MAKALAH
ASUHAN
KEPERAWATAN
PEMERINTAH
KABUPATEN LAMONGAN
2012
/ 2013
“VENTRIKEL
SEPTUM DEVEC (VSD)”
I.
KONSEP
DASAR MEDIS
A.Pengertian
VSD (Ventrikel Septum Devec)
adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembekuan antara ventrikel kiri dan
ventrikel kanan. (Suriadi dan Rita Y. 2001 : 295)
B.Etiologi
Penyebab
secara pasti tidak diketahui, akan tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi
penyebab terjadinya VSD, yaitu pada saat hamil Ibu menderita rubella. Ibu hamil
dengan alkoholik, usia Ibu pada saat hamil lebih dari 40 tahun, Ibu menderita
IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus).
(Suriadi dan Rita Y. 2001 : 295)
Faktor
genetik : anak dengan down syndrome, memiliki resiko terjadinya VSD. (Suriadi dan Rita Y. 2001 : 295)
C.Patofisiologi
Ventrikel Septum Devec (VSD)
ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir
langsung antar ventrikel, perubahan fisiologis yang terjadi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Adanya
defek pada ventrikel menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan
resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal,
hal ini akan mengakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek
septum.
Volume
darah dari paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru
dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat akibatnya ada shunting dari
kiri ke kanan. Ini akan mengakibatkan adanya resiko endokarditis dan
mengakibatkan terjadinya hipertrofi otot ventrikel kanan sehingga akan
berdampak pada peningkatan workload, terjadilah pembesaran atrium kanan untuk
mengatasi resistensi yang disebabkan
oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.
Klasifikasi
(Mansjoer Arif dkk ; 2000 : 445)
Berdasarkan kelainan hemodinamik VSD
terdiri dari :
VSD Kecil
Biasanya asimptomatik jantung normal atau sedikit membesar dan tidak
ada gangguan tumbuh kembang, bunyi jantung biasanya normal dapat ditemukan
bising sistolik dini pendek yang mungkin didahului early systolic click. Ditemukan pula bising pansistolik yang
biasanya keras disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III
– IV garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke
seluruh prekordium.
VSD Sedang
Gejala timbul pada masa bayi berupa
sesak nafas saat minum atau memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu
menyelesaikan makan dan minum. Kenaikan berat badan tidak memuaskan dan sering
menderita infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat mendahului
terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur 3 bulan, bayi tampak
kurus, dispnoe, tachipnoe, serta retraksi. Bentuk dada biasanya masih normal.
Pada pasien yang besar dada mingkin sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar
bunyi getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III – IV garis
paristernal kiri yang menjalar ke seluruh prekordium
VSD Besar
Gajala ini timbul pada masa neonatus
pada minggu I sampai III dapat terjadi parau kiri ke kanan yang bermakna dan
sering menimbulkan dispnoe. Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu ke VI.
Sering di dahului infeksi saluran nafas bawah. Bayi sesak nafas saat istirahat,
kadang tampak sianosis karena kekurangan O2 akibat gangguan
pernafasan. Biasanya bunyi jantung masih normal dapat didengar bising sistolik
dengan atau tanpa getaran bising melemah pada akhir sistolik karena terjadi
tekanan sistolik yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid diastolik di
daerah mitral mungkin terdengar akibat flow mur mur pada fase pengisian cepat.
Saat terjadi parau terbalik dari kanan ke kiri pasien tampak sianotik dengan
keluhan dan gejala yang lebih berat. Anak gagal tumbuh, sianotik dengan
jari-jari tabuh (clubbing fingers). Dada kiri menonjol dengan peningkatan
ventrikel kanan yang hebat. Bj I normal akan tetapi Bj II mengeras dengan
splits yang sempit. Bising yang sebelumnya jelas menjadi berkurang
intensitasnya, kontur bising yang semula pansistolik berubah menjadi ejeksi
sistolik. Hati menjadi teraba besar akibat bendungan sistemik namun edema
jarang ditemukan.
