BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja dianggap sebagai “badai dana tekanan”, suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan
berada di bawah tekanan social dan menghadapi kondisi baru. Sedangkan selama
masa kanak-kanak iya kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan
tersebut.
Emosi remaja sering kali sangat kuat,
tidak terkendali dan tampaknya irasional. Namun benar juga bila sebagian besar
remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu, sebagai konsekuensi dari
usaha penyesuaian diri terhadap
lingkungan, tetapi pada umumnya dari tahun ke
tahun terjadi perbaikan prilaku emosional pada diri setiap remaja.
Emosi yang kuat dan meledak-ledak dapat
dikendalikan agar hati dan pikiran menjadi tentram dan iklas. Jika ini
dilakukan terus-menerus berarti kita sedang mennyusun dan membangun kekuatan yang baik pada otak dan jiwa kita.
Sedangkan jika kita marah , benci,
dendam, dan jengkel secara terus-menerus berarti kita sedang merusak otak dan
jiwa seperti halnya yang dilakukan oleh kanker dan tumor otak.
Jika kita sudah biasa memelihara emosi
positif, maka kejadian atau sesuatu yang menjengkelkan sekalipun, titak akan
membuat kita bereaksi negatif. Tetapi sebaliknya jika kita secara sadar atau
tidak sadar memelihara emosi yang negatif, maka kejadian-kejadian kecil yang
menjengkelkan akan membuat kita bereaksi tak terkendali. Bahkan, kadang kita
salah memaknai informasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1)
Pengertian emosi
2)
Pembagian emosi
berdasarkan nilai positif dan negatif
3)
Cirri emosional remaja
4)
Factor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosi
5)
Cara pengendalian emosi
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini kami buat untuk
menjelaskan dan memperoleh pemahaman secara lebih dalam tentang pengertian
emosi, macam-macam dan cara pengendalian emosi pada setiap individu. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai emosi yang terdapat
pada diri kita dan bisa mengekspresikan emosi pada tempat yang benar dan tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut English and English, emosi
adalah “A complex feeling state
accompanied by characteristic motor and glandular activies” (suatu keadaan
perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan
motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan
“setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna efektif baik pada
tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam)”.
A.1. PENGERTIAN EMOSI
Emosi
adalah istilah yang digunakan untuk keadaan mental dan fisiologis yang
berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran, dan prilaku. Emosi adalah
pengalaman yang bersifat subjektif, atau dialami berdasarkan sudut pandang
individu. Emosi berhubungan dengan konsep pisikologi lain seperti suasana hati,
tempramen, kepribadian dan disposisi.
Kata
“emosi” diturunkan dari bahasa Perancis, emotion, dari emouvoir, “kegembiraan”
dari bahasa lati emovere, dari e-[varian eks-] “luar” dan movere “bergerak”.
Motivasi juga diturunkan dari movere.
Jenis emosi : -Cinta, perasaan, bangga,
sifas, benci, terkejut, takut suasana hati.
A.2. MACAM-MACAM EMOSI
·
Menurut Descrates,
emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), sorrow (sedih, duka),
wonder (heran), love (cinta) dan joy (kegembiraan).
·
Menurut JB. Watson, 3
macam emosi : fear (ketakutan), rage (kemarahan), love (cinta).
·
Menurut Daniel Goleman
(2002 : 411) mengemukakan macam-macam emosi yang tidak jauh berbeda dengan
kedua tokoh diatas yaitu:
a.
Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal
hati.
b.
Kesedihan : pedih,
sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa.
c.
Rasa takut : cemas,
gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.
d.
Kenikmatan : bahagia,
gembira, riang, puas, senang, terhibur, bangga.
e.
Cinta : penerimaan,
persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan,
kasih.
f.
Terkejut : terkesiap,
terkejut.
g.
Jengkel : hina, jijik,
mual, tidak suka.
h.
Malu : malu hati,
kesal.
Seperti
yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagi macam emosi itu mendorong
individual untuk memberikan respon/ bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
Dalam The Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang
kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai
kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik
akan memiliki kebijaksanaan, nafsu membimbing pemikiran, nilai dan kelangsungan
hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal
itu sering kali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai
emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara
mengespresikannya (Goleman, 2002 : XVI). Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65)
orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi
mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan
melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan
emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang
dijalani menjadi sia-sia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau
bertingkah laku terhadap stimulut, baik yang berasal dari dalam maupun dari
luar dirinya.
A.3.
