Pengertian Tuberkulosis
TBC adalah suatu penyakit infeksi pada paru yang
disebabkan oleh Microbacterium Tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam,
yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah.(Suryadi dan
Rita 2001 : 287).
TBC adalah infeksi bakteri kronis yang biasanya
mengenai paru. (Surya S dan Anton C,2005:539) Tuberkolusis paru ( TB ) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis
yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang
sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone
infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer
dari ghon ( Steven P. Shelov, 2005; 539 )
Tuberkolosis adalah penyakit akibat infeksi kuman
mikobakterium tuberkolosis yang bersifat adaptif sehingga dapat mengenai hampir
semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru-paru karnanya merupakan
lokasi infeksi primer. (Landia Stiawti, Makmuri M.S, Retno Aseh S,2006:333)
Etiologi atau asal muasal TBC
TBC terjadi karena menghirup udara yang mengandung
mikobakterium tuberkolosis di alveolus M.Tb akan difagositosis oleh makrofak
alveolus dan dibunuh. Tetapi bila yang di hirup virulen dan makrofak alveolus
lemah maka M.Tb akan berkembangbiak dan menghancurkan makrofak. Monosit dan m
akrofak dari darah dan akan ditarik secara kemotaksis ke M.Tb berada, kemudian
memfagositosis M.Tb tetapi tidak dapat membunuhnya. Makrofag M.Tb membentuk
tuberkel yang mengandung sel-sel epiteloid, makrofag yang menyatu (sel lang
hans) dan limfosit. Tuberkel akan menjadi tuberkoloma dengan nekrosis dan di
dalamnya dan mungkin juga terjadi kalsifikasi. Lesi pertama di alveolus ( focus
) menjalar ke kelenjar limfe hilus dan terjadi infeksi kelenjar limfe, yang
bersama-sama lingfangitis akan membentuk kompleks primer. Dari kelenjar limfe
M,Tb dapat langsung menyebabkan penyakit di organ-organ tersebut atau hidup
dominant dalam makrofag jaringan dan aktif kembali ber tahun-tahun kemudian.
Tuberkel dapat hilang dengan resolusi atau terjadi lesi dan atau juga terjadi
nekrosis dengan masa keju yang di bentuk oleh makrofag. Masa keju dapat hilang
dan M.Tb dapat berkembang biak ekstra seluler sihingga dapat meluas di jaringan
paru sehingga terjadi pneumonia, lesi endobronkial pleoritis atau Tb miller.
Juga dapat menyebar secara luas menyebabkan lesi di organ-organ lainya. (Landia
Stiawti, Makmuri M.S, Retno Aseh S,2006:333)
Patofisiologi atau Permulaan TBC
1. Masuknya
kuman tuberkulosis pada tubuh tidak menyebabkan penyakit infeksi ini
dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya tuberkulosis serta daya tahan tubuh
manusia.
2. Setelah
menghirup basil tuberkulosis hidup dalam paru-paru,maka terjadi eksudasi dan
konsolidasi yang terbatas yang disebut fokus primer. Basil ini akan menyebar,
kemudian histosit mulai mengangkut microorganisme ke kelenjar limfe irigional
melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional dan terbentuk kompleks
primer dan mengadakan oksidasi sekitar 2 – 10 (6 – 8 minggu) pasca infeksi.
3. Terbentuknya
komplek primer terjadi pula hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang
diketahui melalui uji tuberkulin. Terjadinya infeksi sampai terbentuk komplek
primer disebut masa inkubasi.
4. Pada
anak lesi itu terjadi di periver dekat pleura, dan lebih banyak terjadi
dilapangan bawah paru. Terdapat pembesaran kelenjar regional serta
penyembuhannya lebih banyak terjadi melalui hematogrin.
5. Pada
reaksi radang leukosit polimorfo nuklear tanpa pada alveoli dan mengfagosit
bakteri namun tidak membunuh. Dan basil menyebar ke limfe dan sirkulasi.
Beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TBC dan
membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkannya. Alveoli yang
terserang mengalami konsolodasi dan menimbulkan Pneumoni Akut. Pneumoni seluler
dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal.
6. Terdapat
3 macam penyebaran secara patogen secara tuberkulosis pada anak :Penyebaran
Hematogen tersembunyi timbul gejala atau tanpa gejala, penyebaran Hematogen
umum, penyebaran linier menimbulkan gejala akut radang kronik, penyebaran
Hematogen berulang.
Tanda dan gejala TBC
Gejala umum
- Demam, sering kali suhu meningkat pada siang dan malam
hari
- Menggigil
- Keringat malam, akan timbul bila proses akan terjadi
- Anoreksia atau tidak nafsu makan
- Lemah badan
Tanda Fisik
- Kelainan parenkim yaitu konsolidasi, fibrosisi,
atelektasis.
