Rabu, 09 Juli 2014

Peritonitis


Asuhan Keperawatan Klien Dengan Peritonitis

Landasan Teori
1)      Pengertian
1)     Peritonitis  adalah inflamasi peritonium-lapisan
Membran serosa rongga abdomen dan meliputi viresela. Biasanya, akibat dari infeksi  bakteri: Organisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ reproduktif internal.(Brunner & suddarth, 2002: 1103)
2)     Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal, dapat berupa primer atau sekunder akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi. (Marilyinn, Doengoes, dkk, 1979: 513)

2)      Klasifikasi
(1)    Peritonitis primer
Terjadi biasanya pada anak-anak dengan syndroma nefritis atau sirosis hati lebih banyak terdapat pada anak-anak perempuan dari pada laki-laki. Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritonium, kuman masuk ke rongga peritonium melalui aliran darah atau pada pasien perempuan melalui saluran alat genital.
(2)    Peritonitis sekunder
Di sini peritonitis terjadi bila kuman masuk ke rongga peritonium dalam jumlah yang  cukup banyak. Biasanya dari lumen saluran cerna. Peritonium biasanya dapat masuknya bakteri melalui saluran getah bening diafragma tetapi bila banyak kuman masuk secara terus-menerus akan terjad peritonitis, apabila ada rangsangan kimiawi karena masuknya asam lambung, makanan, tinja, Hb dan jaringan nekrotik atau bila imunitas menurun. Biasanya terdapat campuran jenis kuman yang menyebabkan peritonitis, sering kuman-kuman aerob dan anaerob, peritonitis juga sering terjadi bila ada sumber intra peritoneal seperti appendixitis, divertikulitis, salpingitis, kolesistitis, pangkreatitis, dan sebagainya.
Bila ada trauma yang menyebabkan ruptur pada saluran cerna / perforasi setelah endoskopi, kateterisasi. Biopsi atau polipektomi endoskopik, tidak jarang pula setelah perforasi spontan pada tukak peptik atau peganasan saluran cerna, tertelannya benda asing yang tajam juga dapat menyebabkan perforasi dan peritonitis.
(3)    Peritonitis karena pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneon yang  menimbulkan peritonitis adalah :
-          Kateter ventrikulo – peritoneal yang dipasang pada pengobatan hidro sefalus
-          Kateter peritoneal – jugular untuk mengurangi asites
-          Continous ambulatory peritoneal dialysis. (Soeparman S, 1990: 174)

3)      Etiologi
(1) Masuknya bakteri ke dalam rongga peritonium pada saluran makanan yang mengalami perforasi / dari luka penetrasi eksternal
(2)   Keluarnya enzim pangkreas, asam lambung/ empedu sebagai akibat cedera / perforasi usus
(3) Peritonitis steril ditemukan pada pasien dengan SLE, demam mediterian familial selama timbulnya serangan penyakit
(4)   Pemasangan benda asing ke dalam rongga peritonium

4)      Patofisiologi
Infeksi organisme yang  ada dalam colon, stafilococcus dan streptococcus
|
Invasi oleh bakteri
|
Keluarnya exudat fibrosa, kantong-kantong anatiles
Bentuk antara perlekatan fibrinosa
|
Infeksi tersebar luar pada permukaan peritonium
|
Peritonitis umum
|
Aktivitas peristaltik berkurang
|
Ilius paralitik
|
Usus menjadi atoni dan meregang, cairan dan elektrolit tulang dehidrasi shock, oliguria, gangguan sirkulasi
|
Perlekatan terbentuk antara lekung usus yang meregang
|
Gangguan pergerakan usus
|
Obstruksi usus

5)      Gejala Klinis
(1)    Nyeri abdomen akut dan nyeri tekan
(2)    Badan lemas
(3)    Peristaltik dan suara usus menghilang
(4)    Hipotensi
(5)    Tachicardi
(6)    Oligouria
(7)    Nafas dangkal
(8)    Leukositosis
(9)    Terdapat dehidrasi. (Ahmad H. Asdie, 1995: 1612)

6)      Pemeriksaan Diagnosis
(1)    Protein / albumin serum
(2)    Amilase serum
(3)    Elektrolit serum
(4)    JDL
(5)    SDM
(6)    GDA
(7)    Kultur
(8)    Pemeriksaan foto abdominal
(9)    Foto dada. (Marilyinn Doengos, dkk, 1999: 514)

