Minggu, 06 Juli 2014

KOLELITASIS



ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
KOLELITASIS

1.       LANDASAN TEORI
1.1    Pengertian
Kolesthiasis adalah terdapatnya batu pada kandungan empedu dengan komposisi 3 golongan besar yaitu : batu kolesterol, batu bilirubinat dan batu pigmen hitam (Sareono Waspadji dr.dkk ; 2001:380).
1.2  Klasifikasi batu empedu menurut gambaran marokospit dan komposisi kimia :
1.2.1       Batu kolesterol
Berbentuk oval, multi focat / mulberry dfan mengandung > 70 % kolesterol.
1.2.2        Batu kalsium bilirubinat
Berwarna coklat / coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsium, bilirubinat sebagai komponen utama.
1.2.3       Batu pigmen hitam
Berwarna hitam/ hitam kecoklatan, tidak berbentuk seperti bubuk dan kaya akan sis zat hiotam yang tak terekstrasi.
1.3    Etiologi
1.3.1           Faktor yang memudahkan terjadinya batu empedu.
1)       Usia : sering terjado pada orang berumur setengah baya.
2)       Genetik
3)       Jenis kelamin : wanita lebih sering
4)       Kegemukan : pada wanita yang gemuk
5)       Diet rendah serat
1.3.2           Etiologi batu empedu secara pasti belum diketahui  secara sempurna, tetapi faktor prodisposisi terjadinya batu empedu adalah  :
1)       Gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
2)       Statis empedu
3)       Infeksi kandung empedu
1.4    Pantofisiologi
1.4.1           Perubahan susunan empedu
Perubahan susunan empedu
|
Mensekresikan empedu yang sangat jenuh kolesterol
|
Kolesterol meningkat sehingga mengendap dalam kandungan empedu
|
Betu empedu

1.4.2           Statis empedu
Statis empedu
|
Supersaturasi progresif
|
Perubahan susunan kimia dan pengendapan unsure
|
Peningkatan viskositas
|
Pembentukan batu empedu



1.4.3           Infeksi kandung empedu
Infeksi bakteri
|
Penbingkatan deskuamasi sel dan pembentukan mucus
|
Peningkatan viskositas
|
Pembentukan batu empedu
1.5    Gejala Klinis
1.5.1        Nyeri hebat yang timbul mendadak pada abdomen bagian atas dan nyeri menyebar ke punggung dan bahu kanan.
1.5.2        Penderita berkeringat banyak
1.5.3        Mondar mandir / berguling kekanan dan kiri.
1.5.4        Nause dan vomiting
1.5.5        Dispepsici
1.5.6        Intolerasi lemak
1.5.7        Nyeri pada ulu hati

1.6    Diagnosis
Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan radiology (ultrasonografi dan tomografi komputer), sering juga didasarkan pada kolesistografi yang dapat menunjukkan adanya batu / malfungsi dari kandung empedu.
1.7    Penatalaksanaan
1.7.1           Konservatif
1)     Diet rendah lemak
2)     Obat-obat antikolenergik – anti spasmodic
3)     Analgesik
4)     Antibiotik, bila disertai kolesistitis
5)     Asam empedu (asam kenodeoksikolat) 6,75-4,5 g/ hari, diberikan dalam waktu lama dikatakan dapat menghilangkan batu empedu, terutama batu kolesterol.
1.7.2           Kolesisitektomi
Dengan kolesistektomi, pasien tetap dapat hidup normal, makan seperti biasa. Umumnya dilakukan pada pasien dengan kolikbilier / diabetes.

1.8    Komplikasi
Komplikasi yang paling sering adalah :
1.8.1           Infeksi kandung empedu (kolesisititis)
1.8.2           Obstruksi pada duktus atau duktus koledokus
Obstruksi seperti ini dapat sementara, intermiten atau permanen. Kadang-kadang batu dapat menembus dinding kandung empedu dan menyebabkan peradangan hepar dan sering menimbulkan p[eritoritis, atau menyebabkan ruptura dinding kandung empedu.