- Kelainan saluran nafas, berupa radang dan mukosa disertai
dengan penyempitan, terjadi reaksi
pleura berupa penebalan atau nyeri pleura.
Gambaran Klinis
Gejala klinis :
Tidak ada khas dan sangat bervariasi
* Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
paling sering
* Dahak
Awalnya bersifat mukosit kemudian mukopurulen sampai
purulen dan berubah menjadi kental.
* Hemoptoe
Bisa berubah garis atau bercak-bercak merah, gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah sangat besar.
Diagnosis Tuberkolosis Pada
Anak
Diagnosis paling tepat adalah
dengan ditemukannya kuman TB dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya
dahak, bilasan lambung, biopsi, dll. Tetapi pada anak hal ini sulit didapat,
sehinga sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran
foto rontgen dada dan uji tuberkulin.
Untuk itu penting memikirkan adanya TB pada anak kalau terdapat tanda-tanda
yang mencurigakan atau gejala-gejala seperti di bawah ini :
1)
Seorang anak harus dicurigai
menderita tuberkulosis kalau :
-
Mempunyai sejarah kontak erat
(serumah) dengan penderita TB BTA positif.
-
Terdapat reaktif kemerahan
cepat setelah penyuntikan BCD (dalam 3-7 hari).
-
Terdapat gejala umum TB.
2)
Gejala Umum TB pada anak :
-
Berat badan turun selama 3
bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan
meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi yang baik (failure to thrive).
-
Nafsu makan tidak ada
(anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive)
dengan adekuat.
- Demam lama / berulang tanpa
sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran pernafasan akut),
dapat disertai keringat malam.
- Pembesaran kelenjar limfe
supersifialis yang tidak sakit, biasanya multipel, paling sering di daerah
leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).
- Gejala-gejala dari saluran
nafas, misalnya batu lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain
dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri di dada.
-
Gejala-gejala dari saluran
cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare,
benjolan (massa)
di abdomen, dan tanda-tanda caira dalam abdomen.
3)
Gejala Spesifik :
Gejala spesifik ini biasanya tergantung pada bagian
tubuh mana yang terserang misalnya :
-
TB kulit / skrofuloderma
-
TB tulang dan sendi :
·
Tulang punggung
·
Tulang panggul (koksigis) :
pincang, pembengkakan di pinggul
·
Tulang lutut : pincang atau
bengkak
·
Tulang kaki dan tangan
-
TB otak dan saraf
Meningitis : dengan gejala iritabel, kaku kuduk,
muntah-muntah dan kesadaran menurun.
-
Gejala mata
·
Conjungtivitis phlyctenularis
·
Tuberkel koroid (hanya terlihat
dengan funduskopi)
-
Lain-lain
4)
Uji Tuberkulin (Mantoux)
Uji tuberkulin dilakuka dengan cara mantoux (penyuntikan
intra kutan) dengan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomer 26. tuberkulin yang
dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU. Pembacaan dilakukan 48 – 72
jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transversal dari indurasi yang
terjadi. Ukuran dinyatakan dalam milimeter.
Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada
gizi baik) atau > 5 mm pada gizi buruk.
Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi
TB dan kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif
pada anak TB berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian
imunosupresif, dll). Jika uji tuberkulin meragukan dilakukan uji ulang.
5)
Reaksi Cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3
– 7 hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai
telah terinfeksi mikrobacterium tuberkulosis.
6)
Foto Rontgen Dada
Gambaran rontgen TB paru pada anak tidak khas dan
interpretasi foto biasanya sulit, harus hati-hati, kemungkinan bisa
overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat
dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
Gejala lain dari foto rontgen yang mencurigai TB adalah
:
-
Milier
-
Atelektasis / kolaps
konsolidasi
-
Infiltrat dengan pembesaran
kelenjar hilius atau paratrakeal
-
Konsolidasi (lobus)
-
Reaksi pleura / efusi pleura
-
Kalsifikasi
-
Bronkiektasis
-
Kafitas
-
“Destroyed Lung”
bila ada diskongruensi antara gambaran klinis dan
gambaran rontgen, harus dicurigai TB, foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA
(Postero-Aterior) dan lateral, tetapi kalau tidak mungkin PA saja.
7)
Pemeriksaan Mikrobiologi dan
Serologi
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya
dilakukan pada bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak.
Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu yang lama.
Cara baru mendeteksi kuman TB dengan cara PCR (Polymery
Chain Reaction) atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis.
Demikian juga pemeriksaan serologis seperti ELISA, PAP,
Mycodot dan lain-lain, masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian
klinis praktis.