7)      Prognosis
(1)   Mortalitas tinggai antara 10-40%
(2)  Prognosis lebih buruk untuk usia lanjut dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih dari 98 jam
(3)   Lebih cepat diambil tindakan, lebih baik prognosenya. (Soeparman S, 1990: 175)

8)      Penatalaksanaan
(1)  Infus darah plasma / whole blood dan albumin, larutan ringer, dextrosa 5% Nacl fisiologis
(2)  Kortikosteroid misal metil prednison 30 mg/kgBB/hari
(3)  Bila hipoxia, berikan O2
(4)  Bila terjadi ilius paralitik, perlu dipasang pipa NG tube untuk dekompensasi
(5)  Analgesik dan obat sedatif jangan sering diberikan kecuali bila diagnosis sudah ditegakkan
(6)  Antibiotik dengan spektrum luas
Misal : aminoglikosid (dosis awal tinggi) setelah itu disesuaikan menurut fungsi ginjal klimdamisin dan metronidazol (tidak perlu penyesuaian dosis bila ada gagal ginjal)
(7) Pembedahan setelah keadaan pasien stabil dan renjatan dapat diatasi. (Soeparman S. 1990: 175)

9)      Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
(1)    Biodata
Terjadi pada pasien dengan syndrome nefrotik atau sirosis hepatis, lebih banyak terdapat pada perempuan dari pada laki-laki
(2)    Keluhan Utama
Nyeri tekan pada perut
(3)    Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri tekan perut, lemas, terdapat dehidrasi dan tanda-tanda peritonitis seperti kejang abdomen, bunyi usus menghilang / berkurang
(4)    Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat appendixitis, devertikulitis, salpingitis, pangkreatitis, dan sebagainya.
(5)    Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah anggota keluarga yang pernah menderita peritonitis
(6)    ADL (Activity Daily Life)
Nutrisi        :  Nafsu makan menurun karena pasien mual / muntah
Eliminasi    :  Ketidakmampuan defekasi dan flatus, diare (kadang)
Istirahat      :  Terganggu karena nyeri
Aktivitas    :  Terganggu karena pasien lemas
Personal hygiene : Kemungkinan terjadi penurunan kebersihan diri akibat penurunan aktivitas sebagai dampak dari kelemahan
(7)    Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum      :  Lemah
Wajah                     :  Pucat
Hidung                   :  Nafas dangkal, takipnea
Mulut                      :  Membran mukosa kering, lidah bengkak, cegukan
Abdomen               :  Terdapat nyeri tekan, kejang, bunyi usus menghilang / berkurang
Ekstermitas             :  Akral dingin, turgor kulit menurun
(8)    Pemeriksaan Penunjang
Protein / albumin serum    :   menurun karena perpindahan cairan
Amilase protein     :  meningkat
Elektrolit serum     :  hipokalemia
SDL                     :  SDP meningkat, kadang laebih dari 20.000
SDM                    :  meningkat menunjukkan hemokonsentrasi
GDA                    :  alkalosis
Kultur                   :  Organisme penyebab mungkin terindentifikasi dari darah, exudat darah
Pemeriksaan foto abdominal  : dapat menyebabkan distensi usus / ileum bila perforasi viseral sebagai etiologi, udara bebas ditemukan pada adomen
Foto dada             :  menyatakan peninggian diafragma. (Marilynnn Doengoes,dkk, 1999: 514)

10)  Kemungkinan Diagnosa Post Up Yang Timbul
(1)   Nyeri berhubungan dengan terputusnya incontinuitas jaringan
(2) Perubahan eliminasi usus berhubungan dengan manipulasi operasi, imobilitas, gangguan masukan nutrisi
(3)  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa, penghisap selang nasogastrik
(4)  Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan risiko peningkatan kehilangan cairan melalui penghisap lambung
(5)  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan di rumah dan perawatan tindak lanjut

