ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
KOLELITASIS
1.
LANDASAN TEORI
1.1
Pengertian
Kolesthiasis adalah terdapatnya batu pada
kandungan empedu dengan komposisi 3 golongan besar yaitu : batu kolesterol,
batu bilirubinat dan batu pigmen hitam (Sareono Waspadji dr.dkk ; 2001:380).
1.2 Klasifikasi batu
empedu menurut gambaran marokospit dan komposisi kimia :
1.2.1
Batu kolesterol
Berbentuk oval, multi focat / mulberry dfan
mengandung > 70 % kolesterol.
1.2.2
Batu kalsium
bilirubinat
Berwarna coklat / coklat tua, lunak, mudah
dihancurkan dan mengandung kalsium, bilirubinat sebagai komponen utama.
1.2.3
Batu pigmen hitam
Berwarna hitam/ hitam kecoklatan, tidak berbentuk
seperti bubuk dan kaya akan sis zat hiotam yang tak terekstrasi.
1.3
Etiologi
1.3.1
Faktor yang
memudahkan terjadinya batu empedu.
1)
Usia : sering terjado
pada orang berumur setengah baya.
2)
Genetik
3)
Jenis kelamin :
wanita lebih sering
4)
Kegemukan : pada
wanita yang gemuk
5)
Diet rendah serat
1.3.2
Etiologi batu empedu
secara pasti belum diketahui secara
sempurna, tetapi faktor prodisposisi terjadinya batu empedu adalah :
1)
Gangguan metabolisme
yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
2)
Statis empedu
3)
Infeksi kandung
empedu
1.4
Pantofisiologi
1.4.1
Perubahan susunan
empedu
Perubahan susunan empedu
|
Mensekresikan empedu yang sangat jenuh
kolesterol
|
Kolesterol meningkat sehingga
mengendap dalam kandungan empedu
|
Betu empedu
1.4.2
Statis empedu
Statis empedu
|
Supersaturasi progresif
|
Perubahan susunan kimia dan
pengendapan unsure
|
Peningkatan viskositas
|
Pembentukan batu empedu
1.4.3
Infeksi kandung
empedu
Infeksi bakteri
|
Penbingkatan deskuamasi sel dan
pembentukan mucus
|
Peningkatan viskositas
|
Pembentukan batu empedu
1.5
Gejala Klinis
1.5.1 Nyeri hebat yang
timbul mendadak pada abdomen bagian atas dan nyeri menyebar ke punggung dan
bahu kanan.
1.5.2 Penderita berkeringat
banyak
1.5.3 Mondar mandir /
berguling kekanan dan kiri.
1.5.4 Nause dan vomiting
1.5.5 Dispepsici
1.5.6 Intolerasi lemak
1.5.7 Nyeri pada ulu hati
1.6
Diagnosis
Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan
radiology (ultrasonografi dan tomografi komputer), sering juga didasarkan pada
kolesistografi yang dapat menunjukkan adanya batu / malfungsi dari kandung
empedu.
1.7
Penatalaksanaan
1.7.1
Konservatif
1) Diet rendah lemak
2) Obat-obat
antikolenergik – anti spasmodic
3) Analgesik
4) Antibiotik, bila
disertai kolesistitis
5) Asam empedu (asam
kenodeoksikolat) 6,75-4,5 g/ hari, diberikan dalam waktu lama dikatakan dapat
menghilangkan batu empedu, terutama batu kolesterol.
1.7.2
Kolesisitektomi
Dengan kolesistektomi, pasien tetap dapat hidup
normal, makan seperti biasa. Umumnya dilakukan pada pasien dengan kolikbilier /
diabetes.
1.8
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering adalah :
1.8.1
Infeksi kandung
empedu (kolesisititis)
1.8.2
Obstruksi pada duktus
atau duktus koledokus
Obstruksi seperti ini dapat sementara, intermiten
atau permanen. Kadang-kadang batu dapat menembus dinding kandung empedu dan
menyebabkan peradangan hepar dan sering menimbulkan p[eritoritis, atau
menyebabkan ruptura dinding kandung empedu.
2.
LANDASAN ASKEP
2.1
Anamnesa
2.1.1
Biodata
Bisanya lebih sering pada orang berumur setengah
baya dan sering pada wanita yang gemuk, jarang ditemukan pada laki-laki.
2.1.2
Keluhan Utama
Nyeri abdomen atas, menyebar ke punggung, kolik
epigastrium tengah, mual /muntah, anereksia.
