Asuhan Keperawatan Klien Dengan Peritonitis
Landasan Teori
1) Pengertian
1) Peritonitis
adalah inflamasi peritonium-lapisan
Membran serosa rongga abdomen dan meliputi viresela.
Biasanya, akibat dari infeksi bakteri:
Organisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal atau pada wanita dari
organ reproduktif internal.(Brunner & suddarth, 2002: 1103)
2) Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal, dapat
berupa primer atau sekunder akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi.
(Marilyinn, Doengoes, dkk, 1979: 513)
2) Klasifikasi
(1) Peritonitis primer
Terjadi biasanya pada
anak-anak dengan syndroma nefritis atau sirosis hati lebih banyak terdapat pada
anak-anak perempuan dari pada laki-laki. Peritonitis terjadi tanpa adanya
sumber infeksi di rongga peritonium, kuman masuk ke rongga peritonium melalui
aliran darah atau pada pasien perempuan melalui saluran alat genital.
(2) Peritonitis sekunder
Di sini peritonitis
terjadi bila kuman masuk ke rongga peritonium dalam jumlah yang cukup banyak. Biasanya dari lumen saluran
cerna. Peritonium biasanya dapat masuknya bakteri melalui saluran getah bening
diafragma tetapi bila banyak kuman masuk secara terus-menerus akan terjad
peritonitis, apabila ada rangsangan kimiawi karena masuknya asam lambung,
makanan, tinja, Hb dan jaringan nekrotik atau bila imunitas menurun. Biasanya
terdapat campuran jenis kuman yang menyebabkan peritonitis, sering kuman-kuman
aerob dan anaerob, peritonitis juga sering terjadi bila ada sumber intra
peritoneal seperti appendixitis, divertikulitis, salpingitis, kolesistitis,
pangkreatitis, dan sebagainya.
Bila ada trauma yang
menyebabkan ruptur pada saluran cerna / perforasi setelah endoskopi,
kateterisasi. Biopsi atau polipektomi endoskopik, tidak jarang pula setelah
perforasi spontan pada tukak peptik atau peganasan saluran cerna, tertelannya
benda asing yang tajam juga dapat menyebabkan perforasi dan peritonitis.
(3) Peritonitis karena pemasangan benda asing ke dalam
rongga peritoneon yang menimbulkan
peritonitis adalah :
-
Kateter
ventrikulo – peritoneal yang dipasang pada pengobatan hidro sefalus
-
Kateter
peritoneal – jugular untuk mengurangi asites
-
Continous ambulatory
peritoneal dialysis. (Soeparman S, 1990: 174)
3) Etiologi
(1) Masuknya bakteri ke dalam rongga peritonium pada
saluran makanan yang mengalami perforasi / dari luka penetrasi eksternal
(2) Keluarnya enzim pangkreas, asam lambung/ empedu
sebagai akibat cedera / perforasi usus
(3) Peritonitis steril ditemukan pada pasien dengan
SLE, demam mediterian familial selama timbulnya serangan penyakit
(4) Pemasangan benda asing ke dalam rongga peritonium
4) Patofisiologi
Infeksi organisme
yang ada dalam colon, stafilococcus dan
streptococcus
|
Invasi oleh bakteri
|
Keluarnya exudat fibrosa,
kantong-kantong anatiles
Bentuk antara perlekatan
fibrinosa
|
Infeksi tersebar luar pada
permukaan peritonium
|
Peritonitis umum
|
Aktivitas peristaltik
berkurang
|
Ilius paralitik
|
Usus menjadi atoni dan
meregang, cairan dan elektrolit tulang dehidrasi shock, oliguria, gangguan
sirkulasi
|
Perlekatan terbentuk
antara lekung usus yang meregang
|
Gangguan pergerakan usus
|
Obstruksi
usus
5) Gejala Klinis
(1) Nyeri abdomen akut dan nyeri tekan
(2) Badan lemas
(3) Peristaltik dan suara usus menghilang
(4) Hipotensi
(5) Tachicardi
(6) Oligouria
(7) Nafas dangkal
(8) Leukositosis
(9) Terdapat dehidrasi. (Ahmad H. Asdie, 1995: 1612)
6) Pemeriksaan Diagnosis
(1) Protein / albumin serum
(2) Amilase serum
(3) Elektrolit serum
(4) JDL
(5) SDM
(6) GDA
(7) Kultur
(8) Pemeriksaan foto abdominal
(9) Foto dada. (Marilyinn Doengos, dkk, 1999: 514)
7) Prognosis
(1) Mortalitas tinggai antara 10-40%
(2) Prognosis lebih buruk untuk usia lanjut dan bila
peritonitis sudah berlangsung lebih dari 98 jam
(3) Lebih cepat diambil tindakan, lebih baik prognosenya.
