ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN KARSINOMA COLON
1.
KONSEP DASAR MEDIS
1.1
Pengertian
Karsinoma kolon adalah neoplasma ganas, jenis karsinoma
pada kolon (ICQ 153) yang dapat bermetastasis secara lintogen dan hematogen.(Slamet
Suryana:2001:2003)
1.2
Etiologi
Penyebab karsinoma kolon belum jelas, tetapi menurut
Arif Mansjoer(2000:325) berpendapat ada beberapa penyebab dibawah ini
:
1.2.1 Diet
Makanan yang berserat menyebabkan waktu transit bolus
dintestin akan berkurang sehingga kontak zat yang potensial karsinogen pada
mukosa lebih singkat. Disamping itu ada juga karena makanan berlemak dan
protein hewani.
1.2.2 Kelainan dikolon : adenoma di
kolon, familial poliposis, colitis ulserativa.
1.2.3 Hereditas
1.3
Patofisiologi
1.4
Klasifikasi Histologi (Arif
Mansjoer :2000:327)
1.4.1
Adenokarsinoma
1.4.2
Berdiferensiasi sedang,
berdeferensiasi buruk.
1.4.3
Adenokarsinoma musinosum/
berlendir.
1.4.4
Signet rmg cellcarunoma.
1.5
Pembagian stadium karsinoma
kolon (Modifikasi Dulkes)
Berdasarkan klasifikasi Dulkes stadium karsinoma sebagai
berikut :
Dukes A : Tumor terbatas pada mukosa/ sub mukosa.
B :Tumor
menembus muskulotis propia, belum ada metastase pada kelenjar limfe regional..
I
: Tumor sudah mengadakan metastase
pada kelenjar limfe regional.
D : Tumor
sudah mengadakan metastase jauh.
2.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1
Biodata
Lebih banak menyerang usia 40 – 50 tahun dengan jenis kelamin
laki – laki dari pada perempuan.
2.2
Keluhan Utama
Umumnya
pasien mengeluh gangguan proses defekasi.
2.3
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada
karsinoma kolon keluhannya bermacam – macam tergantung lokalisasi,
jenis
keganasan penyebaran dan komplikasinya.
2.4
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien
pernah menderita penyakit kolitis ulserative. Familia poliposis,
adenoma di
kolon.
2.5
Riwayat Penyakit Keluarga
Hasil
penelitian menunjukkan orang tua yang mempunyai karsinoma kolon
frekwensi 3
½ kali akan diturunkan ke anaknya.
2.6
Achuity Daily Life (ADL)
2.6.1 Pola Aktifitas
Mengalami
kelemahan, letih lesu.
2.6.2 Pola Nutrisi
Pasien
sering mengeluh perutnya terasa tidak enak setelah makan,
perutnya sering kembung, anoreksia,
berat badan turun.
2.6.3 Pola
Eliminasi
Pasien
sering menimbulkan gangguan kebiasaan buang air besar,
kadang
feses bercampur darah/ lendir.
2.7
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mungkin tidak banyak menolong dalam
membuat diagnosis pada fase dini, karsinoma colon disebelah kanan kadang dapat
terasa suatu massa.
Pada setiap pasien yang menderita karsinoma kolokrektal harus dilakukan colok
dubur dimana akan terasa suatu masa maligna.
2.8
Pemeriksaan Penunjang
2.8.1 Laborat
* Hb : sering pasien terjadi penurunan Hb.
* Pemeriksaan tinja/ feses : adakah shigella dan amoeba.
* Endoskopi
Untuk
menentukan tumor juga berguna untuk menentukan sumbu
perdarahan.
* Radiologi
Pada foto kolon dapat dilihat suatu
filling defeet pada suatu tempat dan
suatu
striktura dan dapat ditentukan lokasi tempat kelainan.
* USG
Pada
USG hanya digunakan bila karsinoma terjadi persebaran yang ke
organ
lain.
2.9
Rumusan Diagnosa
2.9.1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
luka insisi operasi/
pembedahan.
