ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN PENDERITA
MYOCARDITIS
MYOCARDITIS
1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pengertian
Myocarditis adalah peradangan
pada radang dinding otot jantung atau myocardium yang dapat disebabkan oleh virus atau jamur, demam reumatik dan tuberkulosis,
infeksi bakteri, reaksi hipersensitifitas, atau terjadi dengan endocarditis
atau pericarditis. Miokarditis
dapat pula disebabkan oleh penyakit yang didasari oleh imun termasuk demam rematik dan penyakit Kawasaki, dan penyakit vaskuler kolagen serta obat-obatan
tertentu.
(Yasmin Asih, 1993)
1.2. Etiologi
Menurut Edward (1995), penyebab
terjadinya adalah :
1.1.2.
Agen infeksi
1) Virus
-
Virus coxsackie Grup B
-
Virus ECHO
-
Influenza
-
Polio
-
Mumps
-
Morbili
-
Varisela
-
Hepatitis
A dan B
-
Virus Epstein-Barr
2) Bakteri
-
Streptokokus pneumonia
-
Stafilokokus
-
Korinebakterium difteri
-
Mikobakterium tuberkolusis
3) Riketsia
-
Rickettsia rickettsiae
4) Penyakit lyme
5) Protozoa
-
Tripanosoma
kruzi yang menyebabkan penyakit Chagas merupakan
sebab utama kematian di Amerika Selatan dan Tengah.
1.2.2.
Terapi radiasi
1.2.3.
Hipersensitivitas obat
1.2.4.
Idiopatik (tidak diketahui)
1)
Miokarditis Friedler
-
Sering menyebabkan CHF mematikan
2)
Miokarditis sel-datia
-
Biasanya mematikan dan
-
Bisa mempunyai etiologi autoimun
1.3. Patofisiologi
Mekanisme dasar
dari kerusakan myocardial yaitu fase akut yang mana meliputi serangan
myocardium dan pertemuan agent dan racun. Agent-agent myocardium akan menyerang
antibodi selama beberapa bulan, yang mana proses inflamatorynya jelas.
1.4. Komplikasi
1.4.2.
Meluasnya Cardiomyopathy
1.5. Manifestasi klinik
Gejala
miokarditis ini dipengaruhi oleh jenis infeksi, derajat kerusakan jantung dan kemampuan miokardium
memulihkan diri. Gejalanya biasanya ringan atau bahkan tidak sama sekali.
Pasien dengan miokarditis mungkin hanya mengalami kelelahan dan dispneu,
berdebar-debar dan kadang rasa tidak nyaman di dada dan perut atas. Dengan
adanya pemeriksaan klinis mungkin memperlihatkan pembesaran jantung, suara
jantung tambahan, irama gallop dan bising sistolik. Dan biasanya terdengar
friction rub pericardial bila pasien mengalami perikarditis juga. Denyut
alternans ( denyut dimana terdapat perubahan reguler antara denyut kuat dan
lemah ) mungkin ditemukan. Demam dan takikardia sering ada dan gejala gagal jantung kongesti bisa terjadi. (Irham, 2011)
1.6. Pemeriksaan diagnostic
1.6.1.
Data Laboratorium
Leukocytosis
dengan Lymphocytes yang tidak normal ; ia mengakut ESR. Yang disebabkan oleh virus, ia mengakut ; CPK, LDH, SGOT
1.6.2.
ECG
-
Kerusakan hantaran LBBB
-
Non-Spesifik yang menyebabkan perubahan gelombang ST-T; gelombang
Q memanjang dan sewaktu-waktu bisa menjadi gelombang QT. Tachyrrhythmias :
Atrial, perbandingan – Ectopy Ventrikular C-T normal ; untuk memenuhi
cordiomegaly, yang berbentuk bulat bergaris hitam : Vascular Pulmonary
Kongesti.
1.6.3.
Studi Radionuclide Galium
67 : Teahnetrium 99 M-Pyropus Phate Echocardiography.
-
Kerusakan yang menyebabkan peradangan, perubahan Neotoric dalam
Myocardium. Dinding daerah yang abnormal; Ventrikel dan Hyphokinesis LV akan
membesar.
