BAB I
PENDAHULUAN
Dalam budidaya ternak kambing yang dikelola secara intensif, pakan merupakan salah satu komponen input yang sangat menentukan keberhasilan usaha secara finansial. Salah satu keunikan ternak kambing seperti halnya ternak ruminansia lain adalah sistem cerna yang komplek (poligastrik), sehingga mampu mengubah bahan pakan berserat tinggi (rumput, jerami,dll.) sebagai sumber utama energi dan mengubah senyawa nitrogen yang bukan protein (NBP) seperti urea menjadi protein bernilai bilogis tinggi untuk kebutuhan produksinya. Kelebihan dalam kemampuan memanfaatkan bahan pakan berserat tinggi ini dimungkinkan oleh proises fermentasi secara anaerobik yang diperankan oleh mikroba yang berkembang didalam lambung. Namun, fermentasi anaerobik ini memiliki konsekuensi bahwa efisiensi pemanfaatan pakan lebih rendah dibandingkan proses cerna pada ternak monogastrik. Oleh karena itu, pemilihan bahan pakan pada ternak kambing diutamakan kepada bahan yang tidak bersaing dengan kebutuhan jenis ternak lain (monogastrik), seperti unggas dan babi maupun manusia. Dalam konteks ini, tanaman pakan ternak (hijauan pakan) dan hasil sisa tanaman maupun limbah pertanian dan industri agro menjadi pilihan utama dalam mengembangkan sistem pakan pada usaha ternak kambing (pakan dasar).
Pakan dasar atau pakan pokok
memiliki arti bahwa secara kuantitatif bahan tersebut dialokasikan dan
dikonsumsi oleh ternak dalam jumlah paling banyak dibandingkan bahan pakan
lain. Namun demikian, untuk mendukung produktivitas yang tinggi menurut
kapasitas genetiknya, maka suplai nutrisi dari pakan dasar sering tidak
mencukupi, baik dalam jumlah asupannya maupun dalam keseimbangan antar berbagai
zat gizinya. Oleh karena itu, koreksi terhadap defisiensi maupun ketidak
seimbangan nutrien dalam pakan dasar tersebut perlu dilakukan.
Pemberian pakan
konsentrat ataupun suplemen yang menggunakan bahan baku dengan kandungan
nutrisi (protein, energi, mineral) yang tinggi sebaiknya digunakan untuk
mengatasai kekurangan nutrisi pada pakan dasar. Oleh karena konsentrasi
nutrisinya relatif tinggi, maka biaya penggunaan pakan konsentrat juga relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan pakan dasar per unit pakan. Dengan demikian
penggunaan pakan konsentrat haruslah seefisien mungkin. Efisiensi penggunaan
pakan dapat diukur dari rasio antara jumlah pakan yang dikonsumsi ternak dengan
output yang dihasilkan. Efisiensi penggunaan pakan yang tinggi dapat dicapai
dengan pengelolaan pakan yang tepat, antara lain pengelolaan alokasi jumlah
pakan optimal, formulasi konsentrat yang efisien, pemilihan bahan baku yang
seimbang secara nutrisi dan layak secara ekonomis serta penentuan waktu dan
frekuensi pemberian pakan yang strategis. Kontribusi penggunaan pakan secara
efisien sangat besar terhadap efisiensi ekonomik usaha produksi secara
keseluruhan.
BAB II
PERI LAKU MAKAN TERNAK KAMBING
Seleksi Pakan
Berdasarkan karakter
morfofisiologis yang dikembangkan oleh Hoffman, maka dilihat dari perilaku
makannya ternak kambing termasuk kedalam kelompok intermediate yaitu memiliki pola makan antara tipe grazer (perumput) seperti sapi, kerbau
dan domba dan tipe concentrate selector
(peramban murni) yang memilih pakan dengan konsentrasi nutrisi tinggi, seperti
jerapah, dikdik dan . Selain itu, ternak kambing juga memiliki kapasitas untuk
beradaptasi dengan baik kedalam kelompok perumput maupun kedalam kelompok
peramban. Oleh sebab itu, ternak ini memiliki kemampuan adaptif yang tinggi
pada berbagai kondisi agroekosistem dan karakteristik pakan yang sangat
beragam. Ternak kambing juga cenderung selektif terhadap bagian/fraksi tanaman,
sehingga mampu memilih bagian tanaman dengan kandungan zat gizi paling tinggi.
Perilaku makan seperti ini membuat kambing memiliki keuntungan komparatif dibandingkan jenis ruminansia lain dan secara budidaya memberi kemudahan dalam mengelola hijauan pakan. Dengan memanfaatkan perilaku
makan tersebut, maka jenis hijauan pakan yang dapat dimanfaatkan menjadi lebih beragam meliputi jenis rumput-rumputan, legum, pakisan maupun tanaman perdu atau pohon.
Adaptasi Pakan Berserat Tinggi
Tolkamp and Brouwer (1993) melalukan analisis statistik terhadap data literatur menyangkut kecernaan pakan dan menyimpulkan bahwa kecernaan pakan pada kambing nyata lebih tinggi dibandingkan dengan pada domba, walaupun perbedaan ini relatif kecil (0,8 unit). Perbedaan kecernaan semakin lebar terhadap pakan dengan kandungan protein yang rendah. Faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan yang lebih tinggi pada kambing antara lain adalah mastikasi, ruminasi dan waktu tahan pakan.
Studi pustaka yang dilakukan
oleh Louca dkk. (1982) menginformasikan bahwa waktu yang digunakan untuk
mastikasi dan ruminasi (mengunyah pakan) lebih lama pada kambing dibandingkan
dengan domba dan sapi. Waktu mengunyah meningkat tajam sejalan dengan
meningkatnya konsumsi pakan berserat (roughage).
Disamping itu jumlah bolus yang diregurgitasi juga meningkat tajam.
Lamanya pakan didalam saluran pencernaan (waktu tahan pakan), terutama didalam lambung (reticulo-rumen) ditentukan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi dan besarnya kapasitas saluran pencernaan. Peningkatan konsumsi pakan mengakibatkan laju pelepasan pakan didalam saluran pencernaan meningkat, atau dengan kata lain waktu tahan menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan kecernaan pakan menurun. Pada kambing dilaporkan bahwa waktu tahan pakan lebih lama dibandingkan pada domba (Devendra, 1981; Louca et al., 1982). Perbedaan waktu tahan terdapat juga antara bangsa kambing. Pada bangsa kambing yang hidup di daerah daerah beriklim sedang (Louca et al. (1982).
Adaptasi Pakan Berprotein Rendah
Ternak ruminansia memiliki mekanisme konservasi N dengan menghambat N yang hilang akibat pembuangan N dari tubuh, serta memacu daur ulang (recycling) N kedalam reticulo-rumen. Daur ulang N kedalam lambung (reticulo-rumen) dapat terjadi melalui air liur yang bercampur dengan pakan yang dikonsumsi, namun yang utama sebenarnya adalah akibat difusi secara langsung dari darah melalui dinding rumen. Permeabilitas dinding rumen terhadap senyawa urea dan ammonia jauh lebih tinggi pada kambing dibandingkan domba. Daur ulang N yang lebih tinggi pada kambing dibandingkan dengan domba juga terjadi akibat tingkat sekresi saliva per kg bahan kering pakan dikonsumsi yang lebih tinggi pada kambing. Perbedaan tingkat daur ulang N juga terjadi antar bangsa kambing, dan lebih tinggi pada bangsa kambing dengan habitat kering. Namun, perbedaan ini tidak terdeteksi, apabila diberi pakan dengan kandungan protein tinggi .