2.9.2 Resiko
terjadinya infeksi berhubungan dengan kolostomi
2.9.3 Gangguan
pemenuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
2.9.4 Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakitnya.
2.10
Intervensi
2.10.1
Dx I
* Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik serta intensitasnya.
R/ Mengevaluasi
derajat ketidaknyamanan yang terjadi pada pasien.
* Kaji tanda – tanda vital setia 3 jam sekali/ bila perlu.
R/ Mengetahui
terjadinya perubahan penyakit secara dini
* Identifikasi adanya rasa cemas/ takut sehubungan dengan keadaan
fisik dan lingkungan.
R/ Rasa
cemas dapat mengakibatkan tegangan otot meningkat.
* Lakukan reposisi sesuai jadwal dan dengan taknik yang benar.
R/ Reposisi
dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi.
* Ajarkan teknik relaksasi dengan benar.
R/ Melancarkan
sirkulasi darah.
2.10.2
Dx. II
* Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas/ keperawatan.
R/ Mengurangi
terjadinya kontaminasi silang pendahuluan.
* Inspeksi terhadap luka terhadap tanda infeksi.
R/ Mengetahui
tanda – tanda terjadinya inflamasi secara dini.
* Gunakan Teknik steril pada waktu penggantian balutan, berikan lokasi
perawatan seperti jalur invasif, kateterurinaris.
R/ Mencegah
masuknya bakteri sehingga terhindar dari resiko infeksi.
* Pantau peningkatan suhu tubuh/ hipertemi.
R/ Peningkatan
suhu tubuh merupakan indikaor penyebaran endotoksin pada hipotalamus.
* Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotik spektrum luas.
R/ Antibiotik
dapat mencegah dan menghilangkan infeksi.
2.10.3
Dx. III
* Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama.
R/ Mengidentifikasi
kekurangan/ kebutuhan untuk membantu memilih intervensi auskultasi bising usus
sebelum makan.
* Auskultasi bising usus sebelum makan.
R/ Kembalinya
fungsi usus menunjukkan kesiapan untuk memulai makan lagi.
* Berikan makanan cair secara perlahan.
R/ Menurunkan
insiden kram abdomen/ mual.
* Anjurkan istirahat sebelum makan.
R/ Menerangkan
peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
* Hindarkan makanan yang mengandung selulosa yang banyak (seperti
pisang, anggur, kurma) dan menghindari produk berserat.
R/ Membantu
mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.
2.10.4
Dx. IV
* Memberikan penjelasan pada pasien/ keluarga tentang kondisi
penyakitnya.
R/ Informasi
yang adekuat dapat membuat pemahaman pasien/ keluarga atas penyakitnya serta
dapat meningkatkan peran serta pasien dalam tindakan keperawatan.
* Ajarkan pada pasien/ keluarga tentang cara perawatan stomo.
R/ Menurunkan
resiko ketidakefektifan perawatan ostomi/ perkembangan komplikasi.
* Identifikasi gejala – gejala kekuarangan elektrolit seperti
anoneksia, tangan/ kaki terasa dingin, kelemahan.
R/ Kehilangan
fungsi kolon dengan perubahan absorpsi cairan/ elektrolit dapat mengakibatkan
kekurangan natrium/kalium sehingga memerlukan cairan tinggi natrium.
* Identifikasi makanan berkenaan dengan diare seperti buncis, brokoli,
makanan berbumbu tinggi.
R/ Meningkatkan
kontrol usus lebih besar.
* Anjurkan untuk sering minum
R/ Pengaturan
cairan yang tepat dapat mencegah/ meminimalkan masalah konstipasi.
2.11 Implementasi
Tindakan
keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat.
2.12 Evaluasi
Menilai keberhasilan
dari intervensi yang telah dibuat
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer (2000), KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN, Edisi ketiga, Media Ausculaopius, FKUI, Jakarta.
Marilyn, Dongoes (1999), RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN, Edisi 3, ECG, Jakarta.
Riyawan.com | Kumpulan
Artikel Keperawatan & Farmasi
Slamet Suyana (2001), ILMU PENYAKIT DALAM,
Edisi 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
0 comments:
Posting Komentar