1.6.4.
Biopsy Endomyocardial
-
Acut : Membesarnya Lymphocyte yang menyebabkan infiltrasi sel :
kerusakan Myocyte (Pertemuan antara agent sel Myocardial dan Fibrosis
Myocardial).
Dari penyembuhan Myocarditis : Menimbulkan
kerusakan dan menyebabkan peradangan pada Aktip infiltrasi sel.
1.7. Pencegahan
Pencegahan dapat
dilakukan dengan imunisasi yang tepat dan penanganan awal nampaknya sangat
penting dalam menurunkan insidensi miokarditis. Setelah mengalami suatu episode
miokarditis biasanya masih tersisa pembesaran jantung. Aktifitas fisik harus
ditingkatkan dengan perlahan-lahan dan bertahap , pasien di instruksikan untuk
melaporkan gejala yang dirasakan saat aktifitas meningkat seprti jantung
berdenyut cepat sekali, olahraga yang kompetitif dan alkohol sama sekali harus
dihindari. (Irham, 2011)
1.8. Penatalaksanaan
Pasien diberi
pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasarinya, bila diketahui
(misalnya penisillin untuk streptokokkus hemolitikus) dan dibaringkan di tempat
tidur untuk mengurangi beban jantung. Berbaring juga membantu mengurangi
kerusakan miokardial residual dan komplikasi miokarditis.pengobatan pada
dasarnya sama dengan yang digunakan untuk gagal jantung kongestif.
Fungsi jantung
dan suhu tubuh selalu di evaluasi untuk menentukan apakah penyakit sudah
menghilang dan apakah sudah terjadi gagal jantung kongestik. Bila terjadi disritmia
pasien harus dirawat di unit yang mempunyai sarana pemantauan jantung
berkesinambungan sehingga personel dan peralatan selalu tersedia bila terjadi
disritmia yang mengancam jiwa.
Bila telah
terjadi gagal
jantung kongestif,
harus diberi obat untuk memperlambat frekuensi jantung dan meningkatkan
kekuatan kontraktilitas.stoking elastik dan latihan aktif dan pasif harus
dilakukan karena embolisasi dari trombus vena dan mural trombi dapat terjadi.
Pasien dengan
miokarditis sangat sensitif terhadap digitalis, maka pasien harus dipantau
dengan ketat akan adanya toksisisitas digitalis (dibuktikan dengan adanya
disritmia, anoreksia, nausea, muntah, bradikardia, sakit kepala dan malaise).
(Irham, 2011)
2. TINJAUAN ASKEP
2.1.Pengkajian
2.1.1.
Aktifitas / Istirahat
Gejala : kelelahan dan kelemahan
Tanda : Takikardi, penurunan TD, Dispnea dengan
aktifitas
2.1.2.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat demam rematik, penyakit jantung
kongenital, Infark miokard, bedah jantung ( CABG / penggantian katup / by pass
kardiopulmonal lama ), palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : Takikardia, disritmia , perpindahan TIM (
Titik influks Maksimal ) kiri dan inferior (pembesaran jantung ) Friction Rub
perikardial biasanya intermitten ( terdengar di batas sternal kiri ) murmur
aortik, mitral ,stenosis / insufisiensi trikuspid, perubahan dalam murmur yang
mendahului, disfungsi otot papilar, irama gallop ( S3 dan S4 ), bunyi jantung
normal pada awal perikarditis akut , edema, DVJ ( GJK ) petekie ( konjungtiva,
membran mukosa ) hemoragi splinter ( punggung kuku ) nodus osler ( jari/ ibu
jari ) lesi janiwae ( telapak tangan / telapak kaki ).
2.1.3.
Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal / gagal
ginjal. Penurunan frekuensi/ jumlah urine.
Tanda : urine pekat dan gelap
2.1.4.
Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior ( sedang
sampai berat/ tajam ) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan menelan,
berbaring, hilang dengan duduk bersandar ke depan ( perikarditis )tidak hilang
dengan nitrogliserin. Nyeri dada /punggung/ sendi ( endokarditis ).
Tanda : perilaku distraksi misal gelisah.
2.1.5.