Pada penggunaan pakan berprotein rendah, peristiwa daur ulang N berperan sangat penting dalam menyumbang ketersediaan N bagi kebutuhan mikrobia rumen untuk mencerna pakan secara fermentatif. Penggantian pakan (kandungan protein tinggi) dengan pakan (kandungan protein rendah) mengakibatkan peningkatan 400% transfer urea kedalam reticulo-rumen dari darah. Pada saat yang sama, transfer urea ke usus besar menurum tajam dari 8% menjadi 1% dari total transfer urea kedalam sistim saluramn pencernaan. Informasi ini mempertegas pentingnya daur ulang N dalam mengatasi bahan pakan berprotein rendah.
BAB III
SISTEM PEMBERIAN HIJAUAN PAKAN UNTUK
TERNAK KAMBING
Hijauan pakan ternak (HPT) yang paling umum digunakan dalam budidaya kambing adalah jenis rumput-rumputan dan leguminosa. HPT merupakan pakan dasar (pokok), karena merupakan komponen utama dari ransum ternak. Hijauan pakan ternak dapat merupakan jenis tanaman lokal (native), maupun yang diintroduksi (eksotik). Produktivitas jenis introduksi hampir selalu lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lokal, sehingga banyak dikembangkan sebagai sumber hijauan. Dari kelompok tanaman lokal jenis rumputan yang disukai kambing antara lain adalah rumput Axonopus compressus (rumput pahit), Cynodon dactylon (rumput kawat), Ottocloa nodusa, sedangkan kelompok introduksi jenis rumput-rumputan yang sangat cocok untuk ternak kambing antara lain adalah Brachiaria ruziziensis, Brachiaria humidicola, Paspalum guonearum, Paspalum ateratum dan Stenotaphrum secundatum.
Dari kelompok
leguminosa jenis Stylosanthes guianensis
yang termasuk kedalam legum merambat sangat disukai ternak kambing dan memiliki
kualitas nutrisi yang baik, karena kandungan proteinnya tinggi dan
mudah dicerna. Tanaman pakan
tersebut diatas dapat dikembangkan diareal kebun rumput dan digunakan dengan
cara potong-angkut (cut and carry system), atau ditanam diareal
pengembalaan (grazing system), atau kombinasi keduanya.
Dari jenis
leguminosa pohon beberapa yang cocok untuk ternak kambing antara lain Gliricidia sepium (sengon), Leucaeca leucochepala (lamtoro), Calliandra callothyrsus (Kaliandra) dan Indigofera sp. Jenis legumoinosa pohon
biasanya tidak digunakan sebagai pakan dasar, namun lebih sering sebagai pakan
suplemen untuk memnuhi kebutuhan protein. Jenis leguminosa pohon sangat baik
sebagai sumber pakan pada musim kering saat mana ketersediaan jenis rumput
dapat menurun dengan tajam. Biasanya ternak kambing membutuhkan waktu adaptasi
selama 1-2 minggu untuk dapat mengkonsumsi leguminosa pohon dalam jumlah
normal, kecuali jenis lamtoro. Apabila produksi leguminosa pohon cukup besar,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan pakan, maka hijauan ini dapat digunakan
sebagai pakan dasar.
Gambar 1. Ternak kambing melakukan seleksi berdasarkan kualitas gizi dan palatabiltas fraksi tanaman |
Metoda ”Potong–Angkut” Dalam Pemanfaatan Tanaman Pakan Ternak
Metoda ”potong-angkut’
sangat umum dilakukan didaerah padat penduduk dengan ketersediaan lahan
pengembalaan yang terbatas ataupun pada pola usaha yang sangat intensif. Pada
sistem ini ternak kambing
dipelihara didalam kandang
sepanjang hidupnya, sehingga sepenuhnya tergantung kepada jenis dan jumlah
hijauan yang diberikan. Pada sistem ini ternak kambing hanya dapat melakukan
seleksi terhadap pakan secara terbatas tergantung kepada hijauan yang
diberikan.
Efisiensi
pemanfaatan hijauan pakan dengan pola ini akan sangat ditentukan oleh faktor
kualitas dan jumlah hijauan yang dialokasikan. Kualitas hijauan pakan merupakan
fungsi dari umur tanaman dan rasio daun/batang. Semakin tua umur tanaman, maka
semakin rendah kualitas gizinya akibat kandungan protein yang menurun,
kandungan serat meningkat dan kecernaan menurun. Semakin tinggi rasio
daun/batang, maka kualitas gizi semakin tinggi, karena konsentrasi nutrisi dan
kecernaan fraksi daun cenderung lebih tinggi dibandingkan fraksi batang.
Kontaminasi atau tercampurnya jenis hijauan lain yang tidak disukai ternak
dapat pula menurunkan potensi konsumsi gizi dari total hijauan yang diberikan.
Oleh karena itu, seleksi atau pemilihan serta pemilahan berdasarkan umur
tanaman dan rasio daun/batang sangat penting dilakukan secara ketat. Rasio
daun/batang secaqra praktis dapat dilakukan dengan mudah saat melakukan
pemotongan hijauan pakan dan hal ini akan memberikan dampak positif yang nyata
bagi produktifitas kambing.
Pada prinsipnya, efisiensi
penggunaan pakan akan meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi pakan.
Dengan demikian, sasaran agar
Tabel 1. Jumlah pemberian dan
cara memilih hijauan pakan untuk ternak kambing secara potong-angkut
Jumlah Kebutuhan Hijauan Pakan
1. Hijauan segar diberikan sebanyak 10-20% dari bobot tubuh yaitu :
a. Anak sapih diberikan sebanyak 2-3 kg/ekor/hari
b. Dara/Pejantan Muda diberikan 4-5 kg/ekor/hari
c. Induk/Pejantan diberikan 5-6 kg/ekor/hari
d. Pakan hijauan umumnya lebih murah dibandingkan bahan pakan lain
e. Maksimalkan pemberian dan konsumsi hijauan pakan
f. Pastikan alokasi hijauan
telah mencukupi (harus terdapat sisa pakan pada hari berikutnya ± ≥10% dari
jumlah yang diberikan)
Cara
Memilih Hijauan Pakan
1. Pilih tanaman berumur relatif muda sekitar 35-42 hari
2. Imbangan daun/batang setingg mungkin
3. Utamakan bagian daun dibandingkan batang
4. Gunakan lebih dari satu jenis; 2-3 jenis hijauan yang disukai ternak
5. Tanaman legum sangat baik sebagai sumber protein
yang murah
Jenis hijauan pakan yang ideal untuk cara potong-angkut umumnya memiliki sifat tumbuh tegak
dan memiliki ukuran batang dan daun yang relatif besar atau lebar. Rumput raja
atau rumput gajah termasuk kedalam kategori tersebuti. Untuk jenis tanaman
pakan seperti ini, maka sebaiknya dilakukan
Gambar 2. Hijauan pakan yang dipotong dipilih dari tanaman muda dengan rasio daun/batang paling tinggi |
Namun demikian, terdapat pula jenis hijauan pakan yang sesuai untuk potong angkut namun tidak membutuhkan proses pengolahan/pencacahan sebelum digunakan sebagai pakan kambing, seperti Paspalum guenoarum, Paspalum ateratum,.Brachiaria ruziziensis dan Brachiaria humidicol.