Biehler (1972) dalam (Sunarto, 2002:155) Membagi Ciri-ciri Emosional
Remaja
Menjadi Rentang Usia, yaitu usia 12-15 tahun dan 15-18 tahun.
Ø Ciri-ciri Emosional
Remaja Usia 1-15 Tahun
a.
Pada usia ini seorang
anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka.
b.
Anak mungkin bertingkah
laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
c.
Ledakan-ledakan
kemarahan mungkin saja terjadi.
d.
Seorang remaja
cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri
karena kurangnya rasa percaya diri
e.
Remaja terutama
siswa-siswa SLTP mulai mengamati orang tua dan guru mereka secara objektif.
Ø Ciri-ciri Emosional
Remaja Usia 15-18 Tahun
a. “Pemberontakan” remaja
merupakan pernyataan-pernyataan / ekspresi dari perubahan yang universaldari
masa kanak-kanak ke dewasa.
b.
Karena bertambahnya
usia mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka.
c.
Siswa pada usia ini
sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka.
v Ciri-ciri Perkembangan
Emosi Remaja
o Lebih mudah bergejolak
dan biasanya diekspresikan dengan meledak-ledak
o Kondisi emosipnal yang muncul
tadi berlangsung lama, sampai akirnya kembali dalam keadaan semula.
o Emosi yang muncul sudah
bervariasi, bahkan sampai bercampur-baur antara dua emosi yang (sebenarnya)
bertentangan, misalnya benci dan sayang dalam satu waktu.
o Mulai muncul tertarikan
dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cemburu, dsb.).
o Mudah tersinggung dan
merasa malu, karena umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang
kita. Tapi ini juga sangat tergantung dari perkembangan konsep diri kita.
A.4.a)
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi.
Sejumlah
penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi tergantung kepada
factor kematangan dan faktor belajar. (Hurlock, 2002 : 154) kematangan dan
belajar terjalin erat satu sama lainnya dan mempengaruhi perkembangan emosi.
Untuk mencapai kematangan emosi remaja harus belajar memperoleh gambaran
tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya dengan
membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan,
perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagaian oleh rasa aman dalam
hubungan social dan sebagian oleh
tingkat kesukaannya pada “orang sasaran” (Hurlock, 2002 : 213).
Metode belajar yang menunjang
perkembangan emosi antara lain :
a.
Belajar dengan
coba-coba
b.
Belajar dengan cara
meniru
c.
Belajar dengan
mempersamakan diri (learning by identification)
d.
Belajar melalui
pengondisian
e.
Belajar dibawah
bimbingan dan pengawasan terbatas pada aspek reaksi (Sunarto, 2002 : 158)
Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku
Serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku.
Rasa
malu dan marah dapat menyebabkan seorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut
menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, system
pencernaan mungkin berubah selama permunculan emosi. Keadaan emosi yang
menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna,
sedangkan perasaan tidak enek mengganggu pencernaan.
b)
Pengaruh Emosi
Terhadap
prilaku dan perubahan fisik dibawah ini adalah beberapa contoh tentang prilaku
emosi terhadap prilaku individu, diantaranya sebagai berikut :
a.
Meperkuat semangat,
apabila orang merasa senang / puas atas hasil yang tekah dicapai.
b.
Melemahkan semangat,
apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan itu
iyalah timbulnya rasa putus asa (frustasi)
c.
Menghanbat / menggagu
kosentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bias juga
menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gugup dalam berbicara.
d.
Terganggu penyesuaian
social, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e.
Suasana emosional yang
diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya
dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain
(Yusuf, 2004 : 115)
Sedangkan perubahan Emosi terhadap
perubahan Fisik (Jasmani) antara lain :
1.
Reaksi elektris pada
kulit : meningkat bila terpesona.
2.
Peredaran darah :
bertambah cepat bila marah.
3.
Denyut jantung :
bertambah cepat bila terkejut
4.
Pernapasan : bernapas
panjang kalau kecewa.
5.
Pupil mata : membesarkan
mata bila merah.
6.
Liur : mongering kalau
takut / tegang.
7.
Bulu roma : berdiri
kalau takut.
8.
Pencernaan :
mencret-mencret kalau tegang.
9.
Otot : ketegangan dan
ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor)
10.
Komposisi darah :
komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan
kelenjar-kelenjar lebih aktif. (Sunanto, 2002 : 150)
Karakter Perkembangan Emosi
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode
“badai dan tekanan”, suatu masa dimana tegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginyan emosi terutama karena anak
laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi
baru, sedangkan masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi
keadaan-keadaan itu. Tidak semua masa remaja mengalami badai dan terkanan.