D.Manifestasi Klinis
Adanya
tanda – tanda gagal jantung kanan, sesak, terdapat mur – mur, distensi vena
jugularis, edema tungkai, hepatomegali.
Dhiaporesis
Tidak
mau makan
Tachypnea.
E.Pemeriksaan
Diagnostik
Auskultasi Jantung : bising
sistolis yang terdengar hampir sama dengan
yang didapat pada cacat – cacat yang lebih kecil ukurannya tetapi secara
penutupan katup pulmonal terdengar lebih keras dan suara jantung ke – 2 hanya
terbelah secara sempit, adanya bising diastolik puncak jantung menunjukkan
adanya suatu pintasan dari kiri ke kanan.
Pantau
tekanan darah
Foto Rontgen : akan terlihat pembesaran jantung, trunkus
pulmonalis yang menonjol serta peredaran darah paru yang berlebihan.
ECG : memperlihatkan hipertrofi yang mengenai kedua
ventrikel : gelombang – gelombang p tampak meruncing.
Echocardiogram : memperlihatkan
beban volume atrium serta ventrikel kiri yang berlebihan, luasnya penambahan
dimensi – dimensi mereka mencerminkan besarnya ukuran pintasan dari kiri ke
kanan.
F.Penatalaksanaan
(Mansjoer Arif dkk ; 2000 : 446)
VSD Kecil
Tidak memerlukan penangganan medis,
hanya memerlukan Antibiotik Frofilaksis untuk mencegah Endokarditis pada
tindakan tertentu
VSD Sedang
a)
Terapi Medik
Bila klien dalam keadaan gagal jantung
diberikan terapi gagal jantung (digiralis) kemudian dilakukan katerisasi untuk
menilai keadaan Hemodinamik.
b)
Terapi Bedah
Klien VSD sedang, dapat dilakukan bila
klien berumur 4 – 5 tahun.
VSD
besar dengan hipertensi pulmunal dengan hiperkinerik
Terapi medik untuk VSD besar sama
dengan VSD sedang, katerisasi diulang sekitar klien berumur 2 tahun untuk
menilai hemodinamik. Bila tidak dilakukan perbaikan keadaannya makin memburuk.
VSD
besar dengan penyakit obtruksi vasikuler paru
Bila klien ini dilakukan uji oksigen
atau tolazolin pada saat katerisasi jantung. Bila tahanan vasikuler paru masih
dapat menurun dengan bermakna (ditandai dengan kenaikan saturasi dan penurunan
tekanan arteri pulmonalis) maka diperlukan operasi segera. Bila uji tersebut
tidak menurunkan tahanan vasikuler paru atau terjadi sindrom eisenmenger. Maka
klien tidak perlu/ tidak dapat dioperasi dan hanya terapi yang diberikan
bersifat suportif – simfomatik.
Penatalaksanaan
Pembedahan : menutup
defek dengan dijahit melalui cardio pulmonalis.
Non
Pembedahan : menutup defek dengan alat melalui
kateterisasi jantung.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
·
Biodata : terjadi pada bayi dan anak.
·
Keluhan Utama
Sesak
nafas
·
Riwayat penyakit
sekarang
Sesak nafas, sianosis, kelemahan, nafas
cepat
·
Riwayat penyakit
keluarga
Di dalam keluarga ada yang menderita
penyakit jantung.
·
Aktivitas sehari –
hari
Nutrisi - Mengalami
anoreksia, mual, muntah.
Istirahat - Mengalami
gangguan karena sesak nafas.
Aktifitas - Mengalami
kelemahan fisik, letih, lelah.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata :
Konjungtiva merah muda.
Hidung : Ada pernafasan cuping hidung,
terdapat sianosis.
Mulut : Mukosa bibir
kering.
Dada : Pergerakan
dada tidak simetris, ada tarikan Intercostae, terdengar bunyi jantung 1 dan 2
normal, terdengar bising pansistolik disela iga bawah tepi kiri sternum yang
menjalar ke sepanjang sternum atau punggung hepatomegali.