Pada Tabel 2 dibawah ini dipaparkan teknis pengolahan hijauan sebelum diberiukan kepada kambing dan seberapa sering hijauan diberikan untuk menghasilkan performasn kambing yang maksimal.
Tabel
2. Cara pengolahan dan frekuesi pemberian hijauan pakan kepada kambing
Cara
Pengolahan Hijauan Potongan
- Jenis tanaman pakan yang berbatang besar (rumput gajah, rumput raja, Panicum sp,) sebaiknya dicacah menjadi potongan 10-20 cm
- Untuk tanaman pakan berbatang kecil (Brachiaria ruziziensis, Paspalum guenoarum, Paspalum ateratum dan Brachiaria humidicola) tidak perlu dicacah dan dapat langsung diberikan
- Waktu pemotongan yang ideal ada pada sore hari
Frekuensi
Pemberian Pakan Hijauan
- Efisiensi penggunaan pakan meningkat mengikuti taraf konsumsi (efisiensi meningkat bila konsumsi meningkat)
- Upayakan konsumsi pakan maksimal
- Konsumsi pakan meningkat bila frekuensi pemberian pakan meningkat
- Frekuensi pemberian hijauan yang ideal adalah 3 x dalam sehari,
- Berikan sore hari dalam jumlah terbanyak, pagi hari dalam jumlah sedang dan siang hari dalam jumlah sedikit
- Namun, dapat diberikan 2x dalam sehari bila membebankan biaya untuk tenaga kerja.
- 7. Hindari pemberian 1 x dalam sehari.
Sistem
Pengembalaan Dalam Pemanfaatan Tanaman Pakan
Sistem pengembalaan merupakan alternatif dalam budidaya ternak kambing. Sistem ini dapat menjadi satu-satunya pilihan paling praktis dan ekonomis pada berbagai ekosistem tertentu. Di agroekosistem lahan kering dengan iklim kering sering terdapat padang savana yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman rumput maupun perdu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan bagi produksi kambing secara pengembalaan. Selain rumput alam yang telah beradaptasi dengan kondisi setempat beberapa tanaman eksotik (introduksi) dapat dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas tampung lahan bagi produksi kambing. Beberapa jenis rumput yang dapat dikembangkan diagroekosistem ini antara lain adalah Brachiaria ruziziensis dan Brachiaria humidicola.
Pada sistem perkebunan, terutama kelapa sawit, ternak kambing dapat diintroduksikan sebagai salah satu komponen usaha dalam suatu sistem integrasi tanaman-ternak. Kapasitas tampung lahan antar tanaman kelapa sawit (gawangan) dapat ditingkatkan dengan mengembangkan tanaman pakan ternak yang memiliki toleransi yang baik terhadap naungan. Rumput Stenotaphrum secundatum merupakan salah satu jenis hijauan pakan yang toleran terhadap naungan dan mampu tumbuh dengan baik pada tingkat naungan antara 50-70%.
Sistem pengembalaan
memberikan kebebasan bagi ternak untuk melakukan seleksi sendiri terhadap
berbagai jenis tanaman pakan yang tersedia ataupun seleksi terhadap komponen
tanaman yang dianggap lebih berkualitas. Ternak kambing memiliki sifat
selektifitas yang tinggi dan
Selama penggembalaan ternak kambing melakukan berbagai aktifitas yang tidak selalu berkaitan langsung dengan mengkonsumsi hijauan, seperti berjalan, bermain dan berbaring sambil melakukan aktifitas ruminasi dan regurgitasi. Oleh karena itu, jumlah pakan yang dikonsumsi selama penggembalaan tergantung kepada waktu efektif yang digunakan untuk mengkonsumsi pakan.
Gambar 3. Penggembalaan ternak kambing merupakan salah satu cara efisien memanfaatkan hijauan pakan |
Lamanya waktu yang secara
efektif digunakan untuk mengkonsumsi pakan tersebut sangat dipengaruhi oleh
cuaca, keragaman tanaman, kepadatan tanaman dan kualitas nutrisi tanaman yang
tersedia diareal penggembalaan. Agar konsumsi pakan mencukupi kebutuhan ternak
disarankan lama pengembalaan paling tidak 4-6 jam dalam seharÃ, tergantung kepada
ketersediaan hijauan di padang pengembalaan. Waktu pengembalaan yang paling
efektif adalah pada saat intensitas sinar matahari mulai menurun yaitu antara
pukul 14.00–18.00. Pengembalaan pada pagi dan siang hari harus mempertimbangkan
adanya peluang yang lebih tinggi terinfeksi parasit saluran pencernaan dan
waktu makan yang tidak efektif akibat intensitas sinar matahari yang tinggi.
Infestasi cacaing parasit pada sistem pengembalaan dapat dikendalikan dengan
pemberian obat cacing secara reguler (setiap 2-3 bulan). Beberapa hal penting
yang harus diperhatikan dalam mengelola hijauan pakan dengan pola pengembalaan
disajikan pada Tabel 2. Dalam menentukan dan mengelola lokasi pengembalaan
perlu diperhatikan prinsip “rotasi” yang bertujuan untuk mengoptimalkan ketersediaan
hijauan baik dari segi umur maupun produksi hijauan. Selain itu rotasi dapat
memutus rantai proses infeksi cacaing parasit.
Tabel
3. Beberapa aspek penting dalam pemanfaatan tanaman pakan ternak untuk ternak
kambing secara penggembalaan
Lama
Pengembalaan
- Lama pengembalaan menentukan seberapa banyak hijauan dapat dikonsumsi.
- Pengembalaan minimal 6 jam sehari untuk menjamin kecukupan pakan
- Pengembalaan selama 4 jam dapat diterima selama hijauan tersedia cukup banyak
- Jumlah hijauan tersedia
dilapangan menentukan berapa lama waktu penggembalaan dibutuhkan.
Waktu
Pengembalaan
- Intensitas sinar matahari yang tinggi mengurangi aktifitas merumput.
- Gembalakan ternak pada saat
intensitas sinar matahai rendah: 09:00 s/d 11:00 dan 14:00 s/d 18:00
- Pada pagi hari larva parasit mengkontaminasi tanaman pakan bagian atas; Hindari pengembalaan terlalu pagi.
- Proses respirasi tanaman pada malam hari menyebabkan konsentrasi karbohidrat (mudah dicerna) menjadi berkurang; Alokasikan waktu pengembalaan pada sore hari selama mungkin
Sistem
Penggembalaan
- Hijauan yang tersedia untuk
penggembalaan harus berumur muda untuk menjamin kualitas tinggi.
- Lakukan rotasi penggembalaan, sehingga umur tanaman saat digunakan berkisar antara 35-40 hari.