2.1.3
Riwayat penyakit
sekarang
Nyeri pada abdomen bagian atas dan dapat menyebar
ke punggung / bahu kanan, nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya muncak dalam 30
menit, dapat mual, muntah.
2.1.4
Riwayat Penyakit
dahulu
Biasanya klien pernah menderita kolelitiasis dan
sering mengalami serangan kolik bilier atau kolesis titis akut. Diabetes,
sirosis hati, pankreatitris, reksi ileum, DM.
2.1.5
Riwayat Penyakit
Keluarga
Adanya riwayat kehamilan / melahirkan dengan
riwayat DM, penyakit informasi usus, diskrasias darah.
2.1.6
ADL
1)
Pola nutrisi : klien
mengalami anoreksia, mual, muntah, tidak dapat makan, kegemukan dan adanya
penurunan BB.
2)
Pola eliminasi :
terdapat perubahan pada warna urine, urine gelap, pekat, fases berwarna tanah
liat, teraba massa pada kuadran kanan atas.
3)
Pola istirahat :
tidak bisa tidur karena nyeri hebat dan muntah.
4)
Pola aktivitas :
badan lemah, gelisah, dan klien hanya istirahat di tempat tidur.
5)
Personal Hygiene :
Klien tidak mampu merawat dirinya.
2.1.7
Pemeriksaan
1)
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah, suhu : normal / meningkat,
pernafasan meningkat kadang-kadang chinestoke, nadi meningkat / takikardi, TD :
normal.
2)
Pemeriksaan Fisik
Kepala / leher :konjungtiva pucat, kadang-kadang
ikterik pada mucosa, bibir kering dada : pernafasan cepat dan dangkul /
chinestoke.
Perut
terdapat nyeri tekan dan terasa kaku pada kuadran kanan atas, dispesia, teraba
massa pada abdomen kanan atas.
3)
Pemeriksaan penunjang
- DL : leukositosis
sedang (akut)
- Bilirubin dan aminase
serum : meningkat
- SGOT, SGPT, LDH agak
meningkat, alkalin fosfat dan 5 – nuleotidase, ditandai peningkatan obstruksi
bilier.
- Kadar protombin :
menurun
- Kolesistogram :
memgetahui seberapa besar batu pada sistem empedu.
- Foto polos abdomen :
Mengetahui letak batu dan perkiraan besarnya batu.
2.2
Kemungkinan Diagnosa
Yang Timbul
2.2.1
Nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera biologis, obstruksi / spasme duktus, proses
informasi, ischemia jaringan / nekrosis.
2.2.2
Resiko tinnggi kurang
volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui penghisapan gaster berlebihan,
muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, peembatasan masukan secara medik,
gangguan proses pembekuan.
2.2.3
Resiko tinggi nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan berat badan sesuai aturan, mual
/ untah, dispepssia, kehilangan nutrien,
gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi aliran empedu.
2.2.4
Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan pengobatan behubungan dengan
kkurang pengetahuan / mengingat, salah interpresentasi informasi, tidak
mengenal sumber
2.4 Rencana
Keperawatan
2.4.1
Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis, abstuksi / spame duktus, proses informasi, inschemia jaringan /
nekrosis.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai
induksi untuk situasi individual.
Intervensi dan Rasional
1)
Observasi dan catat lokasi
karakter nyeri
R / Membedakan
penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan dan perbaikan penyakit
2)
Catat respon terhadap obat
dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang
R / Nyeri yang
berat yang tidak hilang dengan tinfakan rutin dapat menunjukkan terjadi
komplikasi
3)
Tingkatkan tirah baring
biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman
R / Tirah
baring biarkan pada posisi foeler rendah menurunkan tekanan darah intra
abdomen.
4)
Dorong menggunakan teknis
relaksasi
R /
Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dap[at meningkatkan
koping.
5)
Berikan obat sesuai
indikasi
-
Anti biotic
kolinergik
R / menghilangkan reflek spasme / kontraksi otot
halus
-
Sedatif
R / meningkatkan istirahat dan
marilekskan otot halus dan menghilangkan nyeri.
-
Antibiotik
R / untuk mengobati proses infeksi
2.4.2
Diagnosa 2
Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan
dengan kehiolangan melalui penghisap gaster berlebihan, muntah, distensi dan
hipermotilitas gaster, peembatasan masuk secara medik, gangguan proses
pembekuan.