Ekstremitas :
Atas : Ada clubbing fingers, ujung
– ujung jari hiperemik.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
· Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan ketidakefektifan
kontraktilitas jantung preload dan
afterload.
·
Gangguan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan cardiak output.
·
Resiko injury
berhubungan dengan menurunnya tingkat kesadaran.
·
Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekret.
· Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian O2 oleh tubuh
dan suplai O2 ke sel.
· Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan.
· Gangguan keseimbangan
cairan berhubungan dengan gangguan hemodinamik ventrikel kanan dan kiri.
4. PERENCANAAN
KEPERAWATAN
·
Diagnosa
1
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan ketidakefektifan kontraktilitas jantung
preload dan afterload
Tujuan
Menjaga
keseimbangan antara pre load dan after load
Kriteria Hasil
1)
Klien mengalami
peningkatan curah jantung
2)
Klien mengalami
penurunan frekwensi curah jantung.
3)
Peningkatan keluaran
hasil.
4)
Penurunan frekwensi
pernafasan.
Intervensi
1)
Kaji frekwensi
pernafasan dan apikal istirahat tiap 1 – 2 jam dan jika diperlukan.
R/ Hasil
frekwensi pernafasan dan adanya tanda – tanda sesak dapat dideteksi secara
dini.
2)
Pantau Kadar
Elektrolit
R/ Adanya
peningkatan natrium dan klorida dapat menunjukkan penyerapan cairan pada ginjal
yang menurun.
3)
Batasi pemasukan
cairan
R/ Kelebihan
volume cairan sering menimbulkan kongesti pada paru. Gejala odem paru dapat
menunjukkan gagal jantung.
4)
Timbang BB tiap hari
R/ Penimbangan
BB tiap hari dapat menunjukkan adanya kenaikan ataupun penurunan BB.
5)
Pantau intake dan
output cairan
R/ Terapi
diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba – tiba atau berlebihan,
meskipun ada oedema.
6)
Kolaborasi dengan tim
kesehatan dengan pemberian diuretik atau digoksin.
R/ Diuretik
akan meningkatkan laju aliran urine dan dapat menghambat reabsorbsi Natrium dan
Klorida.
·
Diagnosa
II
Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan cardiak output.
Tujuan
Peningkatan
cardiak output
Kriteria Hasil
1)
Tanda vital dalam
batas normal
2)
Tidak ada odem
Intervensi
1)
Kaji adanya
tanda-tanda sianosis, pucat.
R/ Vasokontriksi
sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh
penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
2)
Pantau pernafasan dan
catat kerja pernafasan.
R/ Pompa
jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan.
3)
Kaji fungsi
Gastrointestinal, catat Anoreksia.
R/ Penurunan
aliran darah ke mensenteri dapat mengakibatkan disfungsi gastrointestinal.
·
Diagnosa
III
Resiko
injury berhubungan dengan menurunnya tingkat kesadaran
Tujuan
Px
terhindar dari resiko injury.
Kriteria Hasil
Klien
bisa merespon stimulus sesuai dengan perkembangan usianya.
Intervensi
1)
Kaji status neurologi
anak.
R/ Meningkatnya
tingkat kesadaran anak
2)
Berikan makanan yang
disertai dengan suplemen nutrisi.
R/ Untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi anak.
3)
Berikan makanan dalam
porsi kecil tapi sering dan makanan yang menarik untuk Px
R/ Tindakan
ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali.
·
Diagnosa
IV
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas untuk sekret
Tujuan
Pertukaran
gas menjadi optimal.
Kriteria Hasil
Px
menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2 jaringan adekuat
Intervensi
1)
Kaji frekuensi
kedalaman pernafasan.
R/ Berguna dalam evaluasi derajat distres
pernafasan
2)
Posisikan anak dengan
tepat agar ada upaya untuk bernafas.
R/ Pengiriman O2 dapat diperbaiki
dengan posisi duduk.
3)
Kaji secara rutin
kulit dan warna membran mukosa.