- Rotasi akan menekan populasi cacing parasit diareal penggembalaan
- Jumlah ternak per satuan luas areal penggembalaan perlu diatur sesuai dengan ketersediaan hijauan
- Gunakan stocking rate (jumlah kambing/satuan luasan) yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan pasture
- Hindari over stocking (pengembalaan terlalu berat) untuk mencegah gangguan pertumbuhan tanaman atau understocking ( pengembalaan terlalu ringan) untuk mencegah inefisiensi penggunaan lahan
Kombinasi antara Potong–Angkut dengan Pengembalaan dalam Memanfaatkan
Tanaman Pakan
Kombinasi antara
sistem potong-angkut dengan pengembalaan merupakan salah satu pendekatan yang
sangat baik dalam pengelolaan tanaman pakan untuk mengoptimalkan produksi
kambing. Dalam sistem ini alokasi waktu pengembalaan berkisar antara 3-4 jam
sehari. Hijauan tambahan (potong-angkut) diberikan didalam kandang sebanyak
3,0-7,0 kg/ekor/hari, tergantung bobot badan atau sekitar 10-15% bobot badan.
Waktu pemberian hijauan didalam kandang tergantung kepada waktu pengembalaan.
Apabila pengembalaan dilakukan pada sore hari, hijauan potong-angkut diberikan
sebagian besar pada pagi hari dan sisanya pada sore hari setelah ternak kembali
dari areal pengembalaan. Bila pengembalaan dilakukan pada pagi hari, maka
hijauan potong angkut seluruhnya diberikan pada sore hari setelah ternak
kembali dari areal pengembalaan. Pengembalaan memberikan kesempatan bagi ternak
untuk memilih hijauan muda dengan kualitas nutrisi tinggi dan kesempatan untuk
bergerak (exercise) yang penting bagi
kesehatan ternak. Sistem ini juga memberi prioritas penggunaan rumput alam
sebagai sumber utama hijuan dan rumput eksotik yang ditanam di areal pengembalaan
sebagai hijauan tambahan dan penyangga, terutama selama musim kemarau saat
produksi hijauan alam menurun tajam.
Pemanfaatan Tanaman Pakan Legum Pohon Sebagai Suplemen
Tanaman leguminosa
pohon (helai dan tangkai daun) merupakan bahan pakan yang mengandung protein
kasar yang tinggi (17-30 %) dan juga sumber energi yang baik untuk ternak
kambing. Tanaman ini lebih sering diberikan sebagai pakan tambahan, walaupun
dapat digunakan sebagai pakan dasar apabila ketersediannya mencukupi. Dari
berbagai jenis leguminosa pohon, Leucaena
leucocephala (Lamtoro), Gliricidia
sepium (Gamal atau sengon) dan Calliandra
calothyrsus (Kaliandra) merupkan jenis legum pohon yang relatif telah
banyak digunakan pada ternak kambing. Jenis Indigofera
sp merupakan legum pohon yang berkualitas nutrisi tinggi dan potensial dikembangkan ungtuk ternak
kambing karena palatabilitasnya (tingkat kesenangan) cukup baik.
Gambar 4. Kaliandra (Calliandra calothyrsus) adalah jenis tanaman leguminosa pohon yang berkualitas nutrisi tinggi |
Tanaman legum pohon merupakan sumber pakan yang murah bila dikaitkan dengan kandungan protein, vitamin dan energi yang relatif tinggi. Oleh karena itu, jenis tanaman ini sangat dianjurkan menjadi salah satu pilihan sumber pakan bagi produksi ternak kambing. Tanaman ini juga dapat difungsikan dalam konservasi lahan, dan dapat menjadi sumber pakan yang penting selama musim kering yang berkepanjangan atau sumber pakan yang sangat potensial untuk pengembangan ternak di agro-ekosistem lahan kering beriklim kering. Teknis pemanfaatan legum pohon sebagai bahan pakan secara efisien disajikan pada Tabel 3.
Gambar 5. Sengon/Gamal (Gliricidia sepium) adalah jenis tanaman leguminosa pohon berkualitas nutrisi tinggi |
Tabel
4. Beberapa aspek
teknis pemanfaatan tanaman pakan ternak leguminosa pohon untuk ternak kambing
Bagian
Tanaman Legum Pohon Yang Dapat Digunakan sebagai Pakan
- Ternak kambing lebih menyukai bagian helai dibanding tangkai daun
- Kualitas nutrisi helai daun lebih tinggi dibandingkan batang
- Helai daun dapat diberikan secara terpisah atau bersamaan dengan tangkai daun
- Jangan gembalakan kambing pada areal tanaman legum muda untuk menjamin perkembangan tanaman, karena bagian kulit batang tanaman legum muda rentan terhadap ternak
Berapa Banyak Legum Pohon Diberikan?
1.
Pedoman
umum adalah berikan 0,5 - 1,0 kg per ekor per hari atau:
Ternak dewasa |
: 1 bagian legum dan 3 bagian rumput (25%
legum) |
Induk |
: 2 bagian legum dan 3 bagian rumput (40% legum) |
Induk bunting |
: 3 bagian legum dan 3 bagian rumput (50% legum) |
Induk laktasi |
: 3 bagian legum dan 3 bagian rumput (50%
legum) |
|
|
Bagaimana Cara Pemberian Legum Pohon?
- Ternak kambing biasa meramban, sehingga menyukai posisi makan secara tegak.
- Potong tangkai daun sepanjang 0,5 – 1,0 m,
satukan dalam ikatan, lalu digantung didalam kandang dengan posisi bagian daun disebelah bawah
Bagaiman Meningkatkan Konsumsi (Palatabilitas)
Legum?
- Layukan selama 6-24 jam sebelum diberikan
- Bisakan terlebih dahulu dengan daun dan tangkai
daun yang lebih tua
- Berikan tanpa pakan lain
- Campur ternak yang telah terbiasa dengan yang belum terbiasa dalam satu kandang
- Campur dengan molases atau garam sampai terbiasa.
- Berikan kepada ternak dalam kelompok
Gambar 6. Turi (Sesbania glandifora) adalah tanaman leguminosa pohon yang berkualitas nutrisi tinggi |
Gambar 7. Indigofera (Indigofera sp) adalah jenis tanaman leguminosa pohon yang berkualitas nutrisi tinggi |
Umumnya, tanaman
legum dimanfaatkan sebagai pakan suplemen atau tambahan untuk meningkatkan
konsumsi protein pada ternak. Leguminosa pohon mudah tumbuh, bahkan pada tanah
yang kurang subur, sehingga mudah dimanfaatkan sebagai sumber protein yang
murah serta relatif tersedia sepanjang tahun, terutama pada musim kemarau.