Namun benar juga bila sebagaian remaja mengalami ketidaksetabilan dari waktu ke
waktu. Sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri dari pola emosi
kanak-kanak. Jenis emosi yang sering dialami adalah cinta / kasih sayang,
gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dll. Perbedaan yang terlihat
dalam macam dan derajat rangsangan yang mengakibatkan emosinya dan kususnya
pola pengendali yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi remaja.
a.
Cinta
/ kasih sayang
Faktor
penting dalam kehidupan remaja adalah kepastianya untuk mencintai orang lain
dan kebutuhanya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk
menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberikan. Walaupun
remaja bergerak kedunia pergaulan yang lebih luas dalam dirinya masih terdapat
sifat kekanak-kanakannya. Remaja membutuhkan kasih sayang dirumah yang sama
banyaknya dengan apa yang mreka alami pada tahun-tahun sebelumnya. Karena
alasan inilah sikap menentang mereka, menyalahkan mereka, secara langsung
mengolok-ngolok mereka pada waktu pertama kali karena mencukur kumisnya, adanya
perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan yang kurang bijaksana.
b.
Gembira dan bahagia
Rasa gembira akan dialami apabila
segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami
kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat / bila ia jatuh cinta dan
cintanya itu mendapat sambutan oleh yang dicintai. Perasaan bahagia ini
dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul karena remaja
sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain / berasal
dari terlepasnya energy emosional dari sistuasi yang menimbulkan kegelisahan
dirinya.
c.
Kemarahan dan
permusuhan
Rasa marah merupakan gejala yang
penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam
perkembangan kepribadian. Dalam memahami remaja ada empat factor yang sangat
penting berhubungan dengan rasa marah.
1.
Adanya kenyataan
kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki
dan menjadi dirinya sendiri. Selama masa remaja, fungsi marah terutama untuk
melindungi hahnya untuk menjadi independent dan menjamin hubungan untara dua
pihak orang lainyang berkuasa.
2.
Pertimbangan penting
lainya adalah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan
subyek kemarahan yang kemudian surut, tetapi mempunyai sikap dimana ada
sisa-sisa kemarahandalam bentuk permusuhan meliputi kemarahan masa lalu. Remaja
bukannya menampakkan kemarahan langsung tetapi remaja lebih menunjukkan
keinginan yang sangat besar.
3.
Perasaan marah sengaja
disembunyikan dan sering kali tampak dalam bentuk yang samar-samar. Bahkan seni
dari cinta mungkin dipakai sebagai alat kemarahan.
4.
Kemarahan mungkin
berbalik pada dirinya sendiri, aspek ini merupakan yang sangat penting dan juga
sulit dipahami. (Sunarto, 2002 : 154)
d.
Ketakutan dan kecemasan
Banyak ketakutan-ketakutan baru
muncul karena adanya kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan
perkembangan itu sendiri. Remaja seperti halnnya anak-anak dan orang dewasa,
sering kali untuk berusaha mengatasi ketakutan yang timbul dari masalah kehidupan.
Satu-satunya cara untuk menghindarkan dari rasa takut adalah menyerah terhadap
rasa takut, seperti terjadi bila seseorang begitu takut sehingga ia tidak
menentu. Rasa takut yang disebabkan otoriter orang tua menyebabkakn anak tidak
berkembang daya kreatifnya dan menjadi orang yang penakut, apatis dan
penggugup. Selanjutnya sikap apatis mengakibatkan anak menjadi pendiam,
memencilkan diri, tak sanggup bergaul dengan orang lain. (Willis, 2005:57)
e.
Frustasi dan duka cita
Frustasi merupakan keadaan saat individu
mengalami hambatan-hambatandalam menemukan kebutuhanya, terutama
hambatan-hambatan tersebut munculdari dirinya sendiri. Konsekuensinya dapat
menimbulkan perasaan rendah diri. Duka cita merupakan perasaan galau / depresi
yang tidak terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Kalau dialami dalam waktu
yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang
cukup serius hingga depresi.
A.5.a)
Cara Mengendalikan Emosi
a. Berusaha
mengendalikan dan mengarahkan kea rah yang positif.
b. Setiap
tindakan harus didasarkan pada akal sehat.
c. Berpikirlah
tentang akibat yang mungkin terjadi
d. Berusaha
untuk memanfaatkan orang lain
b) Cara Mengendalikan Emosi / Menghindari beban
Emosi
·
Kita harus belajar
menghadapi segala situasi itu dengan sikap rasional.