11)  Intervensi
(1)    Dx. Kep. I
Tujuan : Rasa nyaman dapat dipertahankan
Kriteria hasil :
-   Melaporkan tingkat rasa nyaman yang  dapat ditoleransi
-   Memperlihatkan lebih relaks
Intervensi :
-   Pertahankan tirah baring dalam ruangan yang tenang
R/   Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan membantu mengontrol nyeri
-   Pantau lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri (skala 0-10)
R/   Sediakan informasi mengenai kebutuhan / efektifitas intervensi
-   Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernafasan
R/   Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan 
-   Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya latihan nafas dalam dan teknik distraksi
R/   Teknik relaksasi dan distraksi membantu melonggarkan ketegangan syaraf yang  mempengaruhi rasa nyeri dan klien merasa nyaman
-   Kolaborasi pemberian analgesik
R/   Mengurangi rasa nyeri memblok sinyal pada tempat masuknya ke dalam medula spinalis dan memblok sebagian reflek medula spinalis yang  timbul akibat rangsangan sakit 

(2)    Dx. Kep. II
Tujuan : Eliminasi kembali normal
Kriteria hasil :
-   Pasien mengerti faktor-faktor penyebab gangguan eliminasi
-   Defekasi dengan feses lunak dan berbentuk
Intervensi :
-   Kaji kebiasaan usus pra operasi dan masukan nutrisi : jelaskan penyebab gangguan
R/   Klien dan keluarga kooperatif dalam tindakan 
-   Auskultasi abdomen untuk mendengar kembalinya bising usus setiap 8 jam
R/   Untuk mengetahui kemajuan fungsi normal usus 
-   Observasi defekasi pertama pasca operasi, kaji warna, konsistensi, jumlah dan frekuensi
R/   Mengetahui kemajuan fungsi normal usus  
-   Pertahankan agar area perianal bersih dan kering
R/   Mencegah terjadinya infeksi 
-   Peragakan dan ajarkan irigasi ostomi serta memasang aplikasinya bila ada
R/   Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan ostomi dengan benar  

(3)    Dx. Kep. III
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
-   Mempertahankan berat badan yang normal
-   Mentoleransi diet tanpa rasa tak nyaman
Intervensi :
-   Pantau masukan dan haluaran sampai adekuat sesuai umur dan berat badan
R/   Membantu menciptakan rencana perawatan / pilihan intervensi
-   Timbang berat badan saat masuk dan secara reguler
R/   Memantau status nutrisi dan efektivitas intervensi 
-   Berikan makanan porsi sedikit tapi sering
R/   Membantu untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pemasukan 
-   Kolaborasi dengan dokter, ahli, gizi
R/   Menambahkan dalam menetapkan program nutrisi spesifik untuk memenuhi kebutuhan individual pasien

(4)    Dx. Kep. IV
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
-   Menunjukkan tanda vital stabil
-   Masukan dan haluaran seimbang
-   Hidrasi adekuat yang  dibuktikan oleh turgor kulit yang  normal
Intervensi :
-   Monitor intake dan output, membran mukosa, turgor kulit dan Bj urine serta serum elektrolit
R/   Mengidentifikasi keseimbangan cairand an elektrolit dalam tubuh dengan mengobservasi tanda-tanda kurang cairan, sehingga gangguan kesembangan cairan dapat dihindari
-   Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam
R/   Perubahan suhu tubuh dan peningkatan nadi merupakan salah satu tanda terjadi dehidrasi 
-   Berikan cairan parenteral sesuai dengan petunjuk
R/   Mengganti kehilangan cairan yang  telah didokumentasikan  

(5)    Dx. Kep. V
Tujuan : Klien dan keluarga mengerti dan dapat menjelaskan tentang perawatan
Kriteria hasil :
-   Mengungkapkan pengertian tentang aturan diet
-   Memperagakan perawatan ostoi yang adekuat
-   Mengexpresikan pengertian tentang aktivitas yang diperbolehkan
Intervensi :
-   Jelaskan pada klien dan keluarga tentang perawatan ostomi 
R/   Membantu mengidentifikasi kesalahpahaman
-   Demonstrasikan penggantian balutan, perawatan luka, teknik aseptik
R/   Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan dengan benar  
-   Diskusikan aktivitas yang  diperbolehkan, pentingnya istirahat dan aktivitas ringan
R/   Dengan aktivitas yang  berlebihan maka akan terjadi komplikasi yang  lebih parah   



DAFTAR PUSTAKA 
Brunner & Suddarth. (2002)Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8 Vol 2,EGC, Jakarta
Dongoes Marilynn E. (1993), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Riyawan.com | Kumpulan Artikel Keperawatan & Farmasi
Soeparman, (1979), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4, EGC, Jakarta. 


0 comments:

Posting Komentar