BAB IV
PENGGUNAAN BAHAN PAKAN ALTERNATIF SEBAGAI
PAKAN DASAR
Bahan
inkonvensional, seperti limbah atau hasil sisa tanaman dapat juga digunakan
sebagai pakan dasar selama bahan tersebut dapat diperoleh dengan biaya yang
kompetitif. Beberapa produk limbah pengolahan pertanian dan hasil sisa atau
hasil samping tanaman yang dapat digunakan adalah pelepah kelapa sawit, kulit
buah kakao, kulit buah markisa dan kulit nenas. Bahan tersebut umumnya memiliki
kandungan serat yang tergolong tinggi, sehingga merupakan sumber energi yang
dapat digunakan sebagai pakan dasar. Kandungan protein bahan–bahan tersebut
umumnya rendah. Beberapa bahan inkonvensional ini, seperti kulit buah nenas,
kulit buah markisa, kulit buah kopi termasuk bahan limbah basah (wet
by-products), sehingga memerlukan proses pengeringan untuk mencegah kerusakan
sebelum diguinakan sebagai pakan. Proses pengeringan dapat dilakukan
menggunakan sinar matahari atau dengan mencampur dengan bahan pakan lain yang
berkadar air rendah. Metoda pengeringan ini dapat penurunkan
Tabel
5. Taraf penggunaan hasil sisa/limbah indutri pengolahan pertanian sebagai
pakan dasar pada kambing
|
Bahan Pakan |
Taraf Penggunaan (%) |
|
|
|
||
|
|
Maksimal |
Optimal |
|
|
|
|
|
Kulit kopi |
30 |
15 |
|
Kulit kakao |
40 |
20 |
|
Kulit markisa |
45 |
30 |
|
Kulit Nenas |
40 |
30 |
|
|
Penggunaan Pakan Konsentrat
Pada Kambing
Pakan konsentrat adalah bahan
pakan atau ramuan dari beberapa bahan pakan yang mengandung zat gizi (protein,
vitamin, mineral) dan energi dalam konsentrasi tinggi dan seimbang per satuan
berat atau volume.
Pemberian pakan konsentrat pada kambing sangat membantu dalam
Pemberian pakan konsentrat pada kambing sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas.
Hal ini dikarenakan penggunaan pakan dasar saja sering tidak mampu mencapai
tingkat produktifitas yang tinggi akibat tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
sesuai kemampaun genetik ternak. Oleh karena konsentrasi nutrisinya tinggi maka
harga per satuan berat juga relatif
tinggi,sehinggajumlah pemberiannya
juga perlu dibatasi untuk mencapai optima biologis maupun optima ekonomik. Pada
kambing pemberian konsentrat biasanya berkisar antara 200-300 g per ekor per hari
atau sebanyak 0,5-1,5% dari
bobot tubuh. Jumlah ini sebenarnya tergantung kepada: 1) kualitas serta
ketersediaan pakan dasar (hijauan), 2) tingkat produktivitas ternak yang
diinginkan, dan 3) harga pakan konsentrat. Jika kualitas nutrisi pakan dasar
(hijauan) baik, dan tersedia dalam jumlah cukup, maka penggunaan pakan
konsentrat dapat disesuaikan menurut kebutuhan.
Gambar 8. Berbagai bahan pakan seperti dedak, bungkil kelapa, garam, tepung ikan, bungkil kacang kedele dapat digunakan untuk membuat konsentrat.
Kandungan protein kasar dalam pakan konsentrat untuk ternak kambing dapat dirancang pada kisaran 16-18%, sedangkan kandungan energi dicerna antara 2700-2800 kkal/kg bahan kering pakan. Untuk menyusun formula pakan konsentrat dengan spesifikasi protein dan energi tersebut diatas beberapa bahan pakan sumber protein dan energi harus digunakan secara bersamaan. Bahan utama sumber protein yang mudah diperoleh adalah bungkil kacang kedele dan tepung ikan. Namun, karena harga kedua bahan sumber protein ini tergolong tinggi, maka jarang digunakan untuk ternak kambing ataupun kalau digunakan hanya dalam jumlah yang relatif kecil (1-2%). Bahan sumber protein yang cukup bagus dengan harga relatif lebih murah adalah bungkil kelapa dan bungkil inti sawit. Kedua bahan ini juga merupakan sumber enersi dan mineral yang baik untuk ternak kambing. Bahan baku lain sebagai sumber energi yang tersedia secara lokal adalah dedak halus/dedak kasar, tepung gaplek dan tepung jagung.
Pakan
suplemen/konsentrat yang ideal adalah pakan tambahan yang berasosiasi secara
positif dengan pakan dasar; artinya bahwa pemberian
suplemen mengakibatkan peningkatan konsumsi
pakan dasar. Secara ekonomis
hubungan asosiasi positif ini penting, karena pakan dasar selalu lebih murah
dibandingkan dengan pakan konsentrat per satuan berat. Namun, tidak jarang
terjadi bahwa pakan suplemen berasosiasi secara negatif dengan pakan dasar
yaitu pemberian suplemen menurunkan konsumsi pakan dasar. Oleh karena pakan
dasar umumnya lebih murah dibandingkan dengan suplemen, maka faktor biaya
menjadi penting dalam meramu suatu formula suplemen, dan hubungan
asosaitif-negatif antara suplemen dengan pakan dasar akan mengurangi tingkat
efisiensi ekonmis pakan. Oleh karena itu,
pemilihan bahan baku dalam penyusunan suplemen menjadi penting. Pemberian pakan tambahan atau konsentrat dapat meningkatkan bobot tubuh kambing secara nyata yaitu berkisar anatara 70-110 g/h (tergantung rumpun, jenis kelamin dan umur kambing), dibandingkan dengan tanpa pakan tambahan yang hanya menghasilakn pertambahan bobot tubuh sekitar 35-40 g/h.
Strategi Penggunaan Konsentrat Secara Efisien
Walaupun
pemberian konsentrat akan meningkatkan laju pertumbuhan kambing, namun dalam
merancang sistem pakan dalam usaha produksi peningkatkan laju pertumbuhan harus
mampu mengkompensasi peningkatan biaya pakan. Oleh karena itu, dalam
perencanaan pakan perlu selalu mempertimbangkan keselarasan antara optima
biologis dan optima ekonomis. Dalam kaitan ini arti efisiensi penggunaan pakan
menjadi sangat penting.
Untuk
memaksimalkan efisiensi penggunaan pakan konsentrat, maka dapat dikembangkan program pemberian konsentrat secara
strategis yaitu sistem pengalokasian pakan konsentrat yang berprinsip
kepada kebutuhan nutrisi kambing selama periode kristis (puncak produksi) saat
mana kebutuhan nutrisi berada pada tingkat paling tinggi. Periode kritis ini
adalah menjelang melahirkan, awal masa laktasi, dan awal pasca sapih. Strategi
ini bertujuan untuk mengurangi jumlah pemberian konsentrat, dan dengan
sendirinya biaya pakan, tanpa mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas
ternak kambing. Metoda pemberian pakan konsentrat secara strategis tersebut
ditampilkan pada Tabel 5.
Dengan program
ini jumlah suplemen yang diberikan untuk seekor induk bunting pada sistem
strategis adalah sebanyak 7,5–15,0 kg, dan jauh
Tabel 6. Pemberian pakan suplemen kepada ternak
periode produktif
|
Kelompok ternak/ |
|
Saat Pemberian |
|
|
Fase produksi |
|
|
|
|
|
Periode |
Lama |
Jumlah |
|
|
Pemberian |
Pemberian |
Pemberian |
|
|
|
(hari) |
(g/ekor/hari) |
|
Induk Bunting |
1-2 bulan |
30-60 |
250 |
|
|
pra-partus |
|
|
|
Induk Laktasi |
2 bulan |
60 |
350-400 |
|
|
pasca partus |
|
|
|
Anak pra-sapih |
1 bulan |
30 |
150 |
|
|
pra-sapih |
|
|
|
Anak sapih |
3 bulan |
90 |
200-250 |
|
|
pasca sapih |
|
|
|
Pejantan |
Dewasa |
Sepanjang |
300-350 |
|
|
|
waktu |
|
|
|
|
|
|
Formula pakan konsentrat perlu dirancang berdasarkan berbagai bahan
pakan yang tersedia secara lokal dengan biaya yang bersaing. Umumnya bahan yang
mudah diperoleh karena tersedia secara komersial adalah produk limbah
pengolahan industri seperti dedak, tepung ikan, bungkil kedele, bungkil kelapa,
bungkil inti sawit.