·
Kita juga harus
menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat
mengakibatkan emosional-emosional. Kalau mengalami sesuatu yang bikin marah /
sedih, jangan kebawa emosi dulu.
·
Memberikan respun
terhadap situasi dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebihan, proposional
sesuai dengan keadaanya, dengan cara yang bias diterima lingkungan social kita.
·
Mengemukakan emosi
positif kita (senang, bahagia, sayang) dan juga yang negatif (sebel, sedih,
marah) secara benar dan proporsional.
Pendidikan Agama Remaja
Pendidikan merupakan usaha sadar yang
terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan
kemampuanya secara optimal, baik aspek konitif, aspek efektif maupun espek
psikimotorik. Aspek kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analiosis, sintetis dan evaluasi. Aspek evektif berkenaan dengan
sifat yang terdiri lima aspek yakni : penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi. Aspek pisikomotorik berkenaan dengan
hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek,
yaitu : gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual,
kerhamonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatife.
Sejalan dengan pencapaian tujuan
pendidikan, perlu diupayakan suatu system pendidikan yang mampu membentuk
kepribadian dan ketrampilan peserta didik yang unggul, yakni beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia yang kreatif, cakap, terampil,
jujur, dapat dipercaya, disiplin, bertanggung jawawb dan memiliki solidaritas
yang tinggi. Untuk mewujudkan manusia yang unggul perlu diberikan landasan
pendidikan yang kokoh. Oleh karena itulah kebutuhan dasar siswa harus dipenuhi
lebih dahulu, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan atas
rasa kasih sayang, dan kebutuhan akan harga diri. Bangsa kita sebenarnya telah
memiliki pilar pendidikan yang sangat fundamental, yang disampaikan oleh Ki
Hajar Dewantoro, Ing Ngarso Sun Tulodho, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri
Handayani, namun implementasinya dalam pendidikan kita masih rendah. Empat
pilar pendidikan yang dijadikan pondasi pendidikan pada era informasi dan
jaringan global ini dalam meraih dan merebut pasar internasional.
Keempat
pilar tersebut adalah :
1. Learning to Know (Belajar
untuk Tahu)
Pada proses pembelajaran melalui
penerapan paradigma ini, peserta didik akan dapat memahami dan menghayati
bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam
lingkunganya. Untuk mengondisikan masarakat belajar yang efektif dewasa ini,
diperlukan pemahaman yang jelas tentang “apa” yang perlu diketahui, “bagaimana”
mendapatkan ilmu pengetahuan, “mengapa” ilmu pengetahuan perlu diketahui,
“untuk apa” dan “siapa” yang akan menggunakan ilmu pengetahuan itu. Belajar
untuk tahu diarahkan pada peserta didik agar mereka memiliki pengetahuan
fleksibel, adaptable, value added dan siap memakai bukan siap pakai. Sebab,
salah satu ukuran luar dapat dipakai untuk melihat sejauh mana tingkat
kemajuandiskursus suatu disiplin ilmu adalah dengan melihat upaya-upaya dan
hasil diskursus mengenai disiplin tersebut.
2. Learning to Do (Belajar
untuk Melakukan)
Proses pembelajaran dengan penekanan
agar peserta didik menghayati proses belajar dengan melakukan sesuatu yang
bermakna “active learning”. Peserta didik memperoleh kesempatan belajar dan
berlatih untuk dapat menguasai dan memiliki standar kopetensi dasar yang
dipersaratkan dalam dirinya. Proses pembelajaran yang dilakukan menggalli dan
menemukan informasi (information searching and exploring), mengolah informasi
dan mengambil keputusan (information processing and decision making skill),
serta memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill).
Menurut John Dewey bahwa pembelajaran yang dapat dilakukan dengan : 1). Belajar
peserta didik dengan berpikir kreatif, 2). Keterampilan proses, 3). Problem
solving approach, 4). Pendekatan inkuiri, 5). Program sekolah yang harus
terpadu dengan kehidupan masyarakat, dan 6). Bimbingan sebagai bagian dari
mengajar. Beberapa bentuk Active Learning ; Kegiatan Active Learning dilakukan
dengan kegiatan mandiri, peserta didik membaca sendiri bahan yang akan dibahas
di kelas.