2.       LANDASAN ASKEP
2.1    Anamnesa
2.1.1        Biodata
Bisanya lebih sering pada orang berumur setengah baya dan sering pada wanita yang gemuk, jarang ditemukan pada laki-laki.
2.1.2        Keluhan Utama
Nyeri abdomen atas, menyebar ke punggung, kolik epigastrium tengah, mual /muntah, anereksia.
2.1.3        Riwayat penyakit sekarang
Nyeri pada abdomen bagian atas dan dapat menyebar ke punggung / bahu kanan, nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya muncak dalam 30 menit, dapat mual, muntah.
2.1.4        Riwayat Penyakit dahulu
Biasanya klien pernah menderita kolelitiasis dan sering mengalami serangan kolik bilier atau kolesis titis akut. Diabetes, sirosis hati, pankreatitris, reksi ileum, DM.
2.1.5        Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat kehamilan / melahirkan dengan riwayat DM, penyakit informasi usus, diskrasias darah.
2.1.6         ADL
1)     Pola nutrisi : klien mengalami anoreksia, mual, muntah, tidak dapat makan, kegemukan dan adanya penurunan BB.
2)     Pola eliminasi : terdapat perubahan pada warna urine, urine gelap, pekat, fases berwarna tanah liat, teraba massa pada kuadran kanan atas.
3)      Pola istirahat : tidak bisa tidur karena nyeri hebat dan muntah.
4)      Pola aktivitas : badan lemah, gelisah, dan klien hanya istirahat di tempat tidur.
5)      Personal Hygiene : Klien tidak mampu merawat dirinya.
2.1.7           Pemeriksaan
1)     Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah, suhu : normal / meningkat, pernafasan meningkat kadang-kadang chinestoke, nadi meningkat / takikardi, TD : normal.
2)    Pemeriksaan Fisik
Kepala / leher :konjungtiva pucat, kadang-kadang ikterik pada mucosa, bibir kering dada : pernafasan cepat dan dangkul / chinestoke.