Bahan ini umumnya berkualitas baik dan merupakan sumber energi atau
protein dan mineral. Taraf penggunaan berbagai bahan pakan tersebut dalam
formula konsentrat dapt dilihat pada Tabel 6.
Tabel 7. Beberapa bahan pakan dan taraf
penggunaannya dalam formula pakan konsentrat untuk ternak kambing
|
Bahan pakan |
Taraf penggunaan dalam ransum (%) |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Maksimal |
Optimal |
|
|
|
|
|
Dedak halus |
100 |
30 |
|
Bungkil kelapa |
100 |
30 |
|
Bungkil kedele |
100 |
10 |
|
Bungkil inti sawit |
30 |
20 |
|
Pollard |
100 |
30 |
|
Tepung ikan |
10 |
2 |
|
Ampas tahu |
100 |
20 |
|
Ampas ubi |
20 |
15 |
|
Garam |
3 |
1 |
Gambar 9. Pencampuran bahan untuk membuat konsentrat (suplemen) dapat dilakukan secara manual. |
Pembuatan dan Penggunaan
Garam dan Mineral Blok
Mineral merupakan unsur
nutrisi yang penting bagi produksi ternak kambing, terutama untuk pertumbuhan
anak, produksi susu dan kebuntingan. Kandungan dan komposisi mineral didalam rumput
alam yang diberikan kepada ternak umumnya tidak mampu memenuhi kebutuhan,
sehingga perlu diberikan tambahan dari sumber bahan lain. Teknologi mineral
blok merupakan cara yang praktis mengatasi kekurangan mineral dari bagan pakan,
dan secara biologis sangat bermanfaat bagi ternak. Proses pembuatan mineral
blok disajikan pada Tabel 7. Bahan yang diperlukan untuk membuat garam-mineral
blok adalah garam (70%), semen (10%) dan mineral komersial seperti ultra
mineral (20%).
- Masukan campuran bahan kedalam ember plastik yang sebelumnya telah di lapisi dengan lembaran plastik (untuk memudahkan mengeluarkan blok dari ember plastik)
- Ambil kawat sepanjang 40 cm yang dibengkokan kedua ujungnya, lalu masukan secara tegak lurus kedalam campuran bahan
- Keringkan campuran bahan ditempat terhindar dari hujan
- Setelah kering angkat mineral blok dari ember plastik dan siap digantung didalam kandang
Pakan Blok Multi Nutrien
(PBMN)
Pakan blok multi
nutrien adalah jenis pakan konsentrat yang diproses menjadi blok sebelum
diberikan kepada ternak. Pada prinsipnya semua bahan baku pakan dapat digunakan
untuk membentuk pakan blok. Pembuatan pakan blok mengacu kepada kandungan zat
nutrisi yang esensial seperti energi yang mudah cerna (molases, dedak halus,
tepung gaplek), unsur nitrogen (NPN; urea), protein lolos cerna dalam rumen
(tepung biji kapuk, tepung ikan, tepung darah, daun singkong) dan mineral
esensial (S, Na dan P). Rekomendasi konsumsi pakan blok multi nutrien pada kambing
adalah
Pakan blok lebih
difungsikan sebagai pakan suplemen untuk pakan basal yang berkualitas rendah,
dan bukan diperuntukan sebagai pakan tunggal. Tujuan pakan blok antara lain
adalah untuk memacu aktivitas mikroba didalam saluran cerna (rumen), sehingga
mampu meningkatkan kecernaan pakan dasar terutama yang berkualitas rendah seperti
umumnya produk hasil sisa tanaman. Oleh karena itu, penggunaan pakan blok akan
menjadi efektif pada musim kemarau pada saat ketersediaan hijauan pakan
terbatas dan ternak semakin tergantung kepada bahan pakan alternatif yang
umumnya berkualitas rendah.
Molases dan dedak
halus merupakan bahan baku pakan yang banyak digunakan sebagai komponen utama
pakan blok (Tabel 8). Penggunaan bentonit dalam pakan blok selain dapat
berfungsi sebagai pengikat (binder)
untuk menghasilkan blok pakan dapat pula digunakan untuk menurunkan laju
degradasi urea menjadi amonia. Hal ini akan meningkatkan efisiensi penggunaan N
dan mengurangi resiko keracunan urea. Pemberian pakan blok sebaiknya dilakukan
secara bertahap sebelum ternak terbiasa. Cara adaptasi yang baik terhadap pakan
blok adalah pemberian selama 1 jam untuk memungkinkan ternak mengkonsumsi dalam
jumlah terbatas (30 g) selama 3-4 hari. Selanjutnya pakan blok dapat diberikan
selama 3 jam untuk memungkinkan konsumsi meningkat menjadi 60 g selama 4-6 hari
berikutnya. Selanjutnya ternak dapat diberi akses secara tidak terbatas. Pakan
blok juga dapat digunakan untuk sinkronisasi (selaras) degradasi protein dan
energi pakan didalam saluran cerna (rumen), sehingga proses fermentasi
(pencernaan) berlangsung secara optimal dan sintesis (produksi) protein mikroba
dalam rumen yang merupakan sumber utama protein bagi kambing
dapat
ditingkatkan. Penggunaan bahan garam (NaCl) dalam pakan ternyata tidak hanya
berfungsi sebagai sumber unsur mineral dan meningkatkan konsumsi, tetapi juga
berperan dalam menekan laju alir pakan didalam rumen. Kombinasi sinkronisasi
degradasi protein dan energi dengan laju alir pakan yang lambat akan lebih
semakin meningkatkan sintesis protein mikroba rumen.
Tabel 9. Beberapa
formula pakan blok yang dapat disusun
untuk kambing dengan atau tanpa molasses
|
Bahan
pakan |
|
|
Formula |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Molases |
50,0 |
45,0 |
42,0 |
- |
40,1 |
28,0 |
|
Dedak halus |
20,0 |
23,0 |
25,0 |
- |
9,2 |
25,0 |
|
Bungkil kelapa |
- |
- |
- |
- |
|
15,0 |
|
Tepung gaplek |
- |
- |
- |
- |
45,6 |
- |
|
Tepung ikan |
- |
- |
- |
- |
- |
5,0 |
|
Urea |
10,0 |
15 |
10,0 |
6,6 |
- |
5,0 |
|
Semen |
5,0 |
11,0 |
15,0 |
- |
- |
|
|
Garam |
5,0 |
4,5 |
5,0 |
4,4 |
- |
7,5 |
|
Tepung kerang |
5,0 |
15,0 |
- |
8,8 |
- |
13,5 |
|
MgO |
- |
6,0 |
- |
- |
- |
- |
|
CaHPO4 |
- |
3,0 |
- |
- |
- |
- |
|
Tepung tulang |
5,0 |
- |
- |
- |
- |
- |
|
Di-ammonium P |
- |
- |
3 |
- |
- |
- |
|
Sulfur |
- |
- |
- |
- |
0,6 |
- |
|
Premix mineral |
- |
- |
- |
1,2 |
0,6 |
1,0 |
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemberian PBMN
dengan komposisi seperti disajikan pada formula 3 meningkatkan secara nyata
kualitas semen pada domba pejantan yang penting pengaruhnya dalam usaha
pembibitan. Beberapa keuntungan penggunaan pakan blok adalah 1) teknik yang
sederhana dan efisien dalam konservasi limbah basah sebagai bahan pakan ternak,
2) memudahkan
penanganan pakan, 3)
menurunkan penggunaan bahan konsentrat konvensional, sehingga dapat menurunkan
biaya pakan, 4) meningkatkan sinkronitas antar berbagai nutrien esential pada
penggunaan bahan pakan berkualitas rendah dan 5) memungkinkan tingkat penggunaan
yang lebih tinggi limbah yang kurang disukai ternak didalam pakan.