R/ Keabu-abuan
dan sinosis sentral mengidentifikasi besarnya hipoksemia
4)
Dorong mengeluarkan
sputum
R/ Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif
5)
Auskultasi bunyi
nafas
R/ Adanya
mengi, mengidentifikasikan spasme bronkus / tertahannya sekret
6)
Pemberian oksigen
sesuai program
R/ Memenuhi suplai O2
·
Diagnosa
V
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara pemakaian O2
oleh tubuh dan suplai O2 ke sel.
Tujuan
Anak
toleran terhadap aktivitas
Kriteria hasil
1)
Aktivitas anak
kembali normal
2)
Anak tidak pucat
Intervensi
1)
Evaluasi peningkatan
intoleran aktivitas anak
R/ Dapat
menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas
2)
Rencanakan
keperawatan dengan periode istirahat
R/ Memberikan
keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung
3)
Berikan dukungan
kepada anak untuk melakukan kegiatan sehari-hari
R/ Anak
mengetahui kemampuannya untuk melakukan kegiatan sehari-hari
·
Diagnosa
VI
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan
Tujuan
Klien
dapat menunjukkan / mempertahankan berat badan yang normal
Kriteria hasil
1)
Berat badan meningkat
2)
Klien mentoleransi
dietnya dengan masukan kalori yang adekuat
Intervensi
1)
Tingkatan kalori
dalam bentuk formula, terutama pada klien yang dibatasi cairannya
R/ Dengan
peningkatan kalori dalam bentuk formula akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
pada klien dan dapat mengurangi beban kerja jantung karena rendah cairan
2)
Hindari kelelahan
yang sangat, saat makan
R/ Kelemahan fisik saat makan akan mengurangi
nafsu makan
3)
Berikan makan dalam
porsi kecil tapi sering
R/ Makanan
porsi kecil tapi sering akan mengurangi adanya mual, muntah dan mengurangi
kerja lambung secara maksimal
4)
Gunakan selang NGT
untuk pemberian makan pada bayi yang tidak bisa makan per oral
R/ Nutrisi
harus selalu diberikan pada tubuh bagaimanapun caranya agar dapat memenuhi
kebutuhan tubuh terhadap nutrisi.
5)
Kolaborasi dengan tim gizi
R/ Dengan
kolaborasi akan dapat menentukan kebutuhan nutrisi dan macam diet yang
diberikan
·
Diagnosa
VII
Gangguan
keseimbangan cairan berhubungan dengan gangguan hemodinamik ventrikel kanan dan
kiri.
Tujuan
Tidak
memperlihatkan tanda-tanda kelebihan cairan
Kriteria hasil
Tidak
ada Edema
Intervensi
1)
Monitor intake dan
out put
R/ Perlu
untuk menentukan fungsi jantung, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan
resiko kelebihan cairan
2)
Monitor berat badan
R/ Penimbangan
berat badan harian adalah pengawasan cairan terbaik
3)
Kaji Edema, turgor
kulit, membran mukosa
R/ Edema
terjadi terutama pada masa jaringan yang tergantung pada tubuh
5. IMPLEMENTASI
Melaksanakan
Implementasi sesuai dengan Rencana Keperawatan.
6. EVALUASI
·
Adanya minat dan
selera makan
·
Porsi makan sesuai
dengan kebutuhan
·
Klien tidak sesak
·
Orang tua mengerti
tentang penyakit anaknya
DAFTAR
PUSTAKA
Bagian
Ilmu Kesehatan Anak.(2001).Ilmu
Kesehatan Anak II.Infomedia:Jakarta.
Mansjoer,
Arif, Dkk. (2005).Kapita Selekta
Kedokteran Jilid II.Media Fesculapius:Jakarta.
Ngastiyah,
(2003), Perawatan Anak Sakit.EGC:Jakarta.
Nelson.(2001).Ilmu Kesehatan Anak, ECG:Jakarta.
Betz
L. Cecily.(2002).Keperawatan Pediatri,Edisi
3.ECG:Jakarta.
Kumpulan makalah farmasi keperawatan : Riyawan.com
0 comments:
Posting Komentar