Tujuan : menunjukkan keseimbangan cairan adekuat
yang dibuktikan oleh tanda vital stabil, membran mukosa lembab, tugor kulit
baik, pengisisan kapiler baik, secara individu mengeluarkan urine cukup dan tak
ada muntah.
Intervensi dan rasional
1)
Pertahankan masukan
dan haluan adekuat
R / memberikan informasi tentang status cairan
2)
Awasi tanda / gejala
berkelanjutan mual, muntah
R / Muntah berkepanjangan dan pemasukan
oral dapat meningkatkan defisit natrium, kalium dan kalsium.
3)
Hindarkan dari
lingkungan yang berbau
R / menurubnkan rangsangan pada pusat muntah.
4)
Lakukan kebersihan
oral pencuci mulut
R / menurunkan kekeringan membran muicosa dan
menurunkan resiko perdarahan oral.
5)
Kolaborasi
-
berikan antiemetis
R / menurunkan mual dan mencegah muntah.
-
bersihkan cairan IV
volume sirkulasi dan memperbaiki ketidak seimbangan
R / mempertahankan volume sirkulasi dan
memperbaiki ketidakseimbangan
2.4.3
Diagnosa 3
Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengasn pembatasan berat badan sesuai aturan, mual / muntah,
dispepsia, ketulangan nutrien, gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan
obstruksi cairan empedu.
Tujuan : melaporkan mual dan muntah hilang,
menunjukkan kemajuan pencapaian BB atau mempertahankan BB individu yang tepat.
Intervensi dan Rasional
1)
Kaji distensi abdomen, sering berdahak, berhati-hati,
menolak bergerak.
R
/Tanda non verbal tidak kenyamanan berhunbungan dengan gangguna pencernaan.
2)
Perkiraan / hitung pemasukan kalori.
R /
Mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan nutrisi
3)
Timbang berat badan sesuai indikasi
R /
mengawasi ketidak efektifan rencana diet
4)
Berikan suasana yang
menyenangkan pada saat makan
R /
Untuk meningkatkan nafsu makan / menurunkan mual
5)
Ambulasi dan tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi
R /
membantu dalam pengeluaran latus yang dapat mengurangi distensi abdomen
6)
Konsul dengan ahli diet / tim pendukung nutrisi sesuai
indikasi
R /
berguna dalam membuat keburtuhan nutrisi indivisual melalui rute yang paling
tepat
7)
Tambahan diet sesuai toleransi biasanya rendah lemak,
tinggi serat, batasi makanan penghasil gas
R /
memenuhi kebutuhan nutrisi dan meminimalkan ransangan pada kandung empedu
8)
Awasi pemeriksaan Laboratorium contoh BUN, Albumin/
Protein serum dan kadar transferi
R /
menberikan informasi tentang kekurangan nutrisi, keefektifan terapi
2.4.4
Diagnosa 4
Kurang pengetahuan(kebutuhan belajar), tentang
kondisi progmosis dan pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan atau
mengingat, salah interprestasi, informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit,
pengobatan, dan prognosis, melakukan periubahan pola hidup dan berpartisipasi
dalam program pengobatan.
Intervensi dan rasional :
1)
Berikan penjelasan
dan persiapannya
R / menurunkan lemak dan rangsangan simpatis
2)
Kaji ulang proses
penyakit dan progmosis
R / memberikan dasar pengetahuan dimana pasien
dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
3)
Kaji ulang program
obat dan kemungkinan efek samping
R / betu empedu sering berulang memerlukan terapi
jangka panjang
4)
Anjurkan pasien untuk
menghindari makanan / minuman tyang tinggi lemak / zat iritan gaster
R / mencegah / membatasi berulangnya serangan
kandung empedu
5)
Njurkan istirahat
pada posisi semi fowler setelah makan
R / meningkatkan aliran empedu dan relaksasi umum
selama proses pencernaan awal
6)
Diskusikan
penghindaran produk mengandung aspirin
R / menurunkan resiko pendarahan sehubungan dengan
perubahan waktu koagulasi
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer (2001), Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid 1, Edisi 3, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Doengoes, M.E (200), Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3 EGC, Jakarta
Price Sylvia Anderson (1995), Patofisiologi
Konsep-Konsep Penyakit, EGC, Jakarta
Riyawan.com | Kumpulan Artikel keperawatan Farmasi
Sarwono Waspadji dr. dkk (2001), Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 2 Edisi 3, FKUI, Jakarta
Susan Martin Tucker Et all, (1998), Standar
Perawatan pasien Volume 2, EGC, Jakarta.
0 comments:
Posting Komentar