BAB V
PAKAN KOMPLIT
Pakan komplit
atau Total Mixed Ration adalah ransum
yang mengandung pakan dasar (hijauan atau sumber serat lain) dan pakan
konsentrat dalam satu campuran. Campuran ini dapat dalam bentuk pelet, tepung
atau remah. Pakan komplit memiliki kelebihan dibandingkan dengan cara pemberian
pakan konvensional yang memisahkan pemberian pakan dasar dengan pakan
konsentrat. Sifat selektif/memilih ternak kambing dapat diminimalkan atau
dihindari dengan pakan komplit. Dengan teknologi pakan komplit pemanfaatan
hasil sisa atau limbah tanaman yang umumnya memiliki palatabilitas rendah dapat
dimaksimalkan. Pada Tabel 9 ditampilkan pakan komplit menggunakan berbagai
jenis bahan dasar berupa limbah tanaman
Gambar 10. Pakan komplit dalam bentuk pelet yang mengandung berbagai jenis bahan sebagai pakan tambahan untuk meningkatkan gizi ternak |
Industri
pengolahan buah nenas untuk menghasilkan jus nenas menghasilkan produk limbah
berupa campuran kulit dan serat perasan daging buah. Produk tersebut dapat
digunakan sebagai pakan dasar dalam pakan komplit. Limbah atau hasil sisa ini
difermentasi menjadi silase limbah nenas untuk meningkatkan taraf penggunaannya
didalam pakan komplit dan memberikan respon yang lebih baik pada kambing. Kulit
buah kakao, kulit buah kopi, pelepah kelapa sawit juga merupakan bahan pakan
dasar alternatif dalam meyusun pakan komplit untuk ternak kambing.
Tabel
10. Respon kambing terhadap penggunaan beberapa limbah pertanian dan
agri-industri sebagai pakan dasar dalam pakan komplit (total mixed ration)
|
Bahan Dasar
Pakan Komplit |
Taraf pakai |
Respon |
Konversi |
|
|
|
|
|
|
|
(%) |
PBBH |
pakan |
|
|
|
(g) |
(g/g) |
|
|
|
|
|
|
Kulit buah markisa |
15-40 |
81-105 |
7-8 |
|
Silase kulit buah markisa |
20-30 |
53-63 |
10-11 |
|
Kulit buah nenas |
20-30 |
65-70 |
8-10 |
|
Silase kulit buah nenas |
30-40 |
65-80 |
7-9 |
|
Pelepah kelapa sawit |
25-35 |
65-80 |
8-10 |
|
Kulit buah kakao |
20-30 |
60-70 |
9-11 |
|
Kulit buah kopi |
20-30 |
60-70 |
9-11 |
|
|
|
|
|
Proses fermentasi juga dapat dilakukan pada bahan pakan inkonvensional lainnya seperti jerami padi, pelepah kelapa sawit dan kulit nenas. Penggunaan kulit nenas sebagai pakan dasar dalam pakan komplit menghasilkan pertambahan bobot tubuh yang tinggi pada kambing . Meningkatnya konsumsi dengan teknologi pakan komplit juga diakibatkan pengaruhnya terhadap stabilisasi fermentasi mikroba rumen yang akan memacu konsumsi pakan.
Bentuk fisik
pakan komplit dapat mempengaruhi respon ternak. Ternak kambing, misalnya
dilaporkan lebih menyukai bentuk fisik pakan yang kasar (ukuran partikel besar)
dibandingkan pakan dalam bentuk tepung dengan ukuran partikel yang kecil,
karena ternak ini sangat sensitif terhadap iritasi pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh partikel pakan yang halus.
Peningkatan konsumsi pakan dengan penggunaan pakan komplit dalam bentuk pelet perlu dipertimbangkan secara ekonomis karena pembuatan pakan pelet akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan komplit terlebih pakan pelet, maka penggunaannya dilakukan pada periode puncak produksi ternak, seperti akhir kebuntingan dan awal masa laktasi serta anak pasca sapih dan pejantan bibit. Penggunaan pakan komplit menggunakan kulit buah markisa sebagai sumber serat dalam bentuk pelet menghasilkan respon yang baik pada kambing. Respon kambing terhadap pakan komplit menggunaan limbah nenas dengan partikel besar sebagi sumber serat dalam ransum sangat baik tercermin dari PBBH dan efisiensi penggunaan pakan yang cukup tinggi.
Optimalisasi Rasio Roughage/Konsentrat Dalam Pakan Komplit
Walaupun konsumsi pakan
inkonvensional dapat ditingkatkan secara nyata dengan pakan komplit, namun agar
efisiensi pengunaan pakan menjadi maksimal diperlukan rasio yang seimbang
antara pakan dasar sebagai sumber serat (roughage)
dengan konsentrat. Tinjauan literatur menunjukan bahwa bahwa rasio roughage (R)/konsentrat (K) dalam pakan
komplit yang diberikan kepada kambing sangat bervariasi yaitu antara 0,25 –
3,0. Keragaman ini kelihatannya dipengaruhi oleh kualitas roughage yang digunakan. Rasio R/K yang optimal dalam pakan komplit
ditentukan oleh hubungan asosiatif antar berbagai jenis bahan pakan yang
digunakan. Penggunaan bahan konsentrat dengan kandungan karbohidrat mudah cerna
yang relatif tinggi, misalnya dapat menekan fermentabilitas unsur serat didalam
roughage. Oleh karena itu,
peningkatkan proporsi konsentrat dalam pakan komplit sebenarnya dapat
menstimulasi konsumsi roughage (bahan
sumber serat), sehingga meningkatkan total konsumsi. Hal ini disebabkan
Gambar 11. Pakan kompplit menggunakan pelepah kelapa sawit sebagai sumber serat (roughage) |
Dalam prakteknya rasio R/K
dapat disesuaikan dengan tingkat produktifitas ternak. Pada induk kambing
laktasi, misalnya proporsi konsentrat dapat disesuaikan dengan jumlah anak yang
dilahirkan atau masa laktasi. Alternatif lain adalah menggunakan dua rasio
yaitu rasio R/K relatif rendah pada awal laktasi (4-6 minggu ) dan rasio R/K
lebih tinggi pada akhir laktasi. Penggunaan dua rasio R/K selama masa laktasi
untuk menghindari
underfeeding pada awal masa laktasi maupun over
feeding pada akhir fase laktasi
dapat diimplementasikan. Disamping itu, untuk menstabilkan kondisi rumen, bila
menggunakan rasio R/K rendah, maka frekuensi pemberian pakan sebaiknya
ditingkatkan.