(Soeparman S, 1990: 175)
8) Penatalaksanaan
(1) Infus darah plasma / whole blood dan albumin,
larutan ringer, dextrosa 5% Nacl fisiologis
(2) Kortikosteroid misal metil prednison 30
mg/kgBB/hari
(3) Bila hipoxia, berikan O2
(4) Bila terjadi ilius paralitik, perlu dipasang pipa
NG tube untuk dekompensasi
(5) Analgesik dan obat sedatif jangan sering diberikan
kecuali bila diagnosis sudah ditegakkan
(6) Antibiotik dengan spektrum luas
Misal : aminoglikosid (dosis awal
tinggi) setelah itu disesuaikan menurut fungsi ginjal klimdamisin dan
metronidazol (tidak perlu penyesuaian dosis bila ada gagal ginjal)
(7) Pembedahan setelah keadaan pasien stabil dan
renjatan dapat diatasi. (Soeparman S. 1990: 175)
9) Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
(1) Biodata
Terjadi pada pasien
dengan syndrome nefrotik atau sirosis hepatis, lebih banyak terdapat pada
perempuan dari pada laki-laki
(2) Keluhan Utama
Nyeri tekan pada
perut
(3) Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri tekan perut,
lemas, terdapat dehidrasi dan tanda-tanda peritonitis seperti kejang abdomen,
bunyi usus menghilang / berkurang
(4) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat
appendixitis, devertikulitis, salpingitis, pangkreatitis, dan sebagainya.
(5) Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah anggota
keluarga yang pernah menderita peritonitis
(6) ADL (Activity Daily Life)
Nutrisi : Nafsu makan menurun karena pasien mual /
muntah
Eliminasi : Ketidakmampuan defekasi dan flatus, diare
(kadang)
Istirahat : Terganggu karena nyeri
Aktivitas : Terganggu karena pasien lemas
Personal hygiene : Kemungkinan terjadi penurunan
kebersihan diri akibat penurunan aktivitas sebagai dampak dari kelemahan
(7) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Wajah : Pucat
Hidung : Nafas dangkal, takipnea
Mulut : Membran mukosa kering, lidah bengkak, cegukan
Abdomen : Terdapat nyeri tekan, kejang, bunyi usus
menghilang / berkurang
Ekstermitas : Akral dingin, turgor kulit menurun
(8) Pemeriksaan Penunjang
Protein / albumin serum : menurun karena perpindahan cairan
Amilase protein : meningkat
Elektrolit serum : hipokalemia
SDL : SDP meningkat, kadang laebih dari 20.000
SDM : meningkat menunjukkan hemokonsentrasi
GDA : alkalosis
Kultur : Organisme penyebab mungkin terindentifikasi
dari darah, exudat darah
Pemeriksaan foto abdominal : dapat
menyebabkan distensi usus / ileum bila perforasi viseral sebagai etiologi,
udara bebas ditemukan pada adomen
Foto dada : menyatakan peninggian diafragma. (Marilynnn
Doengoes,dkk, 1999: 514)
10) Kemungkinan Diagnosa Post Up Yang Timbul
(1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya incontinuitas
jaringan
(2) Perubahan eliminasi usus berhubungan dengan
manipulasi operasi, imobilitas, gangguan masukan nutrisi
(3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status puasa, penghisap selang nasogastrik
(4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
risiko peningkatan kehilangan cairan melalui penghisap lambung
(5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang perawatan di rumah dan perawatan tindak lanjut
11) Intervensi
(1) Dx. Kep. I
Tujuan : Rasa
nyaman dapat dipertahankan
Kriteria hasil
:
- Melaporkan tingkat rasa nyaman yang dapat ditoleransi
- Memperlihatkan lebih relaks
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring dalam ruangan yang tenang
R/ Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan
membantu mengontrol nyeri
- Pantau lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri
(skala 0-10)
R/ Sediakan informasi mengenai kebutuhan /
efektifitas intervensi
- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi,
hipertensi dan peningkatan pernafasan
R/ Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan
ketidaknyamanan
- Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya
latihan nafas dalam dan teknik distraksi
R/ Teknik relaksasi dan distraksi membantu
melonggarkan ketegangan syaraf yang
mempengaruhi rasa nyeri dan klien merasa nyaman
- Kolaborasi pemberian analgesik
R/ Mengurangi rasa nyeri memblok sinyal pada tempat
masuknya ke dalam medula spinalis dan memblok sebagian reflek medula spinalis
yang timbul akibat rangsangan sakit
(2) Dx. Kep. II
Tujuan :
Eliminasi kembali normal
Kriteria hasil
:
- Pasien mengerti faktor-faktor penyebab gangguan
eliminasi
- Defekasi dengan feses lunak dan berbentuk
Intervensi :
- Kaji kebiasaan usus pra operasi dan masukan
nutrisi : jelaskan penyebab gangguan
R/ Klien dan keluarga kooperatif dalam
tindakan
- Auskultasi abdomen untuk mendengar kembalinya
bising usus setiap 8 jam
R/ Untuk mengetahui kemajuan fungsi normal
usus
- Observasi defekasi pertama pasca operasi, kaji
warna, konsistensi, jumlah dan frekuensi
R/ Mengetahui kemajuan fungsi normal usus
- Pertahankan agar area perianal bersih dan kering
R/ Mencegah terjadinya infeksi
- Peragakan dan ajarkan irigasi ostomi serta
memasang aplikasinya bila ada
R/ Menambah pengetahuan klien dan keluarga
tentang perawatan ostomi dengan benar
(3) Dx. Kep. III
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil
:
- Mempertahankan berat badan yang normal
- Mentoleransi diet tanpa rasa tak nyaman
Intervensi :
- Pantau masukan dan haluaran sampai adekuat sesuai
umur dan berat badan
R/ Membantu menciptakan rencana perawatan /
pilihan intervensi
- Timbang berat badan saat masuk dan secara reguler
R/ Memantau status nutrisi dan efektivitas
intervensi
- Berikan makanan porsi sedikit tapi sering
R/ Membantu untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan pemasukan
- Kolaborasi dengan dokter, ahli, gizi
R/ Menambahkan dalam menetapkan program nutrisi
spesifik untuk memenuhi kebutuhan individual pasien
(4) Dx. Kep. IV
Tujuan :
Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil
:
- Menunjukkan tanda vital stabil
- Masukan dan haluaran seimbang
- Hidrasi adekuat yang dibuktikan oleh turgor kulit yang normal
Intervensi :
- Monitor intake dan output, membran mukosa, turgor
kulit dan Bj urine serta serum elektrolit
R/ Mengidentifikasi keseimbangan cairand an
elektrolit dalam tubuh dengan mengobservasi tanda-tanda kurang cairan, sehingga
gangguan kesembangan cairan dapat dihindari
- Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam
R/ Perubahan suhu tubuh dan peningkatan nadi
merupakan salah satu tanda terjadi dehidrasi
- Berikan cairan parenteral sesuai dengan petunjuk
R/ Mengganti kehilangan cairan yang telah didokumentasikan
(5) Dx. Kep. V
Tujuan : Klien
dan keluarga mengerti dan dapat menjelaskan tentang perawatan
Kriteria hasil
:
- Mengungkapkan pengertian tentang aturan diet
- Memperagakan perawatan ostoi yang adekuat
- Mengexpresikan pengertian tentang aktivitas yang
diperbolehkan
Intervensi :
- Jelaskan pada klien dan keluarga tentang perawatan
ostomi
R/ Membantu mengidentifikasi kesalahpahaman
- Demonstrasikan penggantian balutan, perawatan
luka, teknik aseptik
R/ Menambah pengetahuan klien dan keluarga
tentang perawatan dengan benar
- Diskusikan aktivitas yang diperbolehkan, pentingnya istirahat dan
aktivitas ringan
R/ Dengan aktivitas yang berlebihan maka akan terjadi komplikasi
yang lebih parah
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002)Keperawatan
Medical Bedah, Edisi 8 Vol 2,EGC, Jakarta
Dongoes
Marilynn E. (1993), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Riyawan.com | Kumpulan Artikel Keperawatan & Farmasi
Soeparman,
(1979), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4, EGC, Jakarta.
0 comments:
Posting Komentar