Pernafasan
Gejala : Nafas pendek ; nafas pendek
kronis memburuk pada malam hari ( miokarditis )
Tanda : Dispneu nokturnal, batuk,
inspirasi mengi, takipnea, krekels dan ronki, pernafasan dangkal
2.1.6.
Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri,
jamur ( miokarditis ) penurunan sistem imun, misal program terapi imunosupresi
Tanda : Demam
2.1.7.
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : terapi IV jangka panjang atau
penggunaan kateter indwelling atau penyalahgunaan obat parenteral.
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG
menunjukkan rerata 5,5 hari.
2.2.Diagnosa
1) Potensial penurunan CO b/d faktor mekanis
(preload, afterload, kontraksi) dan faktor elektrik (dysrytmias).
2) Sakit dada b/d gesekan perikardial.
2.3.Intervensi
1) Potensial penurunan CO b/d
faktor mekanis (preload, afterload, kontraksi) dan faktor elektrik
(dysrytmias).
-
Data
Subyektif :
Mengeluh lelah, kehabisan tenaga, dyspnea, kelemahan
(tidak berdaya).
-
Data
Obyektif :
Tachykardi, tachypnea, orthopnea, pucat, diaphoresis,
urine output menurun, peningkatan JVP. Bunyi napas : crickles (rales), bunyi
jantung : S3, chest x-ray : redistribusi dari darah pada upper lobes, peningkatan
ratio C-T.
·
Kaji
tanda dan gejala penurunan CO
R : gambaran klinik pada pasien dengan myocarditis
bervariasi dari tanda cardiac untuk CHF.
·
Monitor
tanda vital 4 – 8 jam pada indikasi. Auskultasi bunyi napas dan jantung 28 jam.
R : Untuk mendeteksi meningkatnya tanda-tanda pada
pulmonal congestif dan failure ventrikel.
·
Bedrest
dengan kepala ditinggikan, anjurkan periode istirahat setiap hari.
R : Menurunkan beban kerja jantung.
·
Pengaturan
medikasi sesuai instruksi.
R : pengobatan jantung yang teratur dapat meningkatkan
kontraksi dan menurunkan preload dan afterload.
2) Sakit dada b/d gesekan
perikardial.
-
Data
Subyektif :
Mengeluh dada sakit saat bergerak.
-
Data
Obyektif :
Tidak mampu beristirahat dengan tenang, ingin untuk
sit up, prekardial chest pain, inspirasi memburuk saat bergerak, bunyi jantung
: gesekkan perikardial. Chest x-ray : bayangan hitam pada kardial meningkat
jika ada efusi pada pericardial.
·
Kaji
sifat dari chest pain.
R : Untuk membedakan sakit perikardial dan myokardial
isakhemia.
·
Anjurkan
bedrest, tinggikan kepala pada tempat tidur, pasien dapat bertindak untuk
menyenangkan hati dengan berganti posisi pada tempat tidur.
R : Sakit perikardial mungkin menyakitkan
hati / memperburuk dengan bergiliran / berbelok – belok, sakit mungkin karena
adanya kecendrungan untuk bertinak menyenangkan hati.
·
Atur
analgesik sesuai instruksi
R : Memberikan keringanan gejala.
2.4.Evaluasi
1) CO dipertahankan, dengan data indikasi
tanda vital dalam batas normal, melaporkan adanya gejala, tampak nyaman,
aktivitas dapat ditolerir.
2) Pasien bebas dari rasa sakit dengan data
indikasi pasien mengungkapkan dengan jujur adanya sakit dada, tampak tenang,
mengikuti kegiatan rutin dalam rumah sakit, dan aktifitas tanpa sakit, tidak
ada gesekkan perikardial.
3) Tingkat pengetahuan klien meningkat, dengan
indikasi : pasien mendemonstrasikan pengetahuan pada proses penyakit dan tanda
dan gejala untuk dilaporkan kepada dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Edward.(1995).Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler.Jakarta : EGC
Blog Riyawan | Kumpulan Artikel Farmasi &
Keperawatan
Yasmin Asih.(1993).Penuntun Praktis Penyakit
Kardiovaskuler Ed.III.
Jakarta : EGC
0 comments:
Posting Komentar