan nama penyebabnya (penyakitnya).
d.     Riwayat penyakit keluarga
o   Di keluarga ada yang pernah menderita thypoid atau tidak
o   Di keluarga ada yang mempunyai penyakit menular (misal TBC, lepra) dan penyakit keturunan (misal : diabetes mellitus, hipertensi) atau tidak.
e.      Pola-pola fungsi kesehatan
o   Pola nutrisi dan metabolisme
o   Klien mengalami nafsu makan atau tidak, penyebabnya penurunan 
    nafsu makan klien.
o   Pola eliminasi
o   Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi.
o Eliminasi urine. Tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thipoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
o   Pola aktivitas dan latihan
o  Aktivitas klien akan terganggu karena bed rest dan segala kebutuhan klien
    dibantu agar tidak terjadi komplikasi.
o   Pola tidur dan istirahat.
o   Pola tidur dan istirahat akan terganggu sehubungan peningkatan suhu.
o   Pola persepsi dan konsep diri.
o   Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak psikologi klien. Bagaimana konsep diri klien, antara lain : body image, ideal diri, harga diri, peran dan identitas apakah ada perubahan atau tidak.
o   Pola hubungan peran
o   Peran klien dalam keluarga
o   Hubungan klien dan keluarga terganggu atau tidak.
o   Pola penanggulangan stress
o   Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas atas keadaan penyakitnya.
o   Pola tata nilai dan kepercayaan
o   Dalam hal beribadah sedikit teragnggu karena harus bedrest sehingga aktivitas klien dibantu oleh keluarga.
f.       Pemeriksaan fisik
1.      Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu badan meningkat 38-41 0C muka kemerahan.
2.      Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis)
3.      Pemeriksaan kepala
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, rambut agak kuram.
4.      Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam.
5.      Sistem kardiovaskuler
Terjadinya penurunan tekanan darah, bradikardi relative, hemoglobin rendah.
6.      Sistem integument
Kering turgor kulit menurun, muka tampak pucat.
7.      Sistem muskolasbeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan hanya pada bagian sendi kadang terasa nyeri.
8.      Sistem gastrointestinal.
Lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, konstipasi, nyeri perut kembung.
9.      Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltic usus meningkat.

II.         DIAGNOSA
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii.
2.  Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan / bedrest.
4.      Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare / muntah).

III.      INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Dx peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhsi
Tujuan           : tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : tanda-tanda vital normal
                        Turgor kulit membaik
Intervensi      :
1.      Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh.
R/  agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul.
2.      Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat.
R/  untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.
3.      Batasi pengunjung
R/  agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan tidak terasa panas.
4.      Observasi TTV tiap 4 jam sekali
R/  tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
5.      Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum ± 2,5 liter / 24 jam
R/  peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
6.      Memberikan kompres dingin
R/  untuk membantu menurunkan suhu tubuh
7.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tx antibiotik dan antipiretik.
R/  antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk mengurangi panas.
2.      Dx gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan           : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil : -  nafsu makan meningkat
-   pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan.
Intervensi      :
1.      Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan / nutrisi.
R/  untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkatkan.
2.      Timbang berat badan klien setiap 2 hari
R/  untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.
3.      Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.
R/  untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan
4.      Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
R/  untuk menghindari mual dan muntah
5.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parentral.
R/  antasida mengurangi rasa mual dan muntah.
Nutrisi parentral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang.
3.      Dx intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan / bed rest.
Tujuan           : pasien bisa melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan
Kriteria hasil : kebutuhan personal terpenuhi
                        Dapat miring ke kanan dan kiri
Intervensi      :
1.      Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (missal. Miring kanan, miring kiri)
R/  agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.
2.      Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum)
R/  untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi
3.      Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya
R/  untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas
4.      Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.
R/  untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.
4.      Dx gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan cairan yang berlebihan (diare/muntah).
Tujuan           : tidak terjadi gangguan keseimbangan-keseimbangan cairan
Kriteria hasil : turgor kulit meningkat
                        wajah tidak nampak pucat
Intervensi      :
1.      Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.
R/  untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.
2.      Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.
R/  untuk mengetahui keseimbangan cairan.
3.      Anjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 liter / 24 jam
R/  untuk pemenuhan kebutuhan cairan
4.      Observasi kelancaran tetesan infus
R/  untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan mencegah adanya odem.
5.      Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral)
R/  untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral)

IV.      IMPLEMENTASI
Dari hasil intervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan yang dilakukan disesuaikan dengan keadaan pasien dirumah sakit pelaksanaan merupakan pengelolahan dan perwujudan dan rencana tindakan yang meliputi beberapa bagian, yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.

V.         EVALUASI
Dari hasil intervensi yang telah tertulis, evaluasi yang diharapkan :
1.      Dx             : peningkatan suhu berhubungan dengan infeksi salmonella typhii.
Evaluasi     : suhu tubuh normal (36 0C)
2.      Dx             : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan ‘berhubungan dengan anoreksia.
Evaluasi     : kebutuhan nutrisi terpenuhi
3.      Dx             : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan / bedrest.
Evaluasi     : klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
4.      Dx             : gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).
Evaluasi     : kebutuhan cairan terpenuhi

Maka dapat disimpulkan EVALUASI adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah  dutetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tim kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
riyawan.com, smkmuh5babat.info, babat.web.id
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi pertama, Salemba Medika. Jakarta.
Mansur, Arif. 2004. Kapita Selekta Anak Media Aesculapius. EKUI.
Sujianto, Sugeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Penalaksanaan. Edisi 2

0 comments:

Posting Komentar