3. Learning to be (Belajar
untuk Menjadi Diri Sendiri)
Proses pembelajaran yang memungkinkan
lahirnya manusia terdidik dengan sikap mandiri. Kemandirian belajar merupakan
kunci terbentuknya rasa tanggung jawab
dan kepercayaan diri untuk berkembang secara mandiri. Sikap percaya diri akan
lahir dari pemahaman dan pengenalan diri secara tepat. Belajar mandiri harus
didorong melalui penumbuhan motifasi diri. Banyak pendekatan pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam melatih kemandirian peserta didik, misalnya ; pendekatan
sinektik, problem soving, ketrampilan proses, discovery, inquiry, kooperatif
dan sebagainya pendekatan pembelajaran tersebut mengutamakan keterlibatan
peserta didik secara efektif.
Pendekatan-pendekatan pembelajaran ini pada dasarnya suatu proses
social, peserta didik dibantu dalam melakukan peran sebagai pengaman yang
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. Meskipun guru dapat memberikan
situasi masalah, namun dalam penerapanya, peserta didik mencari, menanyakan,
memeriksa dan berusaha menemukan sendiri hal-hal yang dipelajari. Para peserta
didik mulai berpikir berdasarkan kemampuan dan pengalamanya masing-masing
secara logis. Setrategi pembelajaran inkuiri merupakan salah satu alternative pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
4. Learning to Live
Together (Belajar untuk Hidup Bersama)
Proses pembelajarn yang memungkinkan
peserta didik menghayatihubungan antar manusia secara intensif dan
terus-menerus untuk menghindarkan pertentangan ras/etnis, agama, suku,
keyakinan politik, dan kepentingan ekonomi. Peningkatan pendidikan nilai
kemanusiaan, moral, dan agama yang melandasi hubungan antar manusia.
Untuk mewujudkan makna pendidikan dan
pondasi pembelajaran yang terintegrasikanya nilai-nilai kemanusiaandalam
kepribadian dan prilaku selama proses pembelajaran diperlukan proses
pembelajaran yang efektif. Keefektifan proses pembelajaran merupakan
pencerminan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Keefektifan proses pembelajaran
berkenaan dengan jalan, upaya, teknik dansetrategi yang digunakan dalam
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, tepat dan cepat (Nana Sudjana,
1996 : 52). Sekolah tidak hanya berkewajiban untuk memelihara nilai-nilai
masyarakat, namun juga harus memberikan keefektifan kepada peserta didik dan
secara kritis dalam menghadapi masalah-masalah social, dan harus mengadakan
usaha pemecahan masalah.
Salah satu factor yang mempengaruhi
keefektifan pembelajaran antara lain kemampuan guru dalam menggunakan
setrategi. Penerapan setrategi pembelajaran dipengaruhi oleh factor tujuan,
peserta didik, situasi fasilitas dan pembelajaran itu sendiri. Dengan
menerapkan metode yang tepat, proses pembelajaran akan berlangsung lebih
efektif sehingga hasil pembelajaran akan lebih baik dan mantap. Salah satu
strategi pembelajaran yang memberikan perhatian pengembangan potensi peserta
didik dalam strategi ketrampilan proses (proses pemecahan masalah).
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Emosi
merupakan suatu yang kompleks dalam diri manusia, yaitu keadaan yang
menunjukkan pengalaman dan perbuatan dalam suatu pristiwa yang berlaku seperti
peristiwa takut, marah, kecewa, gembira, suka dan duka.
Emosi
yang kuat dapat membuat apa yang disampaikan pada kita tidak dapat diterima
otak dengan baik hingga dapat pula terjadi salah informasi. Emosi yang kuat
dapat dijadikan sebagai faktoar pendukung atau penyemangat yang kuat pada diri
sendiri apabila dapat mengarahkannya dengan baik, dapat pula sebagai pendorong
yang kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dan apa yang dicita-citakan.
2.
Saran
Setelah
kita membahas tentang pengertian emosi, macam-macam emosi dan pengendaliannya,
kita dapat mengetahui dan memehami tentang emosi. Sehingga sebagai remaja kita
harus menjaga dan memelihara emosi yang ada pada diri kita.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono,
Sarlito W. 1991. Pisikoloi Remaja. Jakarta
: Rajawali Press.
Hurlock,
B. 1990. Perkembangan Anak. Jakarta :
Erlangga
Gunarsa,
Singgih. 1990. Dasar dan Teori
Perkembangan Anak. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.
http
: //www.riyawan.com dan http
: //mswikipedia.org/wiki/remaja
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterimah kasih semoga bermanfaat
BalasHapusMy blog