Taraf protein kasar berbagai
pakan komplit yang digunakan dalam berbagai penelitian berkisar antara 15-20%,
sedangkan kandungan energi metabolisme berkisar antara 1800-2800 Kkal/kg BK.
Kandungan protein dan energi pada pakan komplit untuk kambing potong lebih
rendah dibandingkan pada kambing perah. Leguminosa pohon seperti Leucaena leucocephala dapat digunakan
sebagai sumber utama serat atau dicampur dengan bahan lain dengan kualitas yang
lebih rendah seperti tanaman jagung muda ataupun jerami. Kedua jenis bahan
tersebut memiliki kualitas nutrisi yang tergolong baik, sehingga dengan rasio
R/K yang tinggi masih mampu memenuhi kebutuhan kambing perah.
Pakan komplit dengan rasio
R/K yang rendah (berbasis konsentrat) sesuai untuk kambing perah yang
membutuhkan ransum dengan konsentrasi nutrisi tinggi selama laktasi. Respon
kambing perah seperti PE sangat baik terhadap penggunaan daun Leucaena leucocephala sebagai pakan
dasar dengan proporsi 97% (BK) atau 60% maupun sebagai suplemen (20%) dalam
pakan komplit berbentuk pelet (panjang 20-25 mm dan diameter 8,0 mm). Konsumsi
pakan dilaporkan sangat baik antara 3,3-4,0% dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi antara 154-180g/h. Nilai biologis N sebesar 32,9%, jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan Leucaena
dalam bentuk segar sebesar 20,5%. Proses pengeringan dan pengolahan menjadi
pelet kemungkinan menyebabkan meningkatnya nilai biologis N.
BAB VI
AIR MINUM
Kebutuhan Air Minum
Air merupakan unsur sangat
penting dan tak tergantikan yang sangat dibutuhkan oleh ternak kambing untuk
hidup dan berproduksi. Sebagian besar (70%) tubuh ternak merupakan unsur air.
Oleh karena peran air sangat penting untuk kehidupan dan tidak tergantikan oleh
unsur lain, maka kekurangan air dapat berakibat fatal. Misalnya, apabila ternak
kehilangan air sebanyak 20% dari cairan tubuh akan menyebabkan kematian.
Kekurangan air dalam volume yang lebih sedikit akan menggangu proses
metabolisma nutrisi, sehingga menurunkan produktivitas, terutama pada induk
yang sedang menyususi (laktasi). Pengelolaan air minum untuk ternak kambing
disajikan pada Tabel 10.
Kebutuhan akan
air semakin meningkat pada induk yang sedang menyesusi (laktasi). Dalam fase laktasi
tersebut air diperlukan untuk memproduksi susu yang mengandung 80-90 % air.
Kekurangan air akan menyebabkan turunnya produksi susu yang selanjutnya akan
mengganggu pertumbuhan anak.
Tabel 11. Pengelolaan air minum untuk ternak kambing
Bagaimana
Hubungan Kebutuhan Air Dengan Status Ternak?
- Ternak muda membutuhkan air lebih banyak dibandingkan dengan ternak dewasa. Sesuaikan jumlah pemberian air minum dengan status umur ternak
- Kebutuhan induk laktasi
(menyusui) akan air meningkat tajam. Pastikan air minum tersedia setiap saat
dalam jumlah cukup untuk induk yang sedang menyusui anak.
Berapa
Banyak Kebutuhan Ternak Kambing akan Air?
- Kebutuhan asupan (konsumsi) air berkisar antara 1,5 – 2,5 liter/ekor/hari
- Kebutuhan air meningkat pada pemberian pakan yang kering, misalnya pakan komplit
Kapan Saat
Pemberian Air Minum?
- Ternak akan mengkonsumsi air
setiap saat beberapa kali dalam sehari. Pastikan air minum tersedia setiap
waktu.
- Ternak tidak akan mengkonsumsi air minum yang telah tercemar kotoran (feses atau urin)
- Sediakan selalu air yang bersih, ganti air yang telah terkontaminasi feses atau urin (air seni)
Ternak kambing
seperti halnya jenis ternak lain mendapatkan air untuk kebutuhan hidupnya dari
bahan pakan yang dikonsumsi. Namun, umumnya jumlah air yang diperoleh dari
pakan tidak mencukupi kebutuhan metabolismanya. Oleh karena itu, air minum
harus disediakan agar dapat dikonsumsi setiap saat. Pemberian air minum semakin
penting, apabila kepada ternak diberikan pakan komplit yang umumnya kering.
Pentingnya penyediaan air minum juga perlu diperhatikan pada ternak kambing
yang digembalakan. Oleh karena itu, air minum harus selalu tersedia didalam
kandang setiao saat.
Metabolisma Air
Konsumsi air yang tinggi akan
memacu laju pelepasan pakan didalam saluran pencernaan, disamping akan
mengakibatkan pula semakin rendahnya konsentrasi mikrobia per unit volume
cairan rumen. Kedua hal ini dapat memacu penurunan tingkat kecernaan pakan.
Terdapat hubungan negatif antara konsumsi air dengan kecernaan pakan berserat
tinggi, baik pada kambing dengan habitat kering (kambing Bedouin) maupun pada
kambing dari daerah beriklim sedang (kambing Mamber).
Konsumsi air pada kambing lebih rendah dibandingkan dengan domba. Hal ini kemungkinan menjadi salah satu penyebab lebih tingginya tingkat koefisien cerna pakan pakan pada kambing. Peranan penting reticulo-rumen sebagai organ penampung air merupakan cara adaptasi oleh kambing didaerah beriklim kering.
Peran sebagai penampung air
oleh reticulo-rumen akan memperlambat laju alur cairan rumen yang berakibat
kepada 1) semakin banyak waktu tersedia bagi kontak antara mikrobia dengan
digesta, dan 2) semakin lama waktu tahan partikel pakan didalam reticulo-rumen
terutama partikel berukuran kecil yang biasanya melaju bersama cairan rumen.
Kedua peristiwa tersebut akan memacu peningkatan kecernaan pakan.
Gambar 12. Selama masa menyusui (laktasi) induk membutuhkan air minum dalam jumlah yang besar untuk memproduksi susu |
DAFTAR
BACAAN
Moualem, R., I. Chosniak and A. Shkolnik. 1990. Environmental heat load, bioenergetics and water economy of two breeds of goats: The Mamber goat versus the desert Bedouin goat. Wld. Rev. Anim. Prod. 25:91-95.
Narjisse, H., M.A. El Honsali, J.D. Olsen. 1995. Effect of oak (Quercus ilex) tannins on digestion and nitrogen balance in sheep and goats. Small Rumin. Res. 18:201-206.
Shkolnik, A. 1992. Digestive efficiency: Significance of body size and of adaptation to a stressful environment. In : R.M. Acharya (Ed.) Pre-Conference Proceedings Invited Papers Vol. II, Part I. V International Conference on Goats. Indian Council of Agricultural Research, New Delhi, India. pp.255-260.
Riyawan.my.id
0 comments:
Posting Komentar