8)
Respon Terhadap Pengobatan
Dengan OAT
Kalau dalam 2 bulan menggunakan OAT terhadap perbaikan
klinis akan menunjang atau memperkuat diagnosis TB. Bila dijumpai 3 atau lebih
dari hal-hal yang mencurigakan atau gejala-gejala klinis umum tersebut diatas,
maka anak tersebut harus dianggap TB dan diberikan pengobatan dengan OAT sambil
diobservasi selama 2 bulan. Bila menunjukkan perbaikan maka diagnosis TB dapat
dipastikan dan OAT diteruskan sampai penderita tersebut sembuh. Bila dalam
observasi dengan pemberian OAT selama 2 bulan tersebut diatas, keadaan anak
memburuk atau tetap, maka anak tersebut bukan TB atau mungkin TB tapi kekebalan
obat ganda atau multiple drug resistent (MDR). Anak yang tersangka MDR perlu
dirujuk ke rumah sakit untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Penjaringan tersangka penderita TB anak bisa berasal
dari keluarga penderita BTA positif (kontak serumah), masyarakat (kujungan
posyandu), atau dari penderita-penderita yang berkunjung ke puskesmas maupun
yang langsung ke rumah sakit.
ALUR DETEKSI DINI
ATAU RUJUKAN TB ANAK
Hal-hal yang mencurigakan TB
:
1.
Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TB
yang BTA positif.
2.
Tes tuberkulin yang positif (> 10mm)
3.
Gambaran foto rontgen sugestif TB
4.
Terdapat reaksi kemerahan lebih cepat (dalam 3-7
hari) setelah imunisasi dengan BCG.
5.
Batuk-batuk lebih dari 3 minggu.
6.
Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebab yang
jelas.
7.
Berat badan turun tanpa sebab jelas atau tidak naik
dalam 1 bulan meskipun dengan penanganan gizi yang baik (Failure to thrive)
8.
Gejala-gejala klinis spesifik (pada kelenjar limfe,
otak, tulang, dll)
Indikasi Pemeriksaan Foto Rontgen Dada
Umumnya diagnosis TB paru dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis, namun pada kondisi tertentu perlu dilakuka
pemeriksaan rontgen.
1) Suspek
pada BTA Negatif
Setelah diberikan
antibiotik spektrum luas tanpa ada perubahan, periksa ulang dahak SPS.
Bila hasilnya tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada.
2) Penderita
dengan BTA Positif
Hanya pada
sebagian kecil penderita dengan hasil pemeriksaan BTA positif, perlu
dilakuka pemeriksaan foto rontgen dada bila :
- Penderita
tersebut diduga mengalami komplikasi, misalnya sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (contoh : pneumotorak, pleuritis eksudativa)
- Penderita yang
sering hemoptisis berat, untuk menyingkirkan kemungknan bronkiektasis.
- Hanya 1 dar 3
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan
rontgen
dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif.
Komplikasi
1)
Meningitis
2)
Spondelitis
3)
Pleurolitis
4)
Bronkopneumoni
5)
Atelektasis
Terapi Medik
1)
Isoniazid
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh
90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat
aktif terhadap kuman dalam metabolit aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.
Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten
3X seminggu diberika dalam dosis 10 mg/kgBB.
2)
Rifampisin
Dosisnya 10 –15 mg/kgBB per hari diberikan 1X sehari per
oral diminum dalam keadaan lambng kosong selama 16 – 19 jam.
3)
INH
Dosisnya 10 – 20 mg/kgBB per hari selama 18 – 24 bulan.
4)
Streptomicin
Bekerja dalam IM dosisnya 30 – 50 mg/kgBB per hari.
5)
Pirazinamid
Dosisnya 30 – 35 mg/kgBB per hari, per oral 2X sehari
selama 4 – 6 jam.
6)
Etambuthal
Dosisnya 30 mg/kg BB perhari dalam keadaan kosong 1X
sehari selama 1 tahun.
7)
Paraamino salisilat
Dosisnya 200 – 300 mg/kgBB perhari dalam keadaan lambng
kosong secara oral 2 – 3 kali sehari.
8)
Kortiko steroid
Diberikan bersama obat anti TBC yang masih sensitif
terhadap bentuk kortison 10 – 15 mg/kgBB perhari, prednison 1 – 3 mg/kgBB
perhari
DAFTAR PUSTAKA
CARPENITO, LJ. 2000.
Diagnosa keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC
DLAnet (2005) GERDUNAS
TBC. DINAS KESEHATAN ; file://A:\TBCIndonesia_Or_Id2.htm
NELLSON. 1999. Ilmu
Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : EGC
PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI, 2006. Rag./SMF, Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya.
SURIADI DAN RITA, 2001. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK. Jakarta: CV. Sagung Seto.
SURYA SATYA NEGARA DAN ANTON CAHAYA WIDJAJA, 2005. Perawatan untuk bayi dan balita.
Jakarta : Arcan, smkmuh5babat.info / riyawan.com, dr. Edy Y. R., Prof H. Maulana Surya, M.Si, Apt
0 comments:
Posting Komentar