Perut terdapat nyeri tekan dan terasa kaku pada kuadran kanan atas, dispesia, teraba massa pada abdomen kanan atas.
3)       Pemeriksaan penunjang
-       DL : leukositosis sedang (akut)
-       Bilirubin dan aminase serum : meningkat
-  SGOT, SGPT, LDH agak meningkat, alkalin fosfat dan 5 – nuleotidase, ditandai peningkatan obstruksi bilier.
-       Kadar protombin : menurun
-       Kolesistogram : memgetahui seberapa besar batu pada sistem empedu.
-       Foto polos abdomen : Mengetahui letak batu dan perkiraan besarnya batu.
2.2    Kemungkinan Diagnosa Yang Timbul
2.2.1        Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, obstruksi / spasme duktus, proses informasi, ischemia jaringan / nekrosis.
2.2.2        Resiko tinnggi kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, peembatasan masukan secara medik, gangguan proses pembekuan.
2.2.3        Resiko tinggi nutrisi kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan berat badan sesuai aturan, mual /  untah, dispepssia, kehilangan nutrien, gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi aliran empedu.
2.2.4        Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan pengobatan behubungan dengan kkurang pengetahuan / mengingat, salah interpresentasi informasi, tidak mengenal sumber
2.4  Rencana Keperawatan
2.4.1           Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, abstuksi / spame duktus, proses informasi, inschemia jaringan / nekrosis.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai induksi untuk situasi individual.
Intervensi dan Rasional
1)       Observasi dan catat lokasi karakter nyeri
       R / Membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan dan perbaikan penyakit
2)       Catat respon terhadap obat dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang
       R / Nyeri yang berat yang tidak hilang dengan tinfakan rutin dapat menunjukkan terjadi komplikasi
3)       Tingkatkan tirah baring biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman
        R / Tirah baring biarkan pada posisi foeler rendah menurunkan tekanan darah intra abdomen.
4)       Dorong menggunakan teknis relaksasi
        R / Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dap[at meningkatkan koping.
5)       Berikan obat sesuai indikasi
-          Anti biotic kolinergik
R / menghilangkan reflek spasme / kontraksi otot halus
-          Sedatif
R / meningkatkan istirahat dan marilekskan otot halus dan menghilangkan nyeri.
-          Antibiotik
R / untuk mengobati proses infeksi
2.4.2           Diagnosa 2
Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehiolangan melalui penghisap gaster berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, peembatasan masuk secara medik, gangguan proses pembekuan.
Tujuan : menunjukkan keseimbangan cairan adekuat yang dibuktikan oleh tanda vital stabil, membran mukosa lembab, tugor kulit baik, pengisisan kapiler baik, secara individu mengeluarkan urine cukup dan tak ada muntah.
Intervensi dan rasional
1)       Pertahankan masukan dan haluan adekuat
R / memberikan informasi tentang status cairan
2)       Awasi tanda / gejala berkelanjutan mual, muntah
R / Muntah berkepanjangan dan pemasukan oral dapat meningkatkan defisit natrium, kalium dan kalsium.
3)       Hindarkan dari lingkungan yang berbau
R / menurubnkan rangsangan pada pusat muntah.
4)       Lakukan kebersihan oral pencuci mulut
R / menurunkan kekeringan membran muicosa dan menurunkan resiko perdarahan oral.
5)       Kolaborasi
-          berikan antiemetis
R / menurunkan mual dan mencegah muntah.
-          bersihkan cairan IV volume sirkulasi dan memperbaiki ketidak seimbangan
R / mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan
2.4.3           Diagnosa 3
Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengasn pembatasan berat badan sesuai aturan, mual / muntah, dispepsia, ketulangan nutrien, gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi cairan empedu.
Tujuan : melaporkan mual dan muntah hilang, menunjukkan kemajuan pencapaian BB atau mempertahankan BB individu yang tepat.
Intervensi dan Rasional
1)       Kaji distensi abdomen, sering berdahak, berhati-hati, menolak bergerak.
R /Tanda non verbal tidak kenyamanan berhunbungan dengan gangguna pencernaan.
2)       Perkiraan / hitung pemasukan kalori.
R / Mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan nutrisi
3)       Timbang berat badan sesuai indikasi
R / mengawasi ketidak efektifan rencana diet
4)        Berikan suasana yang menyenangkan pada saat makan
R / Untuk meningkatkan nafsu makan / menurunkan mual
5)        Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R / membantu dalam pengeluaran latus yang dapat mengurangi distensi abdomen
6)       Konsul dengan ahli diet / tim pendukung nutrisi sesuai indikasi
R / berguna dalam membuat keburtuhan nutrisi indivisual melalui rute yang paling tepat
7)       Tambahan diet sesuai toleransi biasanya rendah lemak, tinggi serat, batasi makanan penghasil gas
R / memenuhi kebutuhan nutrisi dan meminimalkan ransangan pada kandung empedu
8)       Awasi pemeriksaan Laboratorium contoh BUN, Albumin/ Protein serum dan kadar transferi
R / menberikan informasi tentang kekurangan nutrisi, keefektifan terapi
2.4.4           Diagnosa 4
Kurang pengetahuan(kebutuhan belajar), tentang kondisi progmosis dan pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan atau mengingat, salah interprestasi, informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, dan prognosis, melakukan periubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi dan rasional :
1)       Berikan penjelasan dan persiapannya
R / menurunkan lemak dan rangsangan simpatis
2)       Kaji ulang proses penyakit dan progmosis
R / memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
3)       Kaji ulang program obat dan kemungkinan efek samping
R / betu empedu sering berulang memerlukan terapi jangka panjang
4)       Anjurkan pasien untuk menghindari makanan / minuman tyang tinggi lemak / zat iritan gaster
R / mencegah / membatasi berulangnya serangan kandung empedu
5)       Njurkan istirahat pada posisi semi fowler setelah makan
R / meningkatkan aliran empedu dan relaksasi umum selama proses pencernaan awal
6)       Diskusikan penghindaran produk mengandung aspirin
R / menurunkan resiko pendarahan sehubungan dengan perubahan waktu koagulasi

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi 3, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Doengoes, M.E (200), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta
Price Sylvia Anderson (1995), Patofisiologi Konsep-Konsep Penyakit, EGC, Jakarta
Riyawan.com | Kumpulan Artikel keperawatan Farmasi
Sarwono Waspadji dr. dkk (2001), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi 3, FKUI, Jakarta
Susan Martin Tucker Et all, (1998), Standar Perawatan pasien Volume 2, EGC, Jakarta.

0 comments